Anthony Ginting Berharap Tak Segrup dengan Tommy Sugiarto di Guangzhou

6 Desember 2018 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Ginting usai lolos ke semifinal. (Foto:  ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari/)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Ginting usai lolos ke semifinal. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari/)
ADVERTISEMENT
Juara China Terbuka 2018 Super 1000 yang juga tunggal putra andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, menatap turnamen pemungkas bertajuk BWF World Tour Finals. Bukan di Dubai seperti musim lalu, Guangzhou-lah destinasi Anthony bersama tujuh pemain andal dunia lainnya musim ini.
ADVERTISEMENT
Di sana, Anthony Ginting berusaha bertahan hingga empat besar alias semifinal dalam penampilan perdananya di ajang BWF World Tour Finals. Untuk mencapainya, pemain asal Cimahi ini harus lebih dulu lolos dari babak grup, baru lanjut ke sistem gugur mulai semifinal.
Meski undian grup baru dilakukan 10 Desember mendatang, peta persaingan bisa dilihat dari akumulasi poin pemilik peringkat Top 8 sepanjang tur dunia Race to Guangzhou. Selain Anthony, ada Chou Tien Chen (Taiwan), Kento Momota (Jepang), Shi Yuqi (China), Son Wan Ho (Korea Selatan), Kantaphon Wangcharoen (Thailand), Sameer Verma (India), dan sang kompatriot, Tommy Sugiarto.
Ya, Indonesia memang satu-satunya negara yang meloloskan dua atletnya. Maka, Anthony punya harapan lain selain ke semifinal. Pemain kelahiran 20 Oktober 1996 ini tak ingin kesempatan emas skuat 'Merah-Putih' terbuang sia-sia ketika dirinya dan Tommy satu grup, lalu salah satunya gagal mengamankan dua tempat ke semifinal dari grup tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika berbeda grup, maka kesempatan all Indonesian final bisa terbuka. "Kalau ketemunya di grup pastinya disayangkan, karena hanya Indonesia saja yang menurunkan dua wakil. Semoga di grup kami terpisah dulu draw-nya. Kalau bertemu di semifinal atau final, kans gelar bagi Indonesia lebih besar," ujar Anthony kepada kumparanSPORT saat ditemui di Pelatnas Cipayung.
Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, di Pelatnas PBSI Cipayung. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, di Pelatnas PBSI Cipayung. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Bersiap tanding di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, mulai 12 Desember mendatang, Anthony sendiri mengaku tidak menambah program latihan. Juara Indonesia Masters 2018 ini hanya mengevaluasi kekurangan sepanjang musim 2018 termasuk 'penyakit' utamanya soal performa yang inkonsisten.
"Itu yang jadi masalah saya. Bukan hanya hasil pertandingan, tapi main di lapangannya bagaimana, itu yang harus dijaga. Kadang sudah bagus, buang (shuttlecock) gampang. Itu masih jadi kendala. Saya diskusi (solusi) dengan pelatih. Pertama jaga fisik. Kalau capek, main pasti sembarangan. Kedua feeling, stroke (pukulan) itu penting," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Naik-turunnya Anthony bermula dengan menjuarai Indonesia Masters Super 500 awal tahun. Di Asian Games, multiajang terbesar se-Asia sekaligus agenda prioritas PBSI tahun in, Anthony Ginting hanya puas mendapat perunggu. Lalu, dia membuktikan diri dengan mencetak sejarah di China Terbuka Super 1000, September lalu.
Sayangnya, Anthony melempem di lima turnamen setelahnya. Pencapaian sang atlet tertinggi hanya ke perempat final, dengan catatan terburuk tersingkir di babak pertama tur Eropa: Prancis dan Denmark Terbuka pada Oktober. Setelah jadwal teranyar di Hong Kong Terbuka November lalu, di mana dia terhenti di babak kedua, kini Anthony sibuk mengulang-ulang teknik selama di pelatnas.
"Sepulang dari Hong Kong hari Sabtu (17/11), Senin (19/11) sudah latihan. Setelah beberapa pertandingan juga ada evaluasi apa yang masih diperhatikan harus ditingkatkan. Dari dua minggu terakhir, fokus meningkatkan fisik. Satu minggu terakhir ini fokus main di lapangan, kaya tadi ada latihan stroke," jelas Anthony.
ADVERTISEMENT
"Pastinya World Tour Finals saya anggap beda, masuk pun tidak sembarang pemain bisa. Perjuangan mengumpulkan poin dari awal tahun sampai ke India. Saya anggap lebih lah daripada pertandingan biasa. Dari latihan, fokus, dan rasa ingin juaranya," imbuhnya.
Di Guangzhou nanti, Anthony mengaku masih berambisi untuk revans terhadap andalan Jepang, Kento Momota, dan unggulan satu World Tour Finals, Chou Tien Chen asal Taiwan.
"Tahun ini sama dua pemain itu sering ketemu. Tapi semua pasti berat. Memang rata-rata pernah ketemu semua dan mereka tidak gampang. Mau menang atau kalah, pasti seru. Total mainnya, sih, sama: Di grup main tiga kali, di luar itu dua kali, jadi total lima kali main. Tapi bedanya level lawan sudah top, tidak boleh telat panas," tutup Anthony Ginting.
ADVERTISEMENT