Ternyata Patah Hati Benar-Benar Bisa Membunuh

7 Mei 2018 9:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita patah hati (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita patah hati (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil sebuah studi yang dipublikasikan di Psyneuroendocrinology menunjukkan bahwa kehilangan seseorang yang sangat dicintai bisa menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Dalam studi ini ditemukan bahwa orang-orang yang kehilangan pasangan memiliki tingkat sitokin pro-inflamasi dan variabilitas detak jantung (heart rate variabilities/HRV) yang lebih rendah dalam waktu tiga bulan terakhir setelah ditinggalkan pasangan, dibandingkan orang lain yang memiliki jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh, dan tingkat pendidikan yang sama.
Kedua faktor ini dapat menyebabkan masalah pada jantung yang dapat berujung pada kematian.
"Enam bulan pertama setelah kehilangan pasangan, para janda dan duda memiliki 41 persen peningkatan risiko kematian," kata Chris Fagundes, penulis studi ini sekaligus asisten profesor psikologi di School of Social Sciences di Rice University, Amerika Serikat, dilansir Science Alert.
Mungkinkah meninggal akibat patah hati? (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mungkinkah meninggal akibat patah hati? (Foto: Thinkstock)
Studi ini dilakukan pada 32 orang yang baru saja ditinggalkan oleh pasangan mereka dan 33 orang lain yang tidak. Mereka yang berpartisipasi sebagai responden dalam studi ini berusia antara 51 hingga 80 tahun dan 22 persen di antaranya adalah laki-laki sementara 78 persen lainnya adalah perempuan.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, peserta studi yang baru saja ditinggalkan oleh pasangan memiliki tingkat TNF-alpha (salah satu jenis sitokin) 7 persen lebih tinggi dan tingkat IL-6 (jenis sitokin lainnya) 5 persen lebih tinggi. Selain itu, mereka juga memiliki pertanda depresi 20 persen lebih tinggi.
Fagundes mengatakan, studi ini memberikan pemahaman lebih mengenai bagaimana berduka bisa mempengaruhi kesehatan jantung dan suatu saat nanti bisa jadi akan ada terapi dan pengobatan khusus bagi mereka yang baru mengalami patah hati.
"Meskipun tidak setiap individu yang berkabung memiliki risiko terkena penyakit jantung yang sama, penting untuk mengetahui bahwa risiko ini ada," kata Fagundes.
"Selanjutnya, kami akan mengadakan studi untuk mengetahui janda dan duda seperti apa yang paling berisiko mengalami dampak negatif pada fisik mereka saat berduka."
ADVERTISEMENT