Ada Keteledoran Tim Pelatih di Balik Kasus Miftahul Jannah

9 Oktober 2018 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menpora (kiri) bersama Miftahul Jannah (tengah) di MPC Asian Para Games, Selasa (9/10/2018). (Foto: Karina N/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menpora (kiri) bersama Miftahul Jannah (tengah) di MPC Asian Para Games, Selasa (9/10/2018). (Foto: Karina N/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penggunaan hijab di cabang olahraga (cabor) judo berbuah delik di Asian Para Games 2018. Senin (8/10/2018), atlet judo Indonesia, Miftahul Jannah, didiskualifikasi dari nomor 52 kg karena menggunakan hijab.
ADVERTISEMENT
Sang atlet, yang seharusnya melawan Oyun Gantulga (Mongolia) di babak 16 besar itu, sejatinya mengaku sudah mengetahui aturan tidak boleh digunakannya penutup kepala —tak hanya hijab— di olahraga judo.
"Miftah (sapaan Miftahul, red) sudah tahu ada aturan buka hijab ketika pertandingan dimulai, tapi ingin coba menerobos, ingin menantang aturan untuk pertahankan prinsip," begitu pernyataan Miftahul saat jumpa pers di GBK Arena, Selasa (9/10).
Latihan gadis asal Aceh selama 10 bulan itu pun sia-sia. Sementara menurut Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Senny Marbun, Senin (8/10), ada kendala bahasa dari pelatih (sekaligus koordinator cabor judo) sehingga saat technical meeting. Sang pelatih disebutnya tak bisa berbahasa Inggris sehingga ia tidak bisa memberitahu kepada pengurus pertandingan bahwa Miftahul adalah seorang pengguna hijab.
ADVERTISEMENT
"Atas nama NPC, saya minta maaf karena keteledoran judo dan NPC. Regulasinya sepeti itu, jadi tidak ada diskriminasi," ucap Senny saat itu.
Namun, saat kumparanSPORT mencoba mendapat klarifikasi dari Ahmad Bahar, koordinator alias penanggung jawab cabor judo Asian Para Games 2018, ia tutup mulut. Belum diketahui mengapa Miftah tetap didaftarkan meski regulasi larangan penutup kepala sudah ada.
"Technical meeting satu hari sebelumnya, mengacu ke rules International Judo Federation (IJF), tidak boleh pakai penutup kepala, bukan hanya kerudung. Kami harus hormati segalanya, mungkin ke depan bisa gunakan hijab yang soft atau dari karet," kata Ahmad.
Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, mengatakan akan mengevaluasi NPC termasuk tim judo. "Iya, saya sedang mengevaluasi NPC, tidak boleh terulang lagi," ucap Imam saat jumpa pers bersama Miftah.
ADVERTISEMENT
Miftahul Jannah, atlet para judo Indonesia di Asian Para Games 2018 (Foto: ANTARA/BOLA.COM/M Iqbal Ichsan)
zoom-in-whitePerbesar
Miftahul Jannah, atlet para judo Indonesia di Asian Para Games 2018 (Foto: ANTARA/BOLA.COM/M Iqbal Ichsan)
Demikian juga dengan Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Mulyana. Ia berujar keteledoran pelatih yang jadi masalah sehingga pihaknya akan memanggil tim judo, Selasa (9/10), untuk dilakukan evaluasi. "Pelatih yang tidak paham aturan," katanya.
Meski begitu, Menpora Imam Nahrawi tetap menghormati keputusan Miftah yang tegas berdiri menjunjung prinsipnya. Meski Miftah gagal bertanding, Menpora kembali menegaskan soal kebijakan bonus apresiasi bagi semua atlet di Kontingen Indonesia, menang atau kalah, bertanding atau kalah sebelum bertanding seperti kasus Miftah.
"Tentu peristiwa ini pembelajaran berharga bagi NPC untuk betul-betul mengingat regulasi yang ada," pungkas Menpora.
Sesuai poin nomor 4 Artikel 4 Regulasi IJF, penutup kepala apa pun memang dilarang kecuali perban atau kebutuhan medis. Ikat rambut pun harus berbahan karet. Kini, pemerintah pun mencoba meminta IJF untuk mengubah regulasi tanpa mengesampingkan keamanan atlet.
ADVERTISEMENT
Di judo, hijab dilarang karena adanya teknik bawah yang bisa berdampak tercekiknya atlet ketika ada kerudung atau benda lain yang menutupi leher. Sementara olahraga seperti renang, wushu, pencak silat, hingga karate sudah memperbolehkan hijab saat bertanding.