Tubuh Seorang Perempuan Lumpuh Setelah Dia Meretakkan Lehernya

22 April 2019 9:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi meretakkan leher hingga berbunyi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meretakkan leher hingga berbunyi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita menganggap meretakkan persendian tubuh hingga berbunyi “krek” sebagai aktivitas normal yang tak berbahaya. Tapi ada risiko menyeramkan di baliknya.
ADVERTISEMENT
Meretakkan persendian badan hingga berbunyi “krek” ini ternyata bisa membuat seseorang mengalami lumpuh di sebagian tubuhnya. Hal seperti inilah yang dialami seorang perempuan asal Inggris.
Sebagian tubuh Natalie Kunicki, seorang paramedis berusia 23 tahun, mengalami kelumpuhan setelah ia meretakkan lehernya. Menurut tim dokter, kelumpuhannya disebabkan oleh stroke yang terjadi akibat ia meretakkan lehernya.
Kisah menyedihkan ini bermula ketika Kunicki sedang menonton film di tempat tidur bersama kawannya. Di atas tempat tidur itu ia meregangkan lehernya dan mendengar adanya bunyi keras “krek” keluar dari lehernya.
Membunyikan jari tangan. (Foto: Giphy)
Kunicki mengabaikan bunyi itu dan menganggapnya biasa-biasa aja. Sebab, sebelumnya ia sudah sering mendengar sendi-sendi di tubuhnya mengeluarkan bunyi keras saat diregangkan atau diretakkan. Tapi 15 menit kemudian, ketika Kunicki ingin ke ke kamar mandi, ia tidak bisa merasakan kakinya. Kakinya mati rasa.
ADVERTISEMENT
Perempuan asal Inggris itu langsung dibawa ke University College London Hospital. Di sana para dokter menemukan bahwa arteri vertebralis di lehernya pecah akibat ia meretakkan lehernya itu.
Kejadian ini menyebabkan timbulnya gumpalan darah di bagian leher. Menurut laporan LiveScience, gumpalan darah itu memicu stroke dan menyebabkan bagian kiri tubuhnya mengalami kelumpuhan.
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Asal Bunyi ‘Krek’
Kita sering mendengar bunyi “krek” saat seseorang meregangkan atau meretakkan leher, punggung, pinggang, atau jari tangan maupun kaki. Bunyi ini sebenarnya berasal dari pecahnya gelembung nitrogen yang ada di daerah pelindung sendi, atau berasal dari otot ligamen yang bergerak kembali ke tempatnya.
Biasanya hal itu tidak berbahaya. Tapi jika peregangan sendi diikuti oleh rasa sakit atau pembengkakan, ini bisa mengindikasikan adanya cedera yang harus ditangani.
ADVERTISEMENT
Jadi, sebaiknya kita menghindari meregangkan atau meretakkan leher hingga membuatnya mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti itu bisa membuat pecahnya dinding pembuluh darah yang punya peran penting membawa suplai darah ke otak.
"Robekan di dinding pembuluh darah bisa menyebabkan stroke jika ada gumpalan darah yang terbentuk di daerah cedera, dan menutup aliran darah ke otak," jelas Dr. Robert Glatter, dokter gawat darurat di Lenox Hill Hospital, sebagaimana dilansir LiveScience.
Selain bisa menyebabkan stroke hingga terjadinya kelumpuhan, Glatter menambahkan, meretakkan leher juga bisa menyebabkan kerusakan saraf, ligamen, dan tulang.
Untungnya, pada kasus Kunicki, para dokter bisa mengobati pembuluh darahnya yang robek. Dan meski para dokter tidak bisa mengangkat gumpalan darah di otaknya, gumpalan itu diduga bisa menghilang dengan sendirinya tanpa menyebabkan kerusakan lain.
ADVERTISEMENT
Kunicki sendiri mengalami kelumpuhan hingga beberapa minggu setelah operasi. Sebulan setelah terapi fisik, Kunicki bisa kembali menggerakkan beberapa bagian tubuhnya. Meski begitu, ia masih harus menjalani rehabilitasi selama beberapa bulan.
"Tidak ada cara yang benar-benar aman untuk meretakkan leher Anda," kata Glatter. "Cara yang paling aman adalah dengan menghindari melakukannya, demi terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi," imbuhnya.