Basket Kursi Roda dan Cinta Kedua Arifin Risman

6 Oktober 2018 10:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Arifin Risman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Arifin Risman. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Cinta pertama biasa menjadi penggalan-penggalan memori yang melemahkan hati dan denyut nadi. Cinta pertama adalah perkara yang tak bisa dilupa kala serangkai cinta berikutnya telah datang menyapa.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi Arifin Risman, cinta kedua lebih berkesan daripada cinta pertama. Meskipun keduanya disejajarkan pada dimensi waktu yang sama.
Cinta pertama Arifin kala itu bukan seorang perempuan atau pesohor idola jagat. Arifin menjatuhkan hatinya pada olahraga tenis.
Di atas kursi roda, dia mengayunkan raket dan memukul bola hijau sembari mendorong kursi rodanya di atas lapangan. Arifin merupakan atlet tenis khusus penyandang disabilitas. Kakinya lumpuh sejak usia 3 tahun karena penyakit polio.
Atlet basket difabel Indonesia, Arifin usai latihan di Solo. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet basket difabel Indonesia, Arifin usai latihan di Solo. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dari belia hingga paruh baya Arifin berlindung di bawah cinta pertamanya. Hingga pada akhirnya sepucuk surat datang pada akhir 2017 dan mengalihkan dirinya dari dunia itu.
Dalam selembar surat putih itu dia diundang untuk mengikuti seleksi nasional anggota tim basket kursi roda. Tak tanggung-tanggung, tim itu nantinya dipersiapkan untuk berlaga di Asian Para Games 2018,
ADVERTISEMENT
Kaget, tak percaya, serta bingung adalah rasa-rasa yang singgah di benak Arifin. Bagaimana bisa seorang petenis lapangan diminta beralih menjadi penggawa basket kursi roda? Pikirnya kala itu.
Namun, bila berkaca pada dirinya dulu, prestasi Arifin di tenis lapangan tidak terlalu moncer. Untuk menjadi pemain nasional pun mungkin akan sulit.
Oleh sebab pikiran itu, Arifin lantas memenuhi panggilan seleksi itu.
“Kapan lagi,” tutur Arifin.
Hari seleksi itu pun tiba. Rasa grogi sedikit menyambangi Arifin. Pikirnya sedikit ngeri kalau terjatuh saat bermain basket kursi roda saat itu.
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Tetapi, jangan dipikir seleksi itu adalah soal keahlian dribble, shoot, ataupun lay up. Seleksi kala itu dikenang Arifin hanya sebatas kemahiran bergerak dengan kursi roda.
ADVERTISEMENT
Khatam sudah bagi Arifin bila dihadapkan dengan tantangan tersebut. Arifin akhirnya lolos seleksi dan didaulat menjadi anggota tim nasional basket kursi roda.
Selamat tinggal tenis meja, selamat datang basket kursi roda.
Berawal Asal Lempar
Saat umur 3 tahun Arifin jatuh tersungkur. Sejak saat itu tak lagi bisa berdiri, badannya terus menerus panas. Dokter menyebut dua kaki Arifin kala itu terserang virus polio. Dia lumpuh seketika.
Hal itu membuat Arifin harus beraktivitas dengan menggunakan kursi roda. Tapi itu tak mengapa, justru kursi roda itulah yang mengantarkannya pada kehidupan yang tak ia sangka-sangka.
Dari Yogyakarta, Arifin kini melangkah ke dunia basket kursi roda Asia.
Lepas dari kisah manis Arifin, ada jejak-jejak perjuangan yang terus dia kenang. Perjuangan itu dia sampaikan kala bertemu dengan kumparan di sela-sela latihan di Solo, Jawa Tengah.
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Bermain basket sempat membuat Arifin bingung. Tangan yang biasanya lurus horizontal memukul bola kecil dengan raket, tiba-tiba harus berubah vertikal, dan melempar sebuah bola besar tanpa bantuan media apa pun.
ADVERTISEMENT
“Lumayan agak lama sih (belajar basket), ada berapa bulanan gitu. Soalnya kan kita main dari otodidak asal masuk, asal lempar,” ucap Arifin tertawa, Rabu (12/9).
Arifin lanjut mengenang, pertama kali menjejak latihan perdana ternyata dia bukanlah satu-satu atlet yang baru pertama kali turun di basket kursi roda. Teman-teman Arifin yang lain, sama seperti dirinya, berasal dari cabang olahraga lain. Ada yang bulu tangkis, angkat besi, hingga bola voli dan sebagainya.
Dengan latar belakang tersebut, pelatih kepala Fajar Brilianto mengaku sempat dibuat pusing bukan kepalang. Tiga bulan dia habiskan hanya untuk melatih skuatnya lihai menggunakan kursi roda.
Namun, semangat yang tampak di rona wajah para penggawa itulah yang membuat Fajar tetap semangat. Termasuk pula Arifin, mantan petenis lapangan yang juga pengusaha dompet itu.
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet basket Asian Para Games saat melakukan latihan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ya, rasa semangat memang selalu terpancar dari wajah Arifin. Diungkap olehnya, keluarga adalah motivasi utamanya kenapa dia terus bersemangat meski dibelenggu keterbatasan.
ADVERTISEMENT
“Yang paling bikin semangat pertama keluarga, saya ingin membanggakan keluarga saya, istri, dan anak saya. Saya juga bangga kalau saya bisa membela negara walaupun dengan kondisi seperti ini,” ungkap Arifin.
Berkat semangatnya yang tak henti-henti itu, menurut pelatih, Arifin sudah memiliki lay up yang bagus. Dia begitu gesit bergerak ke sana ke mari meski kadang kala terjungkal.
Atlet basket difabel Indonesia, Arifin usai latihan di Solo. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet basket difabel Indonesia, Arifin usai latihan di Solo. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Arifin kini berharap, catatan sejarah penting hidupnya ini tak berlangsung singkat. Dia ingin timnas basket Indonesia tetap ada kendati Asian Para Games telah usai.
“Ke depannya kalau bisa jangan berhenti sampai di sini. Jadi kalau habis ini ada Asian Para Games, kalau bisa besok ada yang di daerah-daerah. Semakin berkembang untuk makin lebih baik lagi kan ke depannya biar lebih banyak regenerasi lah,” tutup pria 40 tahun itu.
ADVERTISEMENT
kumparan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.