All England: Kehebohan Suporter Indonesia Diakui di Arena Birmingham

10 Maret 2019 7:38 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Arena Birmingham di hari pertama All England 2019, Rabu (6/3). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Arena Birmingham di hari pertama All England 2019, Rabu (6/3). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
ADVERTISEMENT
Istora Gelora Bung Karno (GBK), di kawasan Senayan, Jakarta, adalah istana bagi para penggemar bulu tangkis. Selain jadi tempat berkumpul di tiap turnamen, kehebohan badminton lovers itu pastinya hadir bersama gemuruh tepuk balon dan yel-yel semangat.
ADVERTISEMENT
Di Istora itu, Anda bisa bermain sulap. Cobalah teriak 'IN-DO-NE-SIA!' dengan lantang. Secara otomatis, ribuan suporter pasti akan membalasnya dengan tepukan balon lima kali (lalu diulang tiga kali).
Tanpa aba-aba pun, suara 'Eaaa!' saat wakil Tanah Air memukul dan balasan 'Huuu' kepada lawan layaknya tombol volume yang diperbesar, dari mulut sejumlah orang, menjadi mantra yang menyihir semua orang.
---
Kali ini, suasana seperti itu tersaji di Arena Birmingham, Inggris, dalam perempat final dan semifinal All England pada Jumat (8/3/2019) dan Sabtu (9/3). Bahkan, khusus pada perempat final, terhitung hanya ada tujuh mahasiswa yang getol melakukan teriakan dukungan.
Namun, itu saja sudah lebih dari cukup untuk terdengar dan diapresiasi oleh salah satu pemain, Fajar Alfian, yang mengatakan termotivasi saat mendengar teriakan suporter di Arena Birmingham.
ADVERTISEMENT
Pertandingan antara Fajar/Rian dan Aaron/Soh di semifinal All England 2019. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Ada puluhan anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Inggris yang hadir langsung di Arena Birmingham, lengkap dengan atribut dan bendera merah-putih. Dari segerombolan muda-mudi itu, kumparanSPORT lebih dulu menemui Duta Besar Republik Indonesia, Dr. Rizal Sukma.
"All England salah satu event prestisius, ini juga jadi kebanggaan warga Indonesia di Inggris karena kita salah satu negara yang rutin menjadi juara di All England meski tidak berturut-turut seperti dulu," ujar Rizal mengawali percakapan.
Well, meski bulu tangkis bukan olahraga nasional warga lokal, Rizal mengatakan Warga Negara Indonesia (WNI) tetap gemar bermain bulu tangkis di Negeri Ratu Elizabeth itu. Termasuk menjaga tradisi menyaksikan langsung All England 2019 di Arena Birmingham, King Edwards Road, B1 2AA.
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang justru menjadi identitas khas WNI di Birmingham. Teriakan heboh WNI yang mayoritas adalah mahasiswa itu mengundang decak kagum dan takjub, heran dan mengundang rasa ingin tahu hingga dijadikan contoh oleh Federasi Bulu Tangkis Inggris.
"Nah, kami kalau lagi menonton All England, Federasi Bulu Tangkis Inggris selalu menyarankan orang untuk menonton saat ada wakil Indonesia karena suasananya berbeda. Kehadiran para pendukung WNI cukup unik di All England, paling meriah," kata Rizal mengakhiri.
Empat mahasiswa Indonesia jadi suporter di Arena Birmingham pada perempat final All England 2019, Jumat 8/3). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Jumlah pelajar di Indonesia di Inggris sendiri berkisar 4.600 dari total 11 ribu WNI yang ada. Dari beberapa di antaranya yang hadir di Arena Birmingham, kumparanSPORT mengobrol dengan tiga orang yang setia menonton wakil Indonesia sejak perempat final.
ADVERTISEMENT
Menurut Stefanus Anugerah (21), warga lokal di berbagai kota Inggris banyak yang menyukai bulu tangkis meski tidak seheboh di Indonesia. Bersama temannya, Handi Aulia (22), Stefanus pun ikut bermain bulu tangkis di daerah Hall, Birmingham.
"Saya sudah 6 tahun main bulu tangkis. Di Jakarta sering main bulu tangkis juga, di Inggris juga tetap main di Hall sama teman. Di sini mereka suka olahraga raket seperti tenis dan bulu tangkis. Di Hall juga walaupun kota kecil banyak yang main bulu tangkis," ujarnya.
Ada juga Arif Susanto (30) mahasiswa S2 yang mengaku sangat memerhatikan perkembangan bulu tangkis Indonesia. Sementara pemain favoritnya adalah Taufik Hidayat, juga Sigit Budiarto yang disebutnya sebagai atlet cerdas. "Dia itu seperti Kevin Sanjaya zaman dulu," ujar Arif.
ADVERTISEMENT
"Memang soal perkembangan kompetisi, beda zaman beda tantangan. Bukan kita yang mundur, tapi negara lain memang semakin banyak yang menggeluti bulu tangkis. Sementara menurut saya regenerasi kita kurang mulus meski sejarahnya sudah lama," imbuhnya,
Pebulu tangkis putra Indonesia Jonatan Christie saat beraksi di All England 2019, di Arena Birmingham, Inggris. Foto: Widya Amelia - Humas PP PBSI
Bagi Augustina Lidya Sukandi (21) yang juga menjabat Sekretaris PPI MIB, selalu ada jejak keseruan dalam setiap kesempatannya menonton langsung pertandingan bulu tangkis. Yang paling seru, menurutnya tentu saja Asian Games 2018 di Jakarta.
"Sudah pernah menonton bulu tangkis waktu Asian Games. Seru banget. Tahun depan lulus (di Inggris), tapi Maret (2020) masih di Birmingham, jadi mau banget nonton All England lagi. Yang pasti kangen euforia Istora, kalau di sini orangnya diam, di Indonesia sangat meriah," ucap Lidya.
ADVERTISEMENT