Api Abadi: Dari Mitologi Yunani, Olimpiade, hingga Asian Games

19 Juli 2018 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Api Asian Games 2014. (Foto: MARTIN BUREAU / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Api Asian Games 2014. (Foto: MARTIN BUREAU / AFP)
ADVERTISEMENT
Api abadi yang dinyalakan di Olimpiade dan Asian Games memang bermula dari mitologi Yunani. Hanya, di dalamnya juga terkandung cerita menyoal kekuasaan NAZI dan Adolf Hitler.
ADVERTISEMENT
Para sejarahwan percaya, api ini muncul di sebuah kuil yang dibangun pada masa Yunani kuno sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Hera. Kuil ini pulalah yang menjadi venue Olimpiade kuno yang pertama. Pertanyaan dari mana asal itu menjadi misteri yang tak terjawab dalam mitologi Yunani. Namun, sebagian besar orang percaya bahwa Prometheus-lah, seorang Titan, yang mencuri api tersebut dari Dewa Zeus.
Letak api ini ada di sebuah wilayah yang dianggap suci, Olimpia. Orang-orang Yunani percaya bahwa api Olimpiade menjadi suci karena ia berasal dari sumber energi paling murni, matahari.
Di masa Yunani kuno tersebut, hanya pendeta wanita berkedudukan tinggi yang diizinkan untuk masuk ke tempat suci ini. Api abadi ini pun akan dibawa ke tempat upacara dan diberikan kepada pelari pertama. Dari Olimpia, api akan dibawa melintasi Yunani hingga mencapai Athena.
ADVERTISEMENT
Di pertandingan Olimpiade modern, tradisi penyalaan api Olimpiade menjadi suatu simbol semenjak pertama dilakukan di Olimpiade Amsterdam pada tahun 1928. Penyalaan api Olimpiade ini menjadi sebuah upacara yang terus dilakukan di setiap acara pembukaan pertandingan.
Upacara penyalaan api Olimpiade. (Foto: ARIS MESSINIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara penyalaan api Olimpiade. (Foto: ARIS MESSINIS / AFP)
Baru pada 1936, saat Olimpiade dihelat di Berlin, Jerman, pawai obor dimulai. Kala itu Jerman dikuasai oleh NAZI. Satu pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Hitler adalah bagaimana mengelaborasi semangat mitologi Yunani dalam modernisasi Jerman. Maka, satu-satunya ide yang lahir dari Departemen Olahraga Reich NAZI waktu itu adalah melangsungkan pawai obor yang mengelilingi Berlin.
Menyadur api sebagai simbol semangat dan kejayaan yang lahir dari mitologi Yunani, NAZI menjadi api abadi ini sebagai simbol dari kejayaan mereka di dunia. Yang dilakukan setelahnya adalah mengontak perusahaan baja nomor satu asal Jerman, Krupp.
ADVERTISEMENT
Permintaan NAZI kala itu tak banyak, dan mereka tak peduli-peduli amat dengan masalah desain dan estetika. Yang penting, bagaimana membuat nyala api tidak padam.
Modernisasi menolak keabadian. Segala hal yang masuk dalam koridor keabadian akan menghambat perkembangan, pertumbuhan, dan inovasi. Namun, NAZI dengan segala ideologinya butuh menjadi abadi. Itulah sebabnya, apa-apa yang tak abadi itu dibuat abadi oleh tangan mereka.
Seorang pemuda Yunani bernama Konstantin Kondylis menjadi pemegang obor pertama dalam sejarah pawai obor Olimpiade modern. Ia berlari dari Olimpia dengan obor di tangannya untuk diteruskan ke pelari berikutnya.
Prosesi ini melambangkan api semangat, pengetahuan dan hidup yang diturunkan atau diteruskan dari generasi ke generasi. Lebih dari 3.000 pelari membawa obor itu dari Olympia ke Berlin. Atlet asal Jerman, Fritz Schilgen, adalah orang terakhir yang membawa obor itu dan menyalakan apinya di stadion.
ADVERTISEMENT
Sedikit mengenai Krupp, perusahaan Jerman terkenal berkat produksi seamless railway tires atau rel kereta api tanpa sambungan dan anti-retak. Rel buatan Krupp juga dipakai dalam jaringan kereta api di Amerika Serikat sejak Perang Sipil belum meletus. Sebabnya, Amerika Serikat saat itu belum seadidaya sekarang. Mereka belum sanggup memproduksi rel dalam kuantitas dan kualitas tinggi seperti Krupp.
Produk rel ini dikembangkan oleh Alfred Krupp (1812-1887), anak pendiri pabrik baja Krupp, Friedrich Krupp. Demi melanjutkan operasi pabrik baja Krupp setelah Friedrich meninggal pada tahun 1824, Alfred memutuskan untuk berhenti sekolah pada usia 14 tahun dan fokus pada bisnis keluarganya.
Pada akhirnya, Alfred berhasil mengembangkan teknik cast steel pada tahun 1841 yang kemudian ia patenkan. Tadinya, teknik macam ini hanya dikenal di perusahaan-perusahaan baja ternama di Inggris, khususnya di Sheffield.
ADVERTISEMENT
Kerja sama menyoal obor Olimpiade ini mendulang kontrak antara Krupp dan NAZI. Perusahaan ini pulalah yang belakangan dikenal sebagai pemasok artileri yang dibutuhkan NAZI untuk mewujudkan ambisinya menguasai Eropa.
Upacara pembukaan Olimpiade 1936 di Berlin. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara pembukaan Olimpiade 1936 di Berlin. (Foto: AFP)
Torch relay memang pertama kali digagas pada Olimpiade 1936. Namun, pawai obor yang mencakup wilayah global, yang tidak hanya melewati negara-negara tuan rumah, baru dilakukan pada Olimpiade Athena 2004. Kala itu, api diarak melewati 34 kota yang tersebar di seluruh dunia.
Dari tahun ke tahun, desain obor Olimpiade tak mengalami stagnansi. Insinyur dari seluruh dunia selama bertahun-tahun disibukkan dengan satu hal: menjaga api dari kepunahan. Hanya, penyelenggara Olimpiade tetap memastikan satu hal, yaitu bagaimana agar api Olimpiade tetap berasal dari api asli (yang sesuai dengan sejarah awalnya) yang ada di Yunani.
ADVERTISEMENT
Torch relay selalu dimulai dengan upacara penyalaan api di Olimpia, Yunani. Pada dasarnya, api tersebut dinyalakan dengan memanfaatkan cermin dan sinar matahari. Konsepnya seperti membakar daun dengan menggunakan kaca pembesar. Mereka yang berperan sebagai pendeta Yunani di upacara penyalaan api di Olimpia itu menyalakan obor Olimpiade dengan menggunakan cermin parabola.
Bentuk cermin ini melengkung, mirip dengan satelit parabola kecil. Kelengkungannya berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada satu titik (kita mengenalnya dengan sebutan titik fokus). Mereka yang berperan sebagai pendeta Yunani cukup memegang obor dan menunggu cahaya untuk memanaskan ‘bahan bakar’ yang cukup untuk menyalakannya.
Upacara penyalaan selalu diadakan dari Yunani, lantas obor akan diserahkan secara simbolik ke orang di negara berikutnya. Caranya macam-macam. Pada Olimpiade London 1952, setelah dinyalakan di Olimpia, obor dibawa ke Carfu, Yunani, sebelum akhirnya diangkut dengan menggunakan kapal laut ke Bari, Italia.
ADVERTISEMENT
Susi Susanti dan Mary Kom di Torch Relay Asian Games. (Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Susi Susanti dan Mary Kom di Torch Relay Asian Games. (Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP)
Penggunaan pesawat mulai dilakukan di Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia, pada 1952. Setelah dinyalakan di Olimpia dan dibawa ke Athena, obor tersebut dibawa ke Denmark dengan menggunakan pesawat. Namun, untuk memindahkannya ke Swedia, mereka kembali menggunakan kapal laut. Intinya, sarana apa pun yang digunakan bergantung pada medan dan ketersediaan.
Upacara penyalaan api Olimpiade ini sendiri dilakukan pada siang hari, tepat pukul 12:00. Karena Yunani merupakan negara yang tak kekurangan sinar matahari, masalah ketersediaan cahaya tak pernah menjadi hal yang begitu dikhawatirkan. Namun, rencana cadangan tetap dilakukan oleh para panitia. Caranya, mereka menjaga api yang dinyalakan pada saat gladi bersih upacara. Kalau memang sampai terjadi sesuatu, maka api inilah yang akan digunakan.
ADVERTISEMENT
Skenario ini bekerja dengan baik saat gelaran Olimpiade 2008 di Beijing, China. Saat api tersebut sampai di Paris, para demonstran anti-China menuntut agar api tersebut dipadamkan. Para panitia menyanggupi, lantas, obor kembali dinyalakan di kota selanjutnya dengan menggunakan api cadangan.
Pada upacara pembukaan yang merupakan pemberhentian terakhir pawai obor, pada umumnya panitia akan bekerja lebih keras. Sebabnya, mereka harus memastikan para penonton dapat menyaksikan api dalam nyala yang lebih terang dan berkobar. Makanya, berbagai kombinasi bahan bakar digunakan demi mencapai tujuan ini.
Petaka terjadi pada gelaran Olimpiade Melbourne 1956. Kala itu, para teknisi memutuskan untuk menggunakan bahan bakar yang terdiri dari campuran magnesium. Sialnya, bahan bakar tersebut bereaksi terhadap aluminium yang menjadi bahan utama obornya. Akibatnya, obor tersebut memuntahkan potongan logam panas dan percikan api yang membakar tangan pembawa obor.
ADVERTISEMENT
Prosesi pawai obor Olimpiade ini pada akhirnya diadopsi oleh Asian Games. Walau Asian Games pertama kali dihelat pada 1951, pelaksanaan pawai obor baru dimulai pada 1958, saat pesta olahraga terbesar di Asia ini digelar di Tokyo, Jepang. Pawai dimulai dari Rizal Memorial Colloseum yang merupakan venue tempat Asian Games 1954 di Manila.
Pengambilan api Asian Games 2018 di India. (Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pengambilan api Asian Games 2018 di India. (Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP)
Di Jepang, obor tersebut dibawa dari Pulau Okinawa yang kala itu masih dikuasai oleh Amerika Serikat ke Prefektur Kagoshima di Pulau Kyushu, sebelum melakukan perjalanan di kepulauan Jepang. Di upacara pembukaan Asian Games, obor tersebut terakhir diterima oleh atlet lompat jangkit asal Jepang, Mikio Oda. Tentu ada alasan mengapa Oda yang diberi tugas seprestisius ini.
ADVERTISEMENT
Ia tercatat sebagai atlet Asia pertama yang menjuarai Olimpiade. Rekornya ini dicetak saat ia memenangi medali emas di cabang lompat jangkit pada Olimpiade Amsterdam 1928. Asian Games Tokyo itu sendiri dibuka oleh Kaisar Jepang, Hirohito.
Untuk Asian Games 2018, obor akan diambil dari Stadion Nasional Dhyan Chand, New Delhi, India, yang merupakan tuan rumah Asian Games 1951, yang merupakan Asian Games pertama. Prosedur penyalaannya pun serupa Olimpiade, dengan memanfaatkan sinar matahari dan cermin.
Setelah pengambilan api Asian Games di India pada 15 Juli lalu, api Asian Games akan tiba di Mrapen, Grobogan, pada 18 Juli. Setelah api abadi dari India digabungkan dengan api abadi dari Mrapen, obor Asian Games akan melakoni perjalanan panjang melintasi Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, pawai akan berlanjut ke Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan menyeberang ke Pulau Sumatera, yang dimulai di Aceh. Perjalanan api Asian Games akan berlanjut ke Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Lampung. Kirab obor akan kembali ke Pulau Jawa dan melintasi Banten, Jawa Barat, sebelum tiba di Jakarta pada 15 Agustus.