Andy Murray di 2019: Bangkit, Menang atas Diri Sendiri

10 Januari 2019 11:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Murray saat berlaga di babak kedua Wimbledon 2017. (Foto: Reuters/Tony O'Brien)
zoom-in-whitePerbesar
Murray saat berlaga di babak kedua Wimbledon 2017. (Foto: Reuters/Tony O'Brien)
ADVERTISEMENT
The Big Four kehilangan seorang petarungnya di sepanjang musim 2018 karena Andy Murray bertarung di arena yang lain. Di meja operasi, di rumah sakit, di ruang terapis--segala cara ditempuh demi menuntaskan cedera pinggul yang menghantam dan menghajar.
ADVERTISEMENT
Sebelum absen panjang di musim 2018, Murray yang sempat menjadi petenis nomor satu itu terakhir kali bertanding di Wimbledon pada Juli 2017. Kala itu, Murray kalah dari rival asal Amerika Serikat, Sam Querrey, di babak perempat final.
Fokus pada pemulihan cedera, Murray mengundurkan diri dari Amerika Serikat (AS) Terbuka 2017. Walaupun sempat tampil di laga ekshibisi melawan Roger Federer pada November 2017, Murray tetap memutuskan untuk mundur dari Brisbane International dan Australia Terbuka 2018.
Saat rival yang merangkap kawan-kawannya bertanding memperebutkan gelar juara Grand Slam di Melbourne Park, Murray naik meja operasi dan mendapat penanganan dari ahli ortopedi di Melbourne, dr. John O’Donnell. Dengan operasi ini, Murray berharap bisa kembali berlaga di Wimbledon yang digelar pada 2 Juli sampai 15 Juli 2018. Tapi sayang, harapan tinggal harapan, tak ada nama Murray di gelaran seagung Wimbledon.
ADVERTISEMENT
Maka, mulailah Murray berlaga di AS Terbuka 2018. Namun, perjalanannya hanya sampai di babak kedua usai kalah dari petenis Spanyol, Fernando Verdasco, 5-7, 6-2, 4-6, 4-6. Verdasco kembali mengalahkan Murray di Shenzhen Terbuka 2018, kali ini dalam laga dua set langsung, 6-4, 6-4.
Andy Murray absen di AS Terbuka. (Foto: Getty Images/Scott Barbour)
zoom-in-whitePerbesar
Andy Murray absen di AS Terbuka. (Foto: Getty Images/Scott Barbour)
Murray tidak sendirian, cedera siku pada 2017 dan penurunan performa juga pernah mendera 'personel' The Big Four yang lain, Novak Djokovic. Petenis asal Serbia yang menutup musim 2018 dengan trofi juara Wimbledon dan AS Terbuka ini, bangkit di Wimbledon setelah awal musim yang buruk. Kekalahan di perempat final Prancis Terbuka bahkan sempat mendorong Djokovic untuk mundur dari dunia tenis.
Kabar baiknya, Djokovic memutuskan untuk mengambil waktu tenang sejenak dan memikirkan masak-masak apa yang akan dilakukannya setelah Prancis Terbuka. Memisahkan diri dari dunia tenis untuk sementara dipandangnya sebagai solusi terbaik.
ADVERTISEMENT
Alhasil, Djokovic dan istrinya, Jelena, pun memutuskan untuk mencari ketenangan dan mendaki Gunung Victoire di Prancis. Dan bersyukurlah Djokovic karena ia menangkap dan menggunakan momentum untuk kembali menggebrak. Berangkat dari situasi yang tak mudah inilah Djokovic paham benar apa yang sedang dihadapi Murray. Seperti Murray, ancaman kematian karier kerap datang menghantui.
"Saya memahami bahwa kesulitan terbesar Murray adalah melewati situasi ini. Saya juga punya pengalaman serupa soal siku saya. Dalam situasi seperti itu, siapa yang bisa dipercaya? Di satu sisi, kamu merasa bahwa segala prosedur dan pengobatan yang diterima bukan solusi terbaik. Tapi, di sisi lain, keberanianmu mengatakan hal yang bertolak belakang. Lantas, kamu mengubah haluan dan kehilangan banyak waktu," jelas Murray, dilansir ESPN.
ADVERTISEMENT
Murray dan Djokovic usai final ATP World Tour Finals 2016. (Foto: Glyn KIRK / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Murray dan Djokovic usai final ATP World Tour Finals 2016. (Foto: Glyn KIRK / AFP)
Enam minggu adalah waktu yang dikorbankan oleh Djokovic sebelum akhirnya ia kembali dengan gebrakan. Dalam surat terbukanya soal kemenangan di Wimbledon itu, Djokovic menjelaskan bahwa ia tak hanya menang atas lawan-lawannya, tapi juga atas persoalan mental yang selama ini merongrong.
Persoalan mental serupalah yang diyakini Djokovic sedang menghajar Murray bertubi-tubi. Murray bukan lagi petenis muda, usianya sudah 31 tahun. Murray pernah berpredikat sebagai petenis peringkat satu dunia, kini tercecer di peringkat 230 dunia.
"Kamu merasa harus mengganti waktu tadi, lalu emosimu terganggu karena menyadari sebanyak apa waktu yang sudah terbuang. Kamu tahu kamu absen di tur, berusia 31 tahun--ya, hal-hal macam inilah yang berkecamuk dalam pikiranmu," ucap Murray.
ADVERTISEMENT
Namun sedahsyat-dahsyatnya pukulan yang menghantam, Murray tak punya pilihan sebaik bangkit dan menolak untuk meringkuk di depan keterpurukan. Mungkin belum bisa meninju balik, tapi setidaknya ia bisa berdiri dan menahan pukulan--sampai akhirnya si peninju kehabisan tenaga dan Murray menemukan momentum untuk menyerang balik. Tidak ada yang tahu kapan momentum itu datang. Mungkin waktunya masih lama, mungkin juga sudah di depan mata--Australia Terbuka 2019, siapa yang tahu?
***
Seri pertama kompetisi Grand Slam 2019, Australia Terbuka 2019, akan digelar di Melbourne Park--Melbourne, Australia--pada 14 Januari hingga 27 Januari 2019.