news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Titi Wati Berbobot 350 Kg, Bagaimana Manusia Bisa Sangat Besar?

8 Januari 2019 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titi Wati (kiri), wanita tergemuk di Kalimantan Tengah bersama Herlina (kanan) anak kandungnya saat beraktivitas sehari-hari di kediamannya. (Foto: Antara Kalteng/Adi Wibowo)
zoom-in-whitePerbesar
Titi Wati (kiri), wanita tergemuk di Kalimantan Tengah bersama Herlina (kanan) anak kandungnya saat beraktivitas sehari-hari di kediamannya. (Foto: Antara Kalteng/Adi Wibowo)
ADVERTISEMENT
Kegemukan dan obesitas sudah menjadi masalah besar bagi banyak orang di Indonesia. Misalnya saja Titi Wati. Perempuan berusia 37 tahun asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, itu memiliki berat badan sekitar 350 kilogram.
ADVERTISEMENT
Kondisinya itu membuat Titi mengaku kesulitan bergerak, bahkan sekadar untuk mengangkat tubuhnya dari tempat tidur. Titi kini hanya bisa tengkurap di tempat tidurnya.
"Setiap kali bangun tidur bagian kaki saya selalu sakit seperti kram, kemudian badan terasa sakit semua," ujar Titi.
Melihat kondisi itu, tidak hanya rasa iba yang kita rasakan. Terkadang muncul juga rasa penasaran bagaimana manusia bisa mengalami obesitas hingga berbobot sebesar itu?
Lloyd Stegemann, spesialis bedah bariatrik atau penurunan berat badan di Texas, Amerika Serikat, sekaligus anggota American Society for Metabolic and Bariatric Surgery (ASMBS), menjelaskan bahwa ada beberapa alasan kenapa orang bisa memiliki berat badan yang sangat besar.
Menurutnya, faktor-faktor seperti genetik dan lingkungan merupakan yang utama dalam menyebabkan orang mengalami obesitas.
ADVERTISEMENT
"Sudah semakin banyak riset mengenai obesitas yang menemukan hubungan kuat antara genetik dengan obesitas. Kemungkinan besar hubungannya disebabkan oleh perbedaan genetik dalam metabolisme energi mereka," papar Stegemann sebagaimana dikutip dari situs organisasi Obesity Action.
"Pada suatu titik di perkembangan umat manusia, kemampuan untuk menyimpan lemak secara efisien akan memberikan keuntungan bagi tingkat kelangsungan hidup. Tapi sekarang ini karena makanan berlimpah, kemampuan menyimpan lemak itu membuat seseorang berada dalam risiko mengalami obesitas," tambah dia.
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas (Foto: Thinstock)
Di samping itu, Stegemann mengatakan bahwa faktor lingkungan turut mempengaruhi seseorang bisa mengalami obesitas.
"Orang-orang tidak mengalami obesitas parah dalam waktu satu malam. Dan meski ada anak-anak yang lahir dengan berat badan tinggi memiliki risiko mengalami obesitas saat dewasa, kebanyakan orang dengan obesitas parah memiliki berat badan normal saat lahir," jelas Stegemann.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa dalam suatu skenario di mana seseorang tidak berolahraga, tidak menjaga gaya makan serta gaya hidupnya, maka obesitas semakin mungkin terjadi.
Pola makan yang tak sehat sebabkan obesitas (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pola makan yang tak sehat sebabkan obesitas (Foto: Thinkstock)
Stegemann berpendapat bahwa untuk mengatasi obesitas, kita semua harus fokus mengatasi obesitas akibat faktor lingkungan.
"Kita sebagai suatu masyarakat harus mengambil tanggung jawab dengan mengimplementasikan kebijakan kesehatan publik yang mempromosikan makanan sehat serta peningkatan aktivitas fisik," kata Stegemann.
"Ada ungkapan dalam dalam dunia perawatan obesitas yang bilang 'Dalam obesitas, genetik mengisi amunisi, tapi lingkungan yang menembakannya'," imbuh dia.