Anthony Ginting Ingin Ulangi Asian Games 2018

7 Desember 2018 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Ginting saat berlaga lawan Kento Momota. (Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Ginting saat berlaga lawan Kento Momota. (Foto: SONNY TUMBELAKA / AFP)
ADVERTISEMENT
Selain sepak bola, bulu tangkis sejak dulu menjadi salah satu cabang olahraga (cabor) kesukaan masyarakat Indonesia. Banyak disukai, atletnya pun ikut menjadi bintang lokal. Kali ini, pesona Anthony Sinisuka Ginting ikut menyilaukan panggung tunggal putra dunia.
ADVERTISEMENT
Sejak tampil di Asian Game 2018, ketenaran Anthony Ginting melejit. Julukan The Giant Killer --merujuk sebagai penakluk para pemain top dunia-- disematkan kepada pemain asal Cimahi ini.
Bahkan di China Terbuka 2018 Super 1000, saat Anthony Ginting untuk kali pertama menjadi juaranya, dia tak hanya membawa pulang gelar. Sepucuk surat dari seorang relawan bernama Wang Yifei menjadi bukti bahwa permainan Anthony mampu menghipnotis banyak mata.
Anthony memang menyihir seisi Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium di final pada 23 September 2018. Dia menaklukkan dua andalan tuan rumah, Lin Dan dan Chen Long. Nama top lain yakni Viktor Axelsen, Chou Tien Chen, hingga Kento Momota menjadi pijakan Anthony untuk memeluk trofi.
Kini, sang pemilik nama yang akan bercerita mengenai perjalanan panjang dan penuh momen sepanjang musim 2018. Lebih dulu, pemain kelahiran 20 Oktober 1996 ini menyoroti beratnya kalender tur yang diikuti. Sesuai aturan baru BWF, pemain top tunggal wajib melakoni 12 tur BWF di luar agenda major events.
ADVERTISEMENT
"Pasti berpengaruh banget sih. Apalagi baru ditetapkan tahun ini, berasa beda ketimbang 2017. Musim ini tidak ada waktu latihan, pulang, lalu seminggu dua minggu berangkat lagi. Kadang ada turnamen yang beruntun, otomatis kondisi badan dan pikiran mesti dijaga, tidak boleh sembarang," kata Anthony saat ditemui kumparanSPORT di Pelatnas Cipayung.
Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, di Pelatnas PBSI Cipayung. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, di Pelatnas PBSI Cipayung. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Idealnya 12 itu sudah termasuk agenda di luar BWF event. Sebulan (turnamen BWF) sekali atau dua kali. Februari musim depan saja ada yang full tanpa tur BWF, berarti ada yang mepet-mepet nantinya," keluhnya.
Dari agenda padatnya musim ini, Anthony mengaku paling merasa lelah ketika menjalani tur Asia Timur yakni secara berurutan di Jepang Terbuka, China Terbuka, dan Korea Terbuka. Di China, Anthony memang juara, tetapi di Jepang dan Korea dia hanya bertahan di perempat final.
ADVERTISEMENT
"Terasa sekali waktu di Korea. Saya juga ingin uji diri, bisa sampai mana, tapi betul-betul di Korea itu fokus dan tenaga sudah tidak sebagus di Jepang dan China," katanya. Lalu, di Denmark dan Prancis Terbuka setelah Korea, Anthony bahkan langsung keok di babak pertama.
Namun, secara menyeluruh penampilannya musim ini jauh lebih baik ketimbang 2017. Tahun ini, dia sudah start dengan positif usai menyegel gelar Indonesia Masters pada Januari. Ditambah dengan China Terbuka, Anthony total mendapat dua gelar sementara musim lalu dia hanya juara di Korea Terbuka.
"Secara pribadi bukan dilihat dari juaranya saja, saya juga merasa lebih bisa bicara dibanding tahun lalu. 2017 itu juara di Korea, trus tidak ada lagi (peningkatan), hanya bertahan babak satu-dua. Tahun ini lebih baik, delapan besar lumayan banyak. Yang meningkat itu dari segi pengalaman. Belajar juga apa yang mesti ditingkatkan, dari banyaknya jam terbang ketimbang tahun lalu itu bisa buat melihat kekuatan musuh. Sekarang lebih tahu peta persaingan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, Anthony Ginting berbicara soal targetnya yang sudah tercapai. Meski musim 2018 belum berakhir, dia mengatakan sudah memenuhi target masuk Top 10. "Dulu (target) pribadi itu peringkat. Sudah melampaui, tapi masih ingin (meningkat) lagi. Untuk musim depan, hmm belum juga beres 2018, haha," celotehnya riang.
