Terapi Berbasis Listrik Kapasitansi Bisa Hambat Pertumbuhan Sel Kanker

3 Juli 2018 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Hasil riset mengenai terapi kanker berbasis listrik kapasitansi (Electro-Capacitive Cancer Therapy/ECCT) pada hewan coba tikus di laboratorium Fakultas Biologi UGM menunjukkan bahwa ECCT mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker pada tikus.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan oleh tim peneliti dari C-Tech Labs Edwar Technology bekerja sama dengan tim mahasiswa dan dosen Fakultas Biologi UGM. Hasil riset ini baru saja dipublikasikan di Kongres Dunia 50 Tahun European Association of Cancer Research (EACR) di Amsterdam, Belanda, yang berlangsung sejak 30 Juni sampai 3 Juli 2018.
Dalam poster dan pemaparan hasil riset yang disampaikan oleh Dr. Firman Alamsyah selaku pemimpin riset yang juga menjabat sebagai kepala Laboratorium Biofisika, C-Tech Labs, dijelaskan bahwa riset ini dilakukan terhadap 24 ekor tikus yang dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari enam tikus. Dari empat kelompok tikus ini, dua kelompok tikus diinduksi dengan tumor dan dua kelompok lainnya berisi tikus plasebo atau tikus kontrol sebagai pembanding.
Dr. Firman Alamsyah (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Firman Alamsyah (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology)
Satu kelompok tikus yang diinduksi tumor dan satu kelompok tikus plasebo diberikan paparan medan listrik dari ECCT yang didesain dalam bentuk kandang tikus dengan intensitas mencapai 200 mVolt/cm pada bagian tengah kandang, dengan frekuensi yang berkisar antara 100 kHz hingga 300 kHz. Intensitas yang diberikan ini setara atau sedikit lebih rendah di bawah intensitas paparan listrik statis yang keluar dari smartphone pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Pemaparan terhadap tikus dilakukan selama 10 jam per hari selama 3 minggu berturut-turut.
Hasilnya, pada kelompok tikus yang diberi paparan medan listrik dari ECCT terjadi penghambatan laju pertumbuhan sel kanker secara rata-rata dari dari pertumbuhan awal 0,121 cm2/hari menjadi rata-rata 0,01 cm2/hari. Rata-rata tingkat penghambatan sel kanker ini, sebagaimana dikutip dari siaran pers C-Tech Labs Edwar Technology yang diterima kumparan, Selasa (7/3), mencapai hingga 92 persen secara volume.
Poster hasil riset dampak ECCT pada tikus (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology )
zoom-in-whitePerbesar
Poster hasil riset dampak ECCT pada tikus (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology )
Sistem kekebalan tubuh diklaim jadi lebih aktif
Hasil lab darah dan patologi anatomi terhadap jaringan tumor tikus menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada fungsi ginjal dan liver tikus, ritme jantung, maupun jumlah hitungan sel darah pada tikus yang diberi paparan medan listrik ECCT. Hasil patologi anatomi jaringan tumor justru menunjukkan meningkatnya aktivitas sel darah putih (limfosit) dan sel makrofaji yang lebih dominan pada tikus tersebut.
ADVERTISEMENT
Firman mengklaim hal itu menandakan bahwa ECCT mendorong kerja sistem imunitas tubuh menjadi lebih aktif dengan memproduksi sel darah putih dan sel makrofaji lebih banyak untuk memakan dan menyerap sel-sel kanker yang sudah mati.
Dr. Firman Alamsyah (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Firman Alamsyah (Foto: Dok. C-Tech Labs Edwar Technology)
Mengenal ECCT
ECCT adalah teknologi terapi kanker berbasis listrik kapasitansi yang dikembangkan oleh Dr. Warsito P. Taruno dan tim di PT. C-Tech Labs Edwar Technology, Tangerang, Banten. Paten ECCT telah diloloskan oleh Kementerian Hukum dan HAM pada September 2017 dengan nomor paten IDP000047826.
Warsito yang ikut meneliti dampak ECCT pada tikus ini menjelaskan bahwa medan listrik yang dihasilkan alat ECCT berinteraksi dengan listrik statis yang mengalami polarisasi cukup tinggi pada molekul mikrotubula di dalam sel kanker yang sedang membelah. Mikrotubula adalah struktur makromolekul yang disusun oleh gabungan senyawa yang lebih kecil yang disebut tubulin dimer yang tersambung satu dengan yang lainnya secara ikatan listrik statis. Mikrotubula ini bekerja sangat intens selama proses pembelahan sel.
ADVERTISEMENT
“Medan listrik yang ditbangkitkan oleh alat ECCT menghasilkan gaya momen listrik yang bekerja sebagai ‘electric-scissors (gunting listrik)’ yang menimbulkan electric-shear force (gaya geser) yang memutus ikatan listrik statis pada struktur molekul mikrotubula pada saat sel sedang membelah,” jelas Warsito.
“Pada saat sel sedang diam atau tidak sedang membelah mikrotubula tidak dalam posisi yang ‘terentang’ sehingga tidak mudah diputus oleh ‘gunting listrik’ dari alat ECCT. Karenanya ECCT hanya bekerja pada saat sel sedang mengalami pembelahan. Pembelahan sel bisa terjadi baik pada sel kanker maupun sel sehat, tetapi pembelahan sel kanker terjadi lebih massif sehingga efek destruktif terhadap sel kanker lebih besar,” imbuhnya lagi.
Meski terlihat menjanjikan, hasil riset mengenai terapi kanker berbasis listrik kapasitansi ini barulah mengungkapkan efeknya pada tikus, belum pada manusia. Oleh karena itu, masih diperlukan riset lanjutan yang lebih mendalam agar alat ECCT ini bisa teruji klinis hingga akhirnya bisa diterapkan pada manusia.
ADVERTISEMENT