Tak Kunjung Dapat Anak, Kapan Sebaiknya Pasutri Jalani Tes Kesuburan?

18 Agustus 2019 20:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan suami istri dengan masalah kesuburan. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan suami istri dengan masalah kesuburan. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Memiliki anak adalah salah satu keinginan dari banyak pasangan suami istri. Namun jika setelah lama menikah, pasangan suami istri tak kunjung dikaruniai buah hati, rasa cemas dan penasaran menjadi lazim muncul pada diri mereka.
ADVERTISEMENT
Mereka sangat mungkin akan bertanya-tanya, apakah diri mereka atau pasangan mereka mengalami gangguan kesuburan. Lalu kapan kiranya waktu yang tepat untuk menjalani tes atau pemeriksaan kesuburan? Apakah ketika seseorang datang ke dokter obgyn untuk pertama kalinya, maka dia bisa langsung menjalani pemeriksaan kesuburan?
Sandy Prasetyo, dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang berpraktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Jakarta, menjelaskan bahwa ketika seseorang, biasanya sang istri, datang ke dokter obgyn untuk berkonsultasi mengenai masalah kesuburannya, hal pertama yang dokter obgyn lakukan biasanya adalah memberikan edukasi terlebih dulu.
“Berikutnya (datang) dengan suami. Analisa sperma untuk suami. USG untuk istri,” jelas Sandy saat ditemui di acara nikah massal bertajuk “Kondangan Pasti Sah” yang diselenggarakan DKT Indonesia di Lapangan Palembang Trade Center, Sabtu (17/8).
dr. Sandy Prasetyo, Sp.OG. di acara Kondangan Pasti Sah di Lapangan Palembang Trade Center, Sabtu (17/8). Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Terkait setelah berapa tahun pernikahan atau kapan sebaiknya pasutri mulai datang ke dokter obgyn untuk menjalani pemeriksaan kesuburan, menurut Sandy hal ini bisa berbeda-beda tergantung kondisi pasutri yang bersangkutan. Namun begitu, umumnya pasutri perlu menjalani pemeriksaan apakah ada gangguan kesuburan di tubuh mereka jika mereka tak kunjung memiliki anak setelah selama setahun rutin berhubungan intim.
ADVERTISEMENT
“Kita bisa sebut, by definition, dia mengalami gangguan kesuburan setelah setahun menikah atau berhubungan teratur setahun, dua sampai tiga kali seminggu, artinya rutin tanpa kontrasepsi,” kata Sandy.
Namun, menurut Sandy, seorang istri yang jarang digauli oleh suaminya misalnya hanya beberapa bulan sekali dalam setahun pertama pernikahan mereka, belum tentu perlu segera menjalani pemeriksaan kesuburan dan treatment lebih lanjut. “Jadi enggak bisa dibilang, ‘Saya sudah setahun menikah, sih, Dok, tapi suami saya baliknya dua kali setahun karena dia berlayar’. Nah itu kita enggak bisa treatment lebih agresif (untuk mengatasi indikasi gangguan kesuburan tersebut),” kata Sandy.
“Tapi kalau sudah rutin berhubungan dua sampai tiga kali seminggu enggak pakai kontrasepsi dan sudah setahun. Artinya di situ baru kita mulai agak agresif. Oke, berarti ini ada gangguan ke arah subfertility, itu tadi baru kita periksa.”
ADVERTISEMENT
Sandy menegaskan bahwa dokter obgyn tidak lagi memakai istilah mandul atau infertility terkait gangguan kesuburan yang mungkin dialami pasutri tertentu. “Jadi kita sebutnya subfertility atau gangguan kesuburan. Kita sudah tidak pakai lagi istilah infertility,” pungkasnya.