news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Baru Latihan 10 Menit Sebelum Lomba, Tim Estafet Rebut Perunggu

13 Oktober 2018 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apresiasi untuk Tim Lari Estafet 'Dadakan' Indonesia di Asian Para Games. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Apresiasi untuk Tim Lari Estafet 'Dadakan' Indonesia di Asian Para Games. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dadakan, begitulah predikat yang disematkan Putri Aulia untuk Tim Estafet Indonesia di ajang Asian Para Games 2018. Bukan tanpa sebab, memang, karena tim yang terdiri dari Aulia, Sapto Yogo Purnomo, Karisma Evi Tiarani, dan Jaenal Aripin, ini baru berlatih 10 menit sebelum perlombaan.
ADVERTISEMENT
Bertempat di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jumat (12/10/2018) malam WIB, Aulia, Sapto, Evi, dan Jaenal turun di nomor lari estafet campuran kategori T11-13, T 35-39, T 42-47, T 33-34/51-54. Mereka berempat meraih medali perunggu seusai finis di posisi ketiga dengan catatan waktu 50,09 detik.
Sementara itu, China sebagai peraih emas mencatatkan waktu 47,89 detik, kemudian Jepang di posisi kedua dengan waktu 49,04 detik. Kendati hanya perunggu yang diraih, prestasi ini merupakan kejutan bagi Tim Estafet Indonesia karena tidak ditargetkan meraih medali.
Menurut Sapto yang menjadi pelari ketiga, memang ada kesulitan khususnya ketika Evi sebagai pelari kedua berpindah ke pelari ketiga. Namun, Sapto tak mempermasalahkan hal itu, selain karena baru terbentuk, Evi juga adalah pelari pengganti Mei Nanda Sholiha yang cedera.
ADVERTISEMENT
"Terbentuknya baru jam setengah enam sore, langsung latihan. Pelari pertama Aulia, kedua Evi, ketiga saya, terakhir Jaenal. Tidak ada persiapan, hanya kumpul saja. Di pelatnas sempat latihan, tetapi Nanda Mei Sholihah cedera, digantikan oleh Evi," kata Sapto kepada para pewarta di mixed zone Stadion GBK.
Ni Made Arianti (kiri) bersama Endang Sari Sitorus (tengah) dan Putri Aulia (kanan) merayakan kemenangan di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: TJPimages/Charisa Vanessa G/Don/18))
zoom-in-whitePerbesar
Ni Made Arianti (kiri) bersama Endang Sari Sitorus (tengah) dan Putri Aulia (kanan) merayakan kemenangan di final lari 100 meter putri T13. (Foto: The Jakarta Post Images: TJPimages/Charisa Vanessa G/Don/18))
"Kesulitannya di pelari kedua ke pelari ketiga (saya), karena saya 'kan cepat terus Evi punya kekurangan di kaki yang pendek sebelah. Jadi kalau saya langsung lari cepat nanti Evi tidak bisa mengejar, akhirnya saya pakai feeling harus lari pelan atau sedang.
"Hasil ini tidak diperhitungkan dan sebenarnya nomor ini tidak ditarget, tahu-tahu dapat medali. Saran pelatih juga yang penting main (lari) aman tanpa cedera. Ini pertama kali kami berpasangan, memang sulit karena baru dibentuk. Semoga bisa dilanjutkan di ajang-ajang selanjutnya," ujar Sapto menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Evi pun mengakui soal kesulitan yang dihadapinya saat mentas di nomor lari estafet. Tidak hanya soal ketebatasan fisik di mana kaki kirinya lebih pendek dibanding kaki kanan, turun di nomor ini adalah kali pertama untuk sosok berusia 17 tahun ini.
"Dari saya ke Yoga itu kesulitan, karena saya tidak pernah main estafet. Saya dipasang untuk menggantikan yang cedera (Nanda Mei). Yang membuat saya kesulitan selain fisik adalah garis lari yang berbeda, karena baru latihan sore hari, latihan sekalian pemanasan. Dari negara lain juga kebanyakan pelari kedua itu putra. Sangat grogi main di estafet," tutur Evi.
Sajian aksi para pelari di nomor estafet 4x100 meter universal ini pun menghadirkan decak kagum dari para penonton yang hadir. Kondisi di mana para atlet yang terdiri dari pelbagai kategori disabilitas bisa bersatu dan bekerja sama untuk menjadi yang pertama melintasi garis finis.
ADVERTISEMENT
Bagi Putri, saling mendukung dan percaya satu sama lain menjadi kunci lain dari keberhasilan timnya meraih perunggu.
"Kalau saya tidak ada kesulitan karena pelari pertama, kesulitannya hanya saat ke Evi karena dia baru pertama mungkin grogi, tidak terlalu tahu caranya bagaimana, tapi saya selalu kasih semangat dia," jelas Putri.
"Kesulitan saya selanjutnya mungkin memang dari mata yang low visual, jadi tidak terlalu terlihat garis lintasan. Saya bilang ke Evi, 'Kalau saya agak lama (sampai di titik pergantian) tungguin saya.' Syukur tadi pas banget. Pokoknya saya harus bisa menyentuh Evi, kemudian bisa ganti pelari," pungkasnya.