Teheran Mulai Tenggelam, Ancaman Serupa Mengintai Jakarta

11 Desember 2018 8:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kota Teheran, Iran. (Foto: frank497 via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kota Teheran, Iran. (Foto: frank497 via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Teheran, ibu kota Iran sekaligus salah satu kota paling padat di Asia Barat, perlahan-lahan tenggelam. Menurut hasil sebuah riset, tanah di kota dengan jumlah penghuni sekitar 15 juta orang itu sedang mengalami penurunan dramatis.
ADVERTISEMENT
Dalam riset yang laporannya telah terbit di jurnal Remote Sensing of Environment ini, tim peneliti menemukan bahwa beberapa bagian Teheran tenggelam sekitar 25 sentimeter per tahunnya.
Dalam riset ini tim peneliti dari GFZ German Research Centre for Geosciences mempelajari data satelit untuk menganalisis penurunan daerah Teheran antara 2003 sampai 2017.
Mereka menggunakan teknik Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) yang bisa mendeteksi perubahan halus pada deformasi tanah. Tim menemukan ada tiga daerah di Teheran yang mengalami penurunan lebih dari 25 sentimeter per tahunnya.
Para peneliti menduga penurunan adalah akibat dari penggunaan berlebihan sumber daya alam serta urbanisasi di daerah itu.
"Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan pesat populasi dikombinasikan dengan pengembangan daerah urban dan industri telah meningkatkan kebutuhan suplai air di Dataran Teheran," jelas para peneliti dalam riset ini.
ADVERTISEMENT
"Akibat dari penggunaan air tanah berlebihan, dataran akhirnya mengalami penurunan tanah dengan cepat," tambah mereka seperti dilansir Science Alert.
Demonstrasi berlangsung ricuh di Teheran, Iran. (Foto: Social media via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Demonstrasi berlangsung ricuh di Teheran, Iran. (Foto: Social media via Reuters)
Sebelumnya telah banyak riset yang fokus terhadap isu ini. Tapi temuan terakhir mengungkap penurunan tanah ini terjadi dalam konteks yang lebih besar.
"Penurunan ini adalah salah satu yang tercepat di antara kejadian penurunan tanah di dunia," ujar Roberto Tomas, ahli dari University of Alicante, Spanyol, yang tidak terlibat dalam riset.
Menurut para peneliti, perkembangan pesat ekonomi dan populasi Teheran sejak 1960 mendorong pembangunan 32 ribu sumur di sana. Padahal sebelum 1968 hanya ada kurang dari 4 ribu sumur.
Selain banyaknya sumur, pembangunan bendungan untuk pertanian juga mendorong tergerusnya akuifer, lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air. Hal ini tidak hanya menyebabkan kekeringan, tetapi juga efek penurunan tanah secara drastis.
ADVERTISEMENT
"Mulai dari 1984 hingga 2011, rata-rata tingkat air tanah di Teheran menurun sekitar 12 meter," ungkap para peneliti.
"Retak pada permukaan tanah, kerusakan bangunan, pergeseran tanah, dan retakan di dinding adalah bukti bahwa air tanah sudah semakin berkurang di Daratan Teheran," tambah mereka.
Ilustrasi retakan tanah (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi retakan tanah (Foto: pixabay)
Terkadang, kerusakan lapisan akuifer, seperti yang terjadi di Iran, bisa permanen. Karena itu, para peneliti menyarankan agar pemerintahan setempat lebih memperhatikan penggunaan air dan dampaknya pada lingkungan.
"Ilmu pengetahuan dan riset bisa membantu pemerintahan Iran untuk memperbaiki kebijakan pengaturan airnya ke arah yang lebih baik," kata Mahdi Motagh, peneliti geodesi dalam riset ini.
"Jika manajemen air tanah yang efektif tidak dijalankan, penurunan yang sedang terjadi di Teheran bisa menyebabkan kerusakan lebih parah pada infrastruktur," simpul tim peneliti dalam riset mereka ini.
ADVERTISEMENT
Ancaman serupa di Jakarta
Tak hanya Teheran, Jakarta sebagai ibu kota Indonesia juga telah dinyatakan sebagai satu dari tiga kota di Asia Tenggara yang terancam akan tenggelam. Dua kota lainnya adalah Manila, ibu kota Filipina, dan Bangkok, ibu kota Thailand.
Heri Andreas, ahli geodesi dari Institut Teknologi Bandung, pernah menjelaskan bahwa ketinggian DKI Jakarta menurun antara 1 hingga 20 sentimeter setiap tahunnya.
Kota Jakarta. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Jakarta. (Foto: Shutterstock)
Selain itu, dalam sebuah riset, tim ahli geodesi Institut Teknologi Bandung memproyeksikan 95 persen daerah di Jakarta Utara akan berada di bawah permukaan laut pada 2050.
"Ada potensi tenggelam," jelas Heri yang juga tergabung dalam riset itu.
Menurutnya, permukaan tanah di Jakarta turun setiap tahun dengan kedalaman bervariasi, antara 1 sampai 25 cm per tahun. Khusus di daerah utara Jakarta, penurunan mencapai 20 sampai 25 cm per tahun. Maka 10 tahun ke depan, tanah di Jakarta Utara akan amblas hingga 2,5 meter.
ADVERTISEMENT