Capai Peringkat Satu Dunia, Barty Puaskan Dahaga Jagat Tenis Australia

25 Juni 2019 2:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashleigh Barty dan trofi Birmingham Classic 2019. Foto: Paul ELLIS / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ashleigh Barty dan trofi Birmingham Classic 2019. Foto: Paul ELLIS / AFP
ADVERTISEMENT
Pencapaian Ashleigh Barty tidak berhenti di gelar juara tunggal putri Prancis Terbuka 2019. Mahkota Birmingham Classic 2019 melayang ke tangannya usai mengalahkan petenis Jerman, Julia Goerges, 6-3 7-5 di partai puncak.
ADVERTISEMENT
Tapi, kemenangan ini tidak cuma mengganjar Barty dengan trofi dan uang hadiah. Status sebagai petenis nomor satu dunia menjadi miliknya.
Gelar semerbak itu lebih dari sekadar keberhasilannya menggusur juara Australia Terbuka 2019, Naomi Osaka, dari puncak. Berbekal 6.540 poin, Barty menuntaskan hasrat tenis Australia untuk menjadi pemuncak klasemen tunggal putri Asosiasi Tenis Wanita (WTA).
Ini menjadi pertama kalinya sejak 43 tahun Australia memiliki petenis wanita peringkat satu dunia. Dahaga itu tidak berlebihan karena Australia memang sempat masyhur di jagat tenis dunia.
Ashleigh Barty di final Prancis Terbuka 2019. Foto: Kenzo TRIBOUILLARD / AFP
Tidak percaya? Silakan susuri kiprah Margaret Court dan Evonne Goolagong. Nama yang disebut terakhir adalah petenis wanita Australia terakhir--sebelum Barty--yang merengkuh peringkat satu dunia, pada akhir April 1976.
ADVERTISEMENT
Bicara soal peringkat Goolagong ini ada peristiwa menarik. WTA melakukan kesalahan perhitungan peringkat pada periode tadi sehingga yang tercatat sebagai petenis nomor satu kala itu bukan Goolagong, tapi Chris Evert. Namun, kesalahan ini baru terdeteksi pada 2007 alias 31 tahun setelahnya.
Tak cuma merevisi, WTA juga meminta maaf kepada Goolagong dan publik atas kesalahan ini. Dalam pernyataannya, WTA menjelaskan bahwa ada kesalahan perhitungan sekitar 0,8 poin usai Goolagong menjuarai Virginia Slims di Los Angeles pada 1976.
Perhitungan poin itu menunjukkan bahwa pada akhir April 1976, Goolagong memang ada di peringkat pertama, meski posisi itu direbut kembali oleh Evert pada 10 Mei 1976.
"Sekarang saya lumayan sulit berkata-kata. Perjalanan saya beberapa minggu terakhir begitu berat. Tapi, bisa mengulang apa yang sudah dicapai Evonne (Goolagong), bahkan ketika nama saya dan namanya disebutkan dalam satu kalimat yang sama, semua terasa menakjubkan," jelas Barty, dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Persembahan Goolagong untuk tenis Australia tidak cuma tujuh gelar juara Grand Slam di nomor tunggal putri. Lewat tenis, Goolagong aktif memperjuangkan hak-hak orang Aborigin alias penduduk asli Australia. Sejak 1910 hingga 1970, Australia tidak menjadi rumah yang ramah bagi pemilik aslinya. Tanah mereka direbut, keberadaan mereka ditolak lewat program berkedok asimilasi.
Kisah tenis Goolagong juga berulang kali menampilkan fragmen serupa. Goolagong berulang kali mendapatkan perlakuan diskriminatif hanya karena ia keturunan Aborigin. Namun, Goolagong tak berhenti mengayun raket, tak undur diri mengejar bola.
"Ia membuat Australia dikenal dan harum. Itulah yang ia kerjakan untuk tenis kami dan orang-orang Australia di seluruh dunia. Pun dengan segala hal yang diperjuangkannya untuk penduduk asli Australia, sungguh luar biasa," jelas Barty, dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Ashleigh Barty dan trofi Grand Slam pertamanya. Foto: Philippe LOPEZ / AFP
Yang terdengar setelahnya, media Inggris menjulukinya sebagai 'La Belle Evonne' atas penampilan di Prancis Terbuka 1971 yang berakhir dengan trofi Grand Slam pertamanya. Setelahnya, ia menaklukkan Wimbledon lewat kemenangan atas Court, si legenda hidup Australia, di duel puncak.
Perlawanan Goolagong kepada diskriminasi belum berhenti. Pada 2012, ia mendirikan Evonne Goolagong Foundation. Organisasi ini memfokuskan diri untuk memperjuangkan hak anak-anak Aborigin lewat tenis.
Berkaca dari kesuksesan Goolagong, tidak heran rindu orang-orang Australia untuk memiliki petenis nomor satu dunia dari tanah sendiri sudah seperti beranak cucu.
"Semua petenis mungkin selalu bermimpi menjadi nomor satu sejak kecil. Tapi, ketika mimpi itu menjadi realitas rasanya sangat menakjubkan. Bahkan ini bukan hal yang biasa saya pikirkan sebelumnya. Toh, target saya tahun ini 'cuma' masuk 10 besar dunia," ucap Barty.
ADVERTISEMENT
"Maka, pencapaian ini bukan tentang saya, tapi seluruh tim. Tiga setengah tahun lalu kami memulai segalanya dari bawah, tanpa peringkat. Sekarang, kami sudah ada di sini. Sekali lagi, ini bukan hanya tentang saya, tapi tim. Ini pencapaian besar bagi mereka," jelas Barty.