WhatsApp Akan Pasang Iklan, Kenapa Banyak Orang Anti Iklan Digital?

3 Desember 2018 7:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Whatsapp  (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Whatsapp (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
WhatsApp akan pasang iklan. WABetaInfo, blog teknologi yang sering membocorkan fitur baru WhatsApp, WABetaInfo, mengeluarkan prediksi bahwa akibat pemasangan iklan, ada banyak pengguna yang akan meninggalkan aplikasi pesan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di awal kehadirannya, WhatsApp dijanjikan sebagai aplikasi yang gratis dipakai selamanya dan tidak akan ada iklan di dalamnya. Namun tampaknya janji itu tidak akan bisa dipertahankan setelah WhatsApp diakuisisi Facebook pada 2014 lalu.
Jumlah pengguna WhatsApp yang menembus angka 1,5 miliar per bulannya membuat Facebook melihat aplikasi pesan tersebut sebagai 'lahan' baru untuk meningkatkan pendapatan. Chris Daniels, Vice President WhatsApp, mengatakan bahwa aplikasi itu akan menempatkan iklan di fitur Status miliknya yang mirip Stories di Instagram.
Selain diprediksi bakal ditinggalkan banyak pemakainya, karyawan WhatsApp juga tidak menyetujui usaha "cari duit" itu. Buntutnya, WhatsApp mulai ditinggalkan para pendirinya, seperti Brian Acton pada 2017 dan Jan Koum pada 2018. Kemudian Chief Business Officer, Neeraj Arora, juga memutuskan hengkang dari WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Secara umum, kenapa ada begitu banyak orang yang anti iklan digital?
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
Ternyata, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan Instart Logic dan Propeller Insights di awal 2018, para warganet merasa iklan di media sosial adalah seperti nyamuk atau lalat yang terbang dekat dengan telinga mereka.
Chris Binstadt, General Manager iklan dan media Instart Logic, menjelaskan bahwa hal ini berhubungan dengan semakin pintarnya konsumer.
"Konsumer telah menjadi lebih cerdas untuk mengetahui dengan pasti apa yang mereka ingin lihat dan bagaimana mereka ingin melihatnya," kata Binstadt dikutip dari AdWeek.
"Sebagaimana ruang (internet) semakin dewasa dan maju, pada waktu yang sama, para konsumer juga menjadi lebih pemilih dan mudah berubah-ubah keinginan," tambah dia.
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
Orang tidak suka iklan digital
ADVERTISEMENT
Survei ini mempelajari lebih dari 1000 orang dewasa di AS. Mereka menemukan bahwa para responden merasa terganggu saat bertemu iklan di dunia internet. Sebanyak 45 persen responden mengaku terganggu ketika bertemu iklan di media sosial, 36 persen merasa terganggu saat bertemu iklan di situs retail atau jual-beli, dan 34 persen merasa terganggu saat melihat iklan di situs berita.
Lebih dari setengah, sekitar 51 persen, responden mempercayai bahwa situs-situs online harus memiliki jumlah iklan yang lebih sedikit.
44 persen responden mengatakan jumlah maksimal iklan di situs adalah dua. Sementara iklan pop-up yang menghalangi konten dianggap menyebalkan oleh 57 persen peserta, dan 50 persen mengaku sebal dengan iklan yang menutupi seluruh layar.
ADVERTISEMENT
Survei juga menemukan bahwa 42 persen responden merasa terganggu oleh iklan pop-up saat sedang berbelanja di internet. Jumlah yang sama juga mengungkapkan kekecewaan mereka dengan situs retail yang lambat.
Bahkan survei menemukan bahwa iklan-iklan yang mempengaruhi performa situs atau aplikasi juga mempengaruhi para peserta untuk mengunjunginya.
Sebanyak 48 persen peserta survei mengatakan bahwa mereka akan meninggalkan situs atau aplikasi jika terjadi crash, dan 36 persen mengaku bahwa mereka tidak akan kembali mengunjungi situs atau aplikasi jika crash terjadi. Bahkan ada yang mengaku akan menggunakan situs atau aplikasi pesaingnya.