Cerita dari Tenis Meja: Tentang Sabarnya Melatih Atlet Tunagrahita

5 Oktober 2018 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
ADVERTISEMENT
Asian Para Games 2018 diikuti sekitar 300 atlet Indonesia. Mereka datang dari berbagai cabang olahraga dan jenis disabilitas.
ADVERTISEMENT
Tak hanya berupa keterbatasan fisik, di antara mereka juga ada yang datang dengan keterbatasan intelektual atau lazim disebut tunagrahita.
Menyoal atlet tunagrahita, kumparan menyaksikan langsung bagaimana mereka berlatih. Tepatnya mereka para atlet tenis meja.
Secara fisik, mereka terlihat tak mengalami masalah berarti. Namun, dari segi obrolan ada beberapa yang sulit dipahami.
Kala itu kumparan berbincang dengan Bayu Widi Hapsara Purba, salah seorang pelatih tenis meja penyandang disabilitas. Bayu saat itu baru saja menyelesaikan sesi latihan bersama seorang atlet tunagrahita putra.
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
Dari penuturannya, Bayu sudah melatih tenis meja sejak 2015 tepatnya jelang ASEAN Para Games Singapura.
Selama 3 tahun melatih, Bayu menyebut ada perlakuan khusus ketika dia berinteraksi dengan atlet tunagrahita.
ADVERTISEMENT
“Kalau ngelatih kelas 11 (tunagrahita) itu mereka kan pemikirannya kayak istilahnya itu kayak anak SD umur 4 tahun, 5 tahun ya, harus banyak diulang jangan sampai bosanlah. Karena mereka kan dikasih tahu sekali enggak mungkin tahu,” ungkap Bayu, Senin (10/9).
Latihan atlet para tenis meja di Solo (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Latihan atlet para tenis meja di Solo (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
Dengan kondisi tersebut, menurut Bayu kesabaran adalah kunci utama dalam melatih atlet tunagrahita. Meski begitu ada kalanya kesabaran Bayu berada pada titik nadirnya. Namun, dia tak lantas mengungkapkan rasa emosionalnya itu.
“Dibatin aja sih,” sahut Bayu berkelakar.
Terlepas dari kesulitan yang dialami Bayu, saat ini tim tenis meja Indonesia memiliki 4 orang atlet tunagrahita. Mereka terdiri dari 2 atlet putra dan 2 atlet putri.
Diungkap Bayu, meski menyandang tunagrahita mereka memiliki catatan prestasi tingkat dunia yang apik.
ADVERTