news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suhu Bumi 5 Tahun ke Depan Bisa Lebih Panas Dibanding Biasanya

16 Agustus 2018 7:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemanasan global. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemanasan global. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Ada sebuah riset terbaru yang memprediksi bahwa lima tahun ke depan suhu Bumi akan lebih panas dibanding biasanya. Bahkan diprediksi, suhu pada tahun-tahun selanjutnya bisa lebih panas dibanding tahun 2016 yang dicatat oleh NASA sebagai tahun terpanas.
ADVERTISEMENT
"Apa yang kita temukan adalah untuk lima tahun ke depan, ada kemungkinan besar lebih sering terjadi anomali iklim panas dibanding anomali iklim dingin," ujar Florian Sevellec, peneliti dari National Center for Scientific Research Prancis sekaligus anggota riset terbaru ini, sebagaimana dilansir Science Alert.
Hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications. Dalam riset ini, meski para peneliti tidak memperhitungkan terjadinya peningkatan suhu akibat perbuatan manusia, kemungkinan terjadinya peningkatan suhu Bumi oleh manusia tetap ditemukan.
Dan patut diperjelas, hasil riset para peneliti ini adalah berdasarkan probabilitas. Jadi peningkatan suhu ini belum pasti terjadi.
Ilustrasi pemanasan global (Foto: PATRIK STOLLARZ / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemanasan global (Foto: PATRIK STOLLARZ / AFP)
Dijelaskan juga bahwa suhu Bumi memang menghangat, namun bukan berarti tiap tahun lebih hangat dibanding tahun sebelumnya. Yang terjadi adalah adanya sebuah tren menghangatnya suhu Bumi yang artinya suhu suatu dekade akan lebih hangat dibanding dekade sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ditemukan juga bahwa suhu rata-rata tahunan tiap tahun bisa berbeda-beda.
Riset ini sendiri dilakukan dengan menggunakan data dari 10 model atau simulasi perubahan iklim untuk mempelajari bagaimana faktor alami mempengaruhi suhu Bumi. Salah satu faktor yang dimaksud adalah osilasi lautan Bumi.
Para peneliti menggunakan simulasi untuk melihat bagaimana faktor-faktor yang ada bisa mempengaruhi suhu selama lima tahun ke depan.
Dalam riset ini ditemukan bahwa ada 58 persen kemungkinan terjadi peningkatan suhu Bumi secara keseluruhan mulai dari 2018 ke 2022. Selain itu, ada 69 persen kemungkinan lautan Bumi juga mengalami peningkatan tersebut.
Sebelum membahas suhu Bumi dalam lima tahun ke depan, perlu diketahui juga bahwa tahun 2018 sendiri memiliki suhu yang lumayan tinggi. Menurut data dari NASA, periode dari bulan Maret ke Mei tahun 2018 memiliki suhu 0,87 derajat celcius di atas rata-rata suhu tahun 1951 hingga 1980. Namun demikian masih terlalu dini untuk menentukan tingkat suhu tahun ini.
Pemanasan global (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemanasan global (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Perbedaan pendapat para ahli
Menurut John Fyfe, peneliti iklim dari Canadian Centre for Climate Modelling and Analysis, riset ini memberikan cara untuk memprediksi rata-rata suhu permukaan Bumi secara global.
"Hasil temuan mengindikasikan bahwa variasi internal dalam sistem iklim kemungkinan besar akan menyebabkan permukaan bumi menghangat di atas dugaan sebelumnya yang memperhitungkan keberadaan gas rumah kaca di atmosfer, selama lima tahun ke depan. Ini adalah informasi penting bagi peneliti, pembuat keputusan, dan masyarakat," kata Fyfe.
Namun Gavin Schmidt, direktur NASA Goddard Institute for Space Studies, mengatakan bahwa dampaknya tidak akan begitu signifikan. Selain itu, ia juga menggarisbawahi bawah salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat suhu tinggi pada tiap tahun adalah fenomena El Nino yang terjadi di tahun tersebut. Adapun riset ini tidak melakukan prediksi atas kemungkinan kejadian fenomena El Nino.
ADVERTISEMENT
El Nino sendiri adalah adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru hingga Ekuador yang mengakibatkan gangguan iklim secara global.
Perubahan iklim, pemanasan global. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Perubahan iklim, pemanasan global. (Foto: Pixabay)
Selain mengkritik riset ini karena tidak memperhitungkan fenomena El Nino, Schmidt juga mempertanyakan apakah menghangatnya suhu yang ditunjukkan oleh riset tersebut sama signifikannya dengan kejadian hiatus pemanasan global pada tahun 2000-an.
Menurut laporan IFL Science, yang dimaksud dengan hiatus pemanasan global adalah kejadian antara 1998 hingga 2013 di mana Bumi mengalami mengalami penurunan suhu karena lautan mulai menyerap panas berlebih.
Apa pun perbedaan pendapat para ahli ini, yang mereka bisa lakukan untuk membuktikan prediksi hasil riset ini adalah menunggu masuknya data terbaru mengenai suhu Bumi. Namun begitu yang jelas, suhu panas yang telah menyerang sejumlah negara di tahun ini telah merenggut ratusan korban jiwa, dan itu patut diantisipasi jika kejadian serupa atau bahkan lebih parah bakal terulang.
ADVERTISEMENT