Tikus Bisa Deteksi Tuberkulosis Melalui Penciumannya

12 April 2018 11:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tikus (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Tikus (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Tikus ternyata memiliki kemampuan untuk mencium tuberkolosis (TBC). Bahkan, kemampuan indera penciuman mereka dalam mendeteksi TBC pada anak-anak lebih baik daripada pendeteksian melalui pemeriksaan dokter.
ADVERTISEMENT
Pemeriksaan TBC oleh dokter memiliki sensitivitas antara 30 hingga 40 persen. Sementara itu, jika dibantu oleh tikus yang terlatih, sensitivitas akan bertambah hingga hampir 40 persen.
Selama ini, TBC pada anak-anak terhitung sulit untuk dideteksi. Tercatat, angka kematian akibat TBC di dunia masihlah cukup tinggi karena penyakit sulit untuk diobati, kecuali bila terdeteksi sejak dini.
Pada tahun 2016, ada 1,3 juta orang yang meninggal dunia akibat TBC dan 130 ribu di antaranya adalah anak-anak. Dari jutaan orang itu, banyak di antaranya yang berasal dari Afrika sub-Sahara.
Alasan mengapa sulit mendeteksi TBC pada anak-anak adalah karena mereka belum bisa memproduksi sputum, campuran lendir dan ludah, untuk melakukan mengembangkan sampel yang bisa digunakan untuk menguji apakah ada TBC atau tidak.
Ilustrasi peneliti di laboratorium. (Foto: jarmoluk/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peneliti di laboratorium. (Foto: jarmoluk/Pixabay)
Melihat hal ini, para peneliti di Tanzania dan Mozambik kemudian mencoba untuk menyelidiki apakah TBC bisa dideteksi melalui baunya. Sebelum melakukan penelitian ini, mereka telah mendengar cerita bahwa beberapa penyakit paru-paru mengeluarkan aroma yang kuat dan khas serta dapat diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Karena itu, mereka kemudian melatih tikus raksasa Afrika (Cricetomys ansorgei) untuk mengendus aroma dari senyawa yang ada pada TBC. Kemudian mereka mengumpulkan sputum dari rumah sakit-rumah sakit terdekat untuk diuji coba.
Dari sampel 34 anak berusia 1 hingga 5 tahun, tikus-tikus tersebut dapat mendeteksi 23 kasus TBC tambahan. Kemudian, dari 94 kasus pada usia 6 hingga 10 tahun, sebanyak 35 kasus TBC baru dapat terdeteksi.
Pada remaja, dari 775 kasus, tikus-tikus tersebut dapat mendeteksi 177 kasus baru lagi. Dan terakhir, dari 7.448 kasus pada orang dewasa, 2.510 kasus baru berhasil terdeteksi.
Percobaan ini telah membuktikan bahwa deteksi TBC pada orang dewasa dengan menggunakan tikus tidak sebaik deteksi pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, dalam makalah hasil penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Pediatric Research pada April 2018.ini, tidak dijelaskan bagaimana tikus-tikus tersebut dilatih untuk mendeteksi TBC. Selain itu, para peneliti juga menyatakan bahwa riset lanjutan masih dibutuhkan untuk mengetahui seberapa sensitif sebenarnya penciuman tikus ini pada TBC.