Namun, dia tidak memungkiri bahwa satu pekerjaan rumah yang pasti diberikan kepadanya adalah fokus menuju Kualifikasi Olimpiade 2020. Mulai April 2019 hingga April 2020, Anthony harus mengumpulkan poin untuk tampil di pesta olahraga terbesar di dunia itu. Saat mendiskusikannya itulah, dia mengaku merindukan sosok senior yang mengayomi di pelatnas.
"Di sini (pelatnas Cipayung) dari berapa tahun lalu kehilangan sosok senior (tunggal putra). Saya, Jonatan Christie, dan Ihsan Maulana Mustafa bareng-bareng berjuang sendiri tanpa ada masukan dari senior,"
ADVERTISEMENT
"Kalau di dalam lapangan 'kan beda, kalau ada kami bisa tanya kurang apa, latihan bareng. Kalau ada yang senior, bisa latihan bareng dan tanya kurangnya apa jadi yang di atas bisa narik level kami. Dari beberapa tahun terakhir sendiri saja. Paling tua Ihsan, cuma beda setahun-setahun," tuturnya.
Well, meski berjuang seorang diri tanpa ada sosok senior tunggal, trio tersebut sudah mampu mengemas gelarnya masing-masing. Anthony di China Terbuka, Jonatan di nomor perorangan Asian Games, dan Ihsan di Indonesia Masters Super 100. Lalu, cerita Anthony bergulir menyoal Asian Games. Jika waktu bisa diatur mundur, dia ingin menuntaskan tugasnya di partai final nomor beregu multiajang terbesar se-Asia di Istora saat itu.
"Tapi memang sih ada keinginan ingin ulang Asian Games 2018, karena di final beregu itu sebetulnya punya kans. Tidak tahu kenapa, belum rezekinya. Media juga menayangkan dari awal hari pertama beregu sampai beres perorangan. Lebih dari seminggu tayang, orang makin tahu bulu tangkis. Lebih mengenal, jadi atlet semuanya ikut terkenal," ujarnya sambil tersenyum puas.
ADVERTISEMENT
Setelah Asian Games ditutup 2 September, Anthony mengaku belum sekali pun pulang ke rumahnya di Cimahi. "Natal disempatkan minta libur. Pas Kejuaraan Nasional (18-22 Desember) itu pemain kembali ke klub lumayan lama. Awal Januari balik lagi (ke pelatnas). Selama ini (hiburan) tergantung libur berapa hari. Sabtu-Minggu tidak ke mana-mana, beneran istirahat, tidur saja. Kecuali bosan, kadang ke luar, ke mall atau sekalian cari makan,".
Anthony Sinisuka Ginting. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Sinisuka Ginting. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Musim 2019 nanti, tugas pembuka Anthony adalah mempertahan gelar Indonesia Masters 2019. Berlangsung 22-27 Januari, orangtua Anthony seperti biasa akan rutin menyaksikan aksi sang anak di Istora Gelora Bung Karno. Sementara selain turnamen di Jakarta sepanjang 2018 ini, Anthony selalu berkirim pesan kepada ayah dan ibu tercintanya.
ADVERTISEMENT
"Pasti telepon orangtua sebelum tanding. Kasih kabar berangkat hari ini, jam segini. Kalau di bandara telepon saat mau take off. Di pertandingan biasanya malam sebelumnya, kasih tau besok jam segini lawan ini. Tapi tidak tahu orang tua saya paham streaming apa tidak, kalau ada kakak di rumah mungkin diajarin," kata Anthony Ginting.
Sang pemilik nama, juga segera melakoni turnamen pamungkasnya di BWF World Tour Finals 2018 pada 12-16 Desember di Guangzhou. Bersama tujuh pemain top dunia lain di sana, julukan The Giant Killer miliknya akan diuji. Terakhir, dengan statusnya sebagai juara China Terbuka 2018 Super 1000 sekaligus ujung tombak sektor tunggal putra Tanah Air, Anthony berusaha keras menjadi sosok kakak yang baik bagi pemain pratama di pelatnas.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa yang nanya-nanya, tapi pasti mereka banyak yang sungkan. Misal ada waktu uji tanding, saya tetap tidak mau kalah. Saya ingin narik mereka juga. Kalau ada senior kadang ada yang merasa lebih jago, jadi sembarang (perlakuan) ke bawah, saya tidak mau seperti itu," ujarnya mengakhiri.