Tumpahan Minyak Pertamina di Laut Karawang Ancam Kesehatan Manusia

1 Agustus 2019 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengumpulkan tumpahan minyak (Oil Spill) yang tercecer di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengumpulkan tumpahan minyak (Oil Spill) yang tercecer di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
ADVERTISEMENT
Peneliti pencemaran laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Reza Cordova, menyoroti dampak langsung dari tumpahan minyak mentah Pertamina di laut Karawang. Menurutnya, tumpahan minyak tersebut bisa menyebabkan kematian biota laut.
ADVERTISEMENT
Hal senada juga telah diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Menurut Susi, tumpahan minyak itu memberikan dampak lingkungan yang luar biasa dan bisa mengancam ekosistem perikanan di laut.
"Kesehatan laut jadi hal penting untuk produktivitas perikanan kita,” kata Susi dalam konferensi pers tentang Penanganan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di perairan Karawang, di Mina Bahari IV Gedung KKP, Jakarta, Kamis (1/8).
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hadiri konferensi pers tentang penanganan tumpahan minyak (Oil Spill) di perairan Karawang. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Tak hanya berdampak pada biota laut, menurut Reza, tumpahan minyak tersebut juga bisa mengancam kesehatan manusia. “Minyak itu memiliki hydrocarbon cyclic, dampaknya bisa menyebabkan kanker,” jelas Reza saat dihubungi kumparanSAINS melalui pesan singkat, Selasa (30/7).
Reza menuturkan, ada dua cara bagaimana hidrokarbon dari minyak mentah itu bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Pertama, melalui udara karena hidrokarbon dalam minyak tersebut menguap dan kemudian bercampur ke dalam udara. Kedua, hidrokarbon di perairan masuk ke dalam ikan dan kemudian manusia mengonsumsi ikan tersebut.
Pengamatan biota laut Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
“Hidrokarbon yang menguap umumnya lebih toksik (beracun) daripada yang masuk ke ikan. Jadi ada dua kemungkinan sumber, dari terhirup dan dari konsumsi,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Reza menuturkan hidrokarbon yang masuk ke dalam tubuh tersebut bisa menyebabkan mutasi genetik pada sel-sel tubuh sehingga mengubahnya menjadi sel-sel tumor yang kemudian berkembang menjadi kanker.
“Jadi ada hidrokarbon spesifik yang "dikenali" oleh tubuh dan akan bereaksi dengan enzim. Produknya akan menjadi metabolit yang akan bereaksi dengan DNA. Akibatnya ada mutasi genetik. Selanjutnya menjadi tumor yang berakhir menjadi kanker. Tapi ini tidak langsung ya, efeknya tergantung dari jumlah (hidrokarbon) yang masuk ke tubuh. Semakin besar, semakin tinggi pula kemungkinan menyebabkan kanker.”
Apa yang dikatakan Reza ini senada dengan pemaparan dua ilmuwan dari Departemen Kedokteran University of California-San Francisco, yakni Gina M. Solomon dan Sarah Janssen, di jurnal JAMA edisi 8 September 2010 lalu. Dua ilmuwan tersebut menjabarkan bahwa tumpahan minyak mengandung zat-zat yang bisa menyebabkan kanker pada tubuh manusia. Kala itu mereka sedang mengulas dampak tumpahan minyak mentah di Teluk Meksiko.
ADVERTISEMENT
Volume kebocoran minyak mentah di laut Karawang atau di lepas pantai utara Jawa ini sendiri diperkirakan mencapai 3.000 barel per hari. Tumpahan yang berasal dari Sumur YYA-1 di area milik Pertamina ini mulai menyebar ke laut hingga bibir pantai di Karawang, Bekasi, dan bahkan Kepulauan Seribu, Jakarta.
Tumpahan minyak mentah pertamina di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan bahwa tumpahan minyak 3.000 barel per hari itu terjadi konstan sejak 12 Juli 2019. Untuk menghindari tumpahan lebih banyak lagi, Pertamina diminta untuk segera mematikan sumur yang menjadi sumber semburan.
Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sukandar mengatakan, perbaikan sumur tersebut (relieve well) menjadi tanggung jawab Halliburton selaku perusahaan subkontraktor yang mengoperasikan sumur milik Pertamina tersebut, sedangkan penanganan tumpahan minyak di permukaan laut merupakan tanggung jawab Pertamina selaku pemilik minyak. Secara keseluruhan, yang bertanggung jawab atas kejadian ini adalah Pertamina.
ADVERTISEMENT