Tim Arkeolog AS dan Israel Klaim Telah Menemukan ‘Gereja Para Rasul’

2 Agustus 2019 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gereja zaman Bizantium, yang diklaim sebagai Gereja Para Rasul. Foto: Zachary Wong
zoom-in-whitePerbesar
Gereja zaman Bizantium, yang diklaim sebagai Gereja Para Rasul. Foto: Zachary Wong
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan yakin, sebuah gereja Kristen berusia 1.400 tahun yang digali di dekat Danau Galilea, Israel utara, merupakan “Gereja Para Rasul” yang legendaris. Menurut mereka, gereja itu dibangun di atas rumah tradisional Peter dan Andrew, dua pengikut awal Yesus.
ADVERTISEMENT
Gereja kuno ini ditemukan oleh para arkeolog dari Amerika Serikat dan Israel yang melakukan penggalian selama empat tahun di sebuah situs yang letaknya tak jauh dari Danau Galilea, yakni danau air tawar di sepanjang Sungai Yordan.
Mereka adalah tim arkeolog dari Nyack College dan Kinneret College on the sea of Galilee yang menggali situs tersebut di Beit Habek, sejak 2006. Pada 2017, mereka mengumumkan telah menemukan sisa-sisa kota Romawi kuno yang berasal antara abad pertama Sebelum Masehi dan abad ketiga Masehi.
Ahli geografi sejarah Steven Notley dari Nyack College di New York mengatakan, timnya sekarang meyakini bahwa mereka telah menggali situs desa nelayan kuno Yahudi di Bethsaida, yang kemudian menjadi kota Romawi Julias.
Lantai mosaik hiasan gereja zaman Bizantium yang dikatakan sebagai "Gereja Para Rasul". Foto: Zachary Wong
Meski begitu, penemuan ini justru dianggap kontroversial. Sebab, para arkeolog lain juga telah menggali situs alternatif desa alkitabiah Bethsaida sejak akhir 1980-an, di dekat et-Tell, dengan jarak 1,5 kilometer dari situs yang baru ditemukan di Beit Habek, yang juga dikenal sebagai El Araj.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Notley bersikukuh bahwa timnya telah menemukan situs Bethsaida. Mereka juga yakin bahwa gereja zaman Bizantium yang digambarkan oleh seorang peziarah Kristen pada abad kedelapan adalah bangunan rasul Yesus yang dibangun di atas rumah Peter dan Andrew bersaudara.
“Kami baru mengajukan klaim setelah tiga atau empat tahun reservasi. Kami memiliki banyak bukti untuk mendukung klaim kami bahwa ini adalah Bethsaida,” ujar Notley kepada Live Science.
Gereja Para Rasul
Bethsaida disebutkan beberapa kali dalam Perjanjian Baru: Yesus dikatakan telah menyembuhkan orang buta di sana, dan di dekatnya, telah memberi makan 5.000 orang dengan lima roti dan dua ikan. Dia juga dikatakan telah berjalan di perairan Danau Galilea.
Temuan-temuan dari gereja era Bizantium di Beit Habek termasuk salib Kristen yang diukir di atas batu. Foto: Zachary Wong
Dahulu, desa nelayan kecil ini menjadi rumah bagi tiga pengikut awal Yesus, mereka adalah rasul Petrus, Andreas, dan Filipus. Usai peristiwa penyaliban Yesus, Petrus dikatakan menjadi pemimpin umat, atau menjadi paus pertama dari gereja Kristen awal.
ADVERTISEMENT
Tradisi Gereja Para Rasul sendiri dimulai pada tahun 725 Masehi, ketika seorang uskup Bavaria bernama Willibald mengunjungi Bethsaida. Selama ini, tim arkeologi juga menduga bahwa sebuah gereja akan ditemukan di situs tersebut, menyusul ditemukannya marmer berukir dan potongan-potongan mosaik dinding.
“Kami telah memiliki bukti untuk itu, dan itu hanya masalah waktu sampai kami benar-baner menemukannya,” kata Notley.
Lantai mosaik dan fitur arkeologis lainnya dari gereja awal itu akhirnya terungkap oleh penggalian terbaru pada musim panas ini. Tim sekarang sedang mencoba menggali sisa-sisa seluruh gereja sebelum memutuskan, apakah mereka akan menggali lebih dalam untuk melihat struktur keagamaan yang sebelumnya, atau bahkan rumah tradisional dari para rasul.
Menurut Notley, desa nelayan kecil Yahudi di Bethsaida tumbuh menjadi kota Romawi Julias, yang digambarkan oleh sejarawan Yahudi Josephus pada abad pertama. Kota Romawi kemudian menghilang dari catatan kontemporer selama kurang lebih 200 tahun setelah abad ketiga, mungkin karena terkena banjir dari Sungai Yordan yang berada di dekatnya.
ADVERTISEMENT
Namun, penggalian menunjukkan, situs itu kembali diduduki selama periode Bizantium, sejak abad keenam dan seterusnya. Situs ini juga menjadi permukiman Kristen, termasuk Gereja Para Rasul, yang dideskripsikan oleh Willibald pada abad kedelapan.
Notley mengatakan permukiman Bizantium itu kemudian ditinggalkan selama periode Islam dan diduduki oleh tentara salib Kristen pada abad ke-12 dan 13. Sedangkan situs arkeologi alternatif yang diusulkan menjadi Bethsaida di dekat et-Tell, menurut Notley, jaraknya terlalu jauh dari danau untuk menjadi desa nelayan.