Akankah 2019 Jadi Tahunnya Denver Nuggets di NBA?

2 Januari 2019 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LeBron James (tengah) diadang pemain-pemain Denver Nuggets. (Foto: Kelvin Kuo-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
LeBron James (tengah) diadang pemain-pemain Denver Nuggets. (Foto: Kelvin Kuo-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Denver Nuggets menjadi salah satu tim NBA yang paling sibuk dalam menyambut musim 2018/19. Kesibukan pertama yang dilakukan adalah perombakan logo dan seragam tim pada pertengahan Juli 2018.
ADVERTISEMENT
Perubahan identitas ini bukan untuk melupakan sejarah. Sebaliknya, Nuggets tengah berupaya membikin sejarah baru dalam perjalanan mereka di NBA. Menambahkan dua gambar kapak menyilang di logo anyar berwarna kuning emas menjadi repersentasi dari Nuggets yang tengah berjuang meniti kejayaan.
Presiden Nuggets, Josh Kroenke, saat peluncuran logo anyar timnya, menyebut bahwa tim yang bermarkas di Pepsi Center tersebut sudah berada di trek yang tepat untuk menciptakan sejarah baru.
"Kata kunci dari apa yang kami lakukan jelang musim baru ini adalah 'Evolve' (berkembang). Saya pikir itulah yang terus kami lakukan, kami sedang menuju sesuatu yang baru. Saya rasa para pemain muda kami istimewa dan mereka bisa terus berkembang untuk menciptakan sejarah," katanya seperti dilansir situs resmi NBA.
ADVERTISEMENT
Nyatanya, ucapan Kroenke tak cuma bualan semata. Perubahan logo jadi langkah awal dari keseriusan Nuggets mengarungi musim 2018/19. Hingga pekan ke-12 musim reguler, Nuggets bercokol sebagai pemuncak klasemen wilayah barat di atas Golden State Warriors, San Antonio Spurs, dan Houston Rockets yang terus bergantian mendominasi belakangan ini.
Perjalanan impresif Nuggets sudah terlihat sejak awal. Dari 10 laga di awal musim 2018/19, Nuggets mengantongi 9 kemenangan dan hanya sekali keok. Sampai 35 pertandingan dilewati, Nuggets meraih 24 kemenangan dan 11 kali kalah --terbaik ketiga di liga setelah Milwaukee Bucks dan Toronto Raptors.
Kondisi itu bisa dibilang jadi peningkatan yang siginifikan. Sebagai perbandingan, Nuggets selalu finis di posisi 9 pada dua musim ke belakang. Bahkan, sudah lima musim terakhir mereka tak pernah lolos ke babak play-off.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah semua ini disebabkan karena seragam dan logo Nuggets yang diubah? Tentu tak sesederhana itu.
Nuggets kalahkan Spurs di Pepsi Center. (Foto: USA Today/Reuters/Ron Chenoy)
zoom-in-whitePerbesar
Nuggets kalahkan Spurs di Pepsi Center. (Foto: USA Today/Reuters/Ron Chenoy)
Pemain Bermental Play-off Didatangkan
Untuk menyongsong babak play-off, Nuggets sudah menyiapkan amunisi sejak musim lalu dengan mendatangkan Paul Millsap. Meski saat itu ia berusia 32 tahun, curriculum vitae-nya cukup menterang karena sarat pengalaman di babak play-off.
Sejak pertama mentas di NBA pada 2006, Millsap sudah bermain 87 kali di play-off dengan rata-rata 13,3 poin dan 7,6 rebound. Kontribusinya musim lalu buat Nuggets juga cukup apik saat turun di 37 laga dengan rata-rata mencetak 14,6 poin. Musim ini dari 25 kali penampilan, Millsap menorehkan 13,3 poin dan 5,7 rebound per pertandingan.
Millsap sendiri berposisi sebagai forward dan untuk menyeimbangkan kehadirannya, Nuggets mendatangkan point guard veteran dalam diri Isaiah Thomas di awal musim ini. Meski masih menepi karena cedera, eks pemain Boston Celtics ini pun punya pengalaman mumpuni di babak play-off.
ADVERTISEMENT
Isaiah Thomas bersama Al Horford dan Jae Crowder (Foto: Tom Szczerbowski/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Isaiah Thomas bersama Al Horford dan Jae Crowder (Foto: Tom Szczerbowski/Reuters)
Dari total 25 penampilan di play-off, Thomas rata-rata mencetak 22,6 poin dan melepas 5,3 assist. Beruntung buat Nuggets, dari kabar teranyar Thomas diperkirakan bisa kembali bermain di bulan Januari ini. Dengan demikian, pelatih Michael Malone memiliki banyak stok di posisi guard selain Jamal Murray, Monte Morris, dan Brandon Goodwin.
Darah Muda yang Makin Berbahaya
Mendatangkan pemain berkaliber play-off plus veteran 'hanya' sebagai pelengkap dari amunisi yang sudah dimiliki Nuggets, yakni para pemain muda potensial. Untuk sosok-sosok ini, Murray (21 tahun) dan Nikola Jokic (23 tahun) jadi insan muda yang paling menonjol.
Murray yang memasuki tahun ketiganya di NBA mengalami peningkatan signifikan soal mencetak angka. Di musim ini rata-rata ia membukukan 18,6 poin, semusim ke belakang 16,7, sedangkan di musim perdana cuma 9,9 angka.
ADVERTISEMENT
Sementara Jokic yang memasuki tahun keempat di NBA bersama Nuggets, terus tumbuh menjadi center komplit. Tak cuma apik dalam menjaga ring (protect the rim), tapi juga moncer soal mencetak poin dan sanggup membagi bola. Dari 34 laga musim ini, pemain asal Serbia itu membukukan 18 poin, 9,8 rebound, dan 7,4 assist per laga.
Jamal Murray (kiri) dan Nikola Jokic, dua ujung tombak Denver Nuggets. (Foto: Joe Camporeale-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Murray (kiri) dan Nikola Jokic, dua ujung tombak Denver Nuggets. (Foto: Joe Camporeale-USA TODAY Sports via Reuters)
Tapi, tak cuma dua pemain ini yang berpendar. Morris (23 tahun) yang biasanya jadi pelapis Murray di pos guard mengalami peningkatan dengan rata-rata memasukkan 10,1 poin dari asalnya 3,3 angka per gim musim lalu.
Ada juga Malik Beasley (23 tahun) sebagai pelapis Gary Harris di posisi shooting guard. Di musim ketiganya, Beasley menorehkan 9,1 poin. Raihan ini cukup apik untuk mengimbangi Haris yang rata-rata mencetak 16,6 angka.
ADVERTISEMENT
Lebih Matang, Lebih Solid
Muara dari perombakan tim di kubu Nuggets adalah membentuk permainan yang lebih solid karena memiliki kedalaman tim bagus. Total ada 11 orang yang punya rata-rata bermain di atas 20 menit. Tujuh pemain bisa mencetak di atas 10 poin, sehingga tak ada yang terlalu mendominasi.
Murray yang rata-rata mencetak 18,6 poin, perbedaannya tak terlalu jauh dari rekan-rekannya seperti Jokic (18), Harris (16,6), Millsap (13,3), Juan Hernangomez (10,2).
Tak mengherankan pula jika permainan Nuggets begitu kolektif. Buktinya, mereka ada di peringkat kedua sebagai tim dengan rata-rata assist terbanyak per laga NBA (27,2), hanya kalah tipis dari Warriors di peringkat pertama (27,9).
Guard Denver Nuggets, Jamal Murray, saat menghadapi New York Knicks. (Foto: Isaiah J. Downing-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Guard Denver Nuggets, Jamal Murray, saat menghadapi New York Knicks. (Foto: Isaiah J. Downing-USA TODAY Sports via Reuters)
***
Masih ada sekitar 50 pertandingan yang mesti dilewati Nuggets di musim reguler 2018/19 sepanjang 2019 ini. Sehingga, segala peningkatan yang dialami sejauh musim ini berjalan tak boleh membikin jemawa agar bisa mengunci satu tiket ke babak play-off.
ADVERTISEMENT
Tapi ingat, penampilan impresif di musim reguler tak bisa jadi jaminan saat mentas di babak play-off. Masih segar diingatan bagaimana Rockets dominan musim lalu dengan meraih 65 kemenangan dan kalah 17 kali sepanjang musim reguler. Namun, James Harden dkk. terhenti di semifinal wilayah barat dan Warriors yang jadi batu sandungan itu.
Berkaca pada kasus Rockets musim lalu, cederanya pemain kunci macam Chris Paul menjadi salah satu faktor besar mereka terpeleset. Kini, Nuggets yang sudah punya modal kedalam skuat dan cenderung bermain lebih kolektif, bisa berharap mampu mengentikan dominasi Warriors musim ini.