Ada Rekor yang Terhenti di Balik Lolosnya Spurs ke Playoff NBA

10 April 2018 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
San Antonio Spurs keok. (Foto: Jeff Swinger-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
San Antonio Spurs keok. (Foto: Jeff Swinger-USA TODAY Sports via Reuters)
ADVERTISEMENT
San Antonio Spurs mungkin bukan tim paling menawan di Wilayah Barat pada kompetisi NBA musim 2017/2018. Pendar mereka kalah terang dari Houston Rockets yang secara mengejutkan bisa memutus dominasi Golden State Warriors.
ADVERTISEMENT
Kondisi Rockets dan Spurs bagaikan langit dan bumi di musim reguler ini. Jika Rockets dengan mulusnya memimpin klasemen dan dengan mudahnya meloloskan diri ke babak playoff, Spurs justru tertatih-tatih, bahkan untuk sekadar meraih kemenangan di tiap laga.
Hingga akhirnya kemenangan atas Sacramento Kings di AT&T Arena pada Selasa (10/4/2018) pagi WIB, menjadi momen bagi Spurs menunjukkan bahwa mereka tetaplah tim besar. Kemenangan dengan skor 98-85 membuat Spurs dipastikan lolos ke playoff dan kini berada di posisi enam.
Spurs kudu berterima kasih pada penampilan pemain veteran mereka, Manu Ginobili, yang menyumbang 17 poin saat diturunkan dari bangku cadangan. Pemain asal Argentina berusia 40 tahun itu bahu membahu dengan Rudy Gay yang mencetak 18 poin untuk membuat Spurs menjadi tim kedua dengan rekor lolos ke playoff selama 21 tahun berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, rekor tersebut tidak berarti menjadikan Spurs sebagai tim favorit untuk bisa melaju ke babak final. Apalagi, di balik bertambahnya rekor mereka, ada rekor lain yang terhenti di musim ini, yaitu terhentinya rekor Spurs sebagai tim yang bisa meraih lebih dari 50 kemenangan di tiap musim reguler selama 18 tahun.
Selama 18 tahun terakhir itu Spurs coba menghindari nasib (tidak meraih 50 kemenangan), tapi melakukan hal dengan benar terkadang tidak cukup. Pada akhirnya, faktor-faktor macam ketidak beruntungan, hilangnya beberapa pemain karena umur, dan cedera menjadi hal-hal yang membikin Spurs kudu melupakan soal rekor tersebut.
Ginobili sadar betul akan hal ini, oleh karenannya Spurs diminta untuk menurunkan ekspektasinya musim ini. "Terkadang Anda harus realistis dan menyesuaikan tujuan Anda dengan potensi dan cara Anda bermain selama musim berjalan," katanya kepada ESPN usai laga melawan Kings.
ADVERTISEMENT
"Kami harus realistis, mungkin kami bukan lagi favorit tahun ini atau tidak akan meraih 60 kemenangan seperti musim sebelumnya. Setelah apa yang terjadi pada Februari dan awal Maret, kami harus mengubah ekspektasi dan berupaya meraihnya. Tujuan kami hanya untuk lolos playoff."
"Ketika sudah lolos, barulah kita berbicara soal posisi di klasemen. Bagaimana Wilayah Barat tahun ini berjalan memang sangat gila, semuanya terasa buntu, sangat ketat soal poin dan akhrinya kami lega bisa lolos."
Komentar Ginobili soal timnya dan bagaimana kondisi Wilayah Barat benar adanya. Mari kita buang Rockets dan Warriors dari pembicaraan ini, karena sekitar tujuh tim punya kans yang sama untuk lolos ke playoff.
Portland Trail Blazers di posisi tiga, Utahh Jazz keempat, New Orlean Pelicans kelima, Spurs keenam, Oklahoma City Thunder ketujuh, Minnesota Timberwolves kedelapan, dan Denver Nuggets kesembilan, punya selisih yang sangat tipis.
ADVERTISEMENT
Ya, kami sebut tipis karena ketujuh tim ini rata-rata hanya berjarak satu kemenangan atau kalah selisih kemasukkan dan memasukkan dari lawan-lawannya. Sebagai contoh, Nuggets di posisi sembilan hanya kalah selisih poin kemasukkan dari Wolves di posisi delapan. Pelicans di posisi lima hanya berselisih satu kemenangan dari Jazz di tempat keempat.
Bayangkan dengan kondisi seperti ini Spurs kudu mengarungi musim dengan masalah cedera di tubuh mereka. Tony Parker, Ginobili, dan Kawhi Leonard kerap diterpa cedera, dan untuk nama terakhir bahkan hanya bermain sembilan kali saja di musim reguler. Kondisi ini membuat Spurs sudah mengganti starting lineup-nya sebanyak 25 kali.
"Seperti yang sudah sering dikatakan, kami melewati musim yang ketat dengan banyak masalah cedera dan rotasi. Saya tidak tahu persis berapa jumlahnya, tapi jumlah pergantian starting five kami sangat gila," tutur Ginobili menambahkan.
ADVERTISEMENT
"Musim ini seperti roller coaster. Beberapa pertandingan Anda merasa baik, lalu Anda pergi ke Los Angeles dan menelan dua kekalahan. Kemudian kami pulang dan berkembang lagi untuk bertarung kembali. Ini benar-benar musim yang sulit."
Gregg Popovich melakukan protes. (Foto: TOBIAS SCHWARZ / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gregg Popovich melakukan protes. (Foto: TOBIAS SCHWARZ / AFP)
Pada akhirnya Spurs memang bisa lolos ke playoff dan melestarikan rekor mereka. Akan tetapi, mereka belum tentu bisa finis di posisi enam pada akhir musim, karena jika kalah pada laga terakhir melawan Pelicans, Spurs bisa saja finis di posisi delapan atau tempat paling buncit untuk meloloskan diri.
Popovich mengomentari santai soal posisi Spurs, pelatih berusia 69 tahun itu memang 'merasa' tidak bisa ada di posisi saat ini, tetapi yang paling penting adalah timnya lolos playoff dan bisa berkembang.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah posisi yang berbeda, kami sangat jarang ada posisi sekarang. Tapi tidak ada yang berubah, tetap rendah hati dengan kemenangan, belajar dari kekalahan, dan coba untuk berkembang. Seperti yang kami katakan setiap tahunnya; Kami ingin menjadi tim terbaik ketika palyoff tiba."
"Kami memiliki pemain yang bisa berkembang tapi kami merasa frustrasi karena gagal menempati posisi pertama karena alasan yang semua sudah ketahui. Tapi, hidup harus terus berjalan karena saya pikir para pemain sangat luar biasa dengan kondisi ini," pungkas Popovich.
Well, lolos playoff tapi tidak meraih 50 kemenangan dalam semusim bukan berarti Spurs bisa disebut gagal. Yang pasti dari hal ini buat Spurs adalah, tidak ada sesuatu yang bertahan selamanya, termasuk rekor mereka. Dan Spurs kudu bersiap, jika mereka hanya finis di posisi delapan, Rockets bakal jadi lawan mereka di babak playoff.
ADVERTISEMENT