Andrian Martgatha: Menebar Kasih di Pelatnas Cabor Boccia

6 September 2018 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih sekaligus pendamping di pelatnas boccia, Andrian Martgatha Kasih (tengah) , bersama atlet boccia asuhannya, Andi dan Awang. (Foto:  Karina Nur Shabrina)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih sekaligus pendamping di pelatnas boccia, Andrian Martgatha Kasih (tengah) , bersama atlet boccia asuhannya, Andi dan Awang. (Foto: Karina Nur Shabrina)
ADVERTISEMENT
Melatih, bekerja, mendampingi, menemani, sekaligus menjadi asisten atlet boccia. Itulah tugas Andrian Martgatha Kasih di pemusatan latihan nasional (pelatnas) cabang olahraga (cabor) boccia di Kota Surakarta.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelatih dan pendamping Andi dan Awang, dua atlet boccia, Andrian sekaligus menjadi keluarga terdekat kedua atlet karena selalu bersama hampir 24 jam setiap harinya. Bagi Andrian, itu adalah ibadah.
Andi dan Awang sendiri merupakan penyandang cerebral palsy atau gangguan otot dan gerak tubuh. Kerja ekstra karena Andi tidak bisa berbicara, juga tak lantas membuat Andrian mengeluh.
Di luar waktu berlatih, lulusan S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga di Universitas Sebelas Maret (UNS) itu juga menjadi asisten Andi dan Awang dari Senin hingga Sabtu. Pada Minggu, tak ada waktu latihan sehingga Andrian bisa sedikit lebih santai dan hanya siaga di jam makan mereka.
"Kalau di boccia sendiri, lebih ekstra ketimbang latihan cabor lain. Cabor lain selesai latihan, sudah atlet ngurus diri sendiri. Kalau di boccia tidak, bisa dikatakan kami pendamping harus siaga 24 jam," ucap Andrian kepada kumparanSPORT, saat ditemui di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Surakarta, Kamis (6/9/2018).
ADVERTISEMENT
"Andi hanya pakai isyarat, jadi harus mengerti maunya apa. Misalnya, kalau dia mau ke toilet, lapar, atau haus. Tapi saya tidak capai, sih. Kami tim pendamping sejak awal sudah niat dan tahu boccia itu apa dan harus bagaimana. Kami niat kerja sembari ibadah," katanya menambahkan.
Andrian juga ikut senang melihat keceriaan yang ditunjukkan Andi dan Awang selama berada di pelatnas. Hal itu ikut mendorong Andrian untuk terus mendedikasikan hidupnya demi menyokong Andi dan Awang serta atlet lain di cabor boccia pada Asian Para Games 2018.
"Mereka tidak sedih di pelatnas. Malah senang, ada teman yang sama. Biasanya mereka terasingkan. Di pelatnas malah bertemu teman yang sama, jadi mereka senang," ucap Andrian.
ADVERTISEMENT
Pawai obor Asian Para Games 2018. (Foto:  ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/ama/18.)
zoom-in-whitePerbesar
Pawai obor Asian Para Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/ama/18.)
"Kadang ada kekonyolan mereka, yakni tidak mau diremehkan. Mereka kadang kalau jatuh, lebih baik ditertawakan dulu. Temannya jatuh, mereka malah tertawa. Orang lain lihat mungkin marah, tapi mereka sendiri tidak merasakan sakit atau apa. Mereka inginnya dianggap sama, kalau harus dibantu baru kami bantu."
"Walaupun kondisi seperti itu, tapi jangan anggap mereka punya kekurangan. Itu prinsipnya. Bahkan pernah kami ajak keluar mereka, ada orang iba, mereka tidak suka," pungkas Andrian yang saat ini tengah melanjutkan studi S2 Ilmu Keolahragaan di UNS.
Adapun, cabor boccia memang cocok menjadi latihan bagi pengidap cerebral palsy. Aturan sekaligus gerakan melempar bola ke target mengasah ketepatan dan memperkuat otot para atlet boccia. Cabor ini sudah dipertandingkan sejak Asian Para Games pertama pada 2010 di Guangzhou.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, boccia pertama kali dipertandingkan pada Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) 2017 di Solo. Tahun ini, pada 7-12 Oktober mendatang, Andi dan Awang serta atlet lain di bawah arahan Andrian dan tim pelatih siap mewakili debut Indonesia di cabor boccia dalam gelaran Asian Para Games ketiga.