Awal Karier Jonatan Christie hingga Cap Jadi Suksesor Taufik Hidayat

3 September 2018 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat di temui kumparan di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat di temui kumparan di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kejutan memang tak kenal jam besuk. Dia bisa datang kapan saja. Jonatan Christie paham betul akan hal itu.
ADVERTISEMENT
Sebab, pertemuannya dengan bulu tangkis pun hadir dengan sebuah ketidaksengajaan. Kepada kumparanSPORT, dia bercerita tentang awal mula pertemuannya dengan bulu tangkis. Olahraga yang kini meroketkan namanya.
Saat itu, ia masih berada di bangku sekolah dasar. Sekolah memutuskan bahwa setiap murid laki-laki harus ikut ekstrakurikuler (kegiatan ekstra sekolah, red). Jonatan mau tak mau mesti turut serta dan dia dihadapkan pada tiga pilihan jenis ekstrakurikuler: Sepak bola, basket, dan bulu tangkis.
Jonatan, ketika itu, masih terlalu muda untuk mengambil keputusan. Maka, Sang Ayah yang kemudian mengambil tugas memilih. Pada akhirnya, bulu tangkis-lah yang dipilih sebagai ekstrakurikuler Jonatan. Alasan sang ayah sederhana: Ia tak ingin kulit anaknya hitam.
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Pasalnya, hanya bulu tangkis olahraga yang dimainkan di dalam ruangan. Jika memilih sisanya, maka Sang Ayah harus siap melihat Jonatan berpeluh di atas lapangan yang disinari langsung oleh teriknya matahari. Dan Andreas Adi Siswa tak mau itu terjadi.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, saya enggak tahu pemain bulu tangkis itu siapa aja pemainnya dulu dan saya juga enggak tahu bulu tangkis gimana. Jadi, singkat cerita, dulu ada ekstrakurikuler, Papah memilih bulu tangkis karena tiga di antaranya ada sepak bola, basket, dan bulu tangkis," beber Jonatan kepada kumparanSPORT di Pelatnas PBSI Cipayung.
"Papah pilih bulu tangkis ini karena, ya, memang satu-satunya ekstrakurikuler yang di dalam hall itu hanya bulu tangkis. Karena kan kita bisa tahu ekstrakurikuler itu kan setelah jam sekolah, otomatis siang, dong. Papah karena saya takut hitam doang pertamanya," tambah dia.
Sang anak pun tak bisa mengelak. Pria kelahiran 15 September 1997 itu mengikuti pilihan Sang Ayah. Meski dia mengaku buta betul tentang olahraga bulu tangkis, tapi akhirnya ekstrakulikuler itu tetap dijalani dengan suka cita. Dan dari situlah dia mulai menemukan jati diri.
ADVERTISEMENT
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Setelah itu, Jonatan mulai menekuni bulu tangkis. Keseriusannya mulai tumbuh manakala dia berkompetisi di level regional, nasional, hingga internasional. Pemain yang kini memiliki tinggi 180 centimeter itu pun bergabung dengan klub, salah satunya adalah PB Tangkas.
Keseriusan dalam menggeluti bulu tangkis semakin dirasakan Jonatan ketika dia mulai mampu berprestasi dalam turnamen-turnamen yang diikutinya. Plus uang hadiah kemenangan itu yang membuatnya semakin yakin pada bulu tangkis. Sampai pada 2013 dia berhasil memenangi turnamen internasional pertama yakni Indonesia International Challenge.
"Di saat saya merasa bulu tangkis--sudah pas juara, walau dulu masih di tingkat-tingkat kecil--bisa menghasilkan uang sendiri, bisa [buat saya] jajan, bisa beli apa-apa. Dari situ bisa mutusin, 'Oh, gue mau jadi pemain bulu tangkis'," kata dia.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, namanya melejit. Kebetulan pula, di tahun yang sama, Taufik Hidayat memutuskan pensiun. Jadilah Jonatan dielu-elukan sebagai penerus legenda tunggal putra Indonesia itu. Apalagi, di tahun 2013, usianya baru menyentuh angka 16 tahun. Usia yang masih sangat muda bagi seorang peraih gelar internasional.
Taufik berlaga di ajang Olimpiade. (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Taufik berlaga di ajang Olimpiade. (Foto: Getty Images)
Dua tahun berselang, dia sudah masuk dalam skuat Indonesia untuk berlaga di ajang SEA Games dan Piala Sudirman. Bahkan di dua ajang tersebut, Jonatan merupakan tulang punggung Indonesia di sektor tunggal putra. Bahkan, dia sukses membawa Indonesia meraih medali emas SEA Games 2015 di nomor beregu.
Kendati demikian, jalan bagi Jonatan tak selamanya mulus. Kariernya naik-turun. Bahkan, dia kesulitan untuk memenangi kejuaraan-kejuaraan level Super Series dan karena itu peringkatnya tak pernah tembus 10 besar. Jonatan pun mulai diragukan sebagai penerus Taufik, meski dia mengaku ekspektasi publik tak menjadi beban.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, masyarakat Indonesia seperti ini, ya. Jadi, saat kita di atas dinaikkan (dielu-elukan, red). Tapi, saya enggak jadi masalah tentang komentar itu. Saya juga bersyukur, mungkin mereka mengapresiasi apa yang sudah saya raih. Tapi, itu enggak menjadi beban buat saya, justru lebih jadi motivasi," kata pemilik medali emas nomor perorangan SEA Games 2017 itu.
Tahun demi tahun kemudian berlalu. Jonatan masih sulit menemui konsistensi. Keraguan masih selalu hadir untuknya. Kritik dan cemooh tak jarang mengarah padanya. Namun, di Asian Games 2018 pada pengujung Agustus lalu, kejutan datang menghampirinya tanpa permisi.
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat berlatih di PBSI, Jakarta, Jumat (31/8/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Datang dengan status--mengutip perkataannya sendiri--underdog, Jonatan berhasil meraih medali emas di nomor perorangan. Dalam perjalanan menuju podium tertinggi itu, dia sukses mengalahkan nama-nama macam Shi Yuqi, Kenta Nishimoto, hingga Chou Tien-Chen. Nama-nama yang sebelum Asian Games dimulai terdengar sulit dikalahkan Jonatan.
ADVERTISEMENT
Tapi, pada akhirnya, Jonatan berhasil mengalahkan para unggulan itu. Medali emas sukses disumbangkan untuk Indonesia. Pada titik ini, ekspektasi publik untuk memberinya status sebagai penerus Taufik Hidayat tak salah. Sebab, Jonatan adalah tunggal putra Indonesia pertama yang bisa meraih medali emas tunggal putra setelah terakhir Taufik melakukannya pada 2006.
Namun, bagi pria yang hobi bermain video gim itu, menjadi Taufik Hidayat berikutnya bukanlah tujuan utama. Dengan gelar yang dipegangnya, dia ingin membawa tunggal putra Indonesia kembali harum namanya, kembali berjaya di kancah bulu tangkis dunia.
"Dan, tujuan utama kami, tujuan saya dan Tim Tunggal Putra sebenarnya mau mengangkat nama tim tunggal putra Indonesia kembali lagi seperti zaman dulu," pungkas Jonatan.
ADVERTISEMENT
Usianya baru 20 tahun--21 tahun di pertengahan September nanti. Jalannya sebagai pebulu tangkis masih terlihat panjang dan Jonatan akan menemukan kejutan-kejutan lainnya sepanjang perjalanan itu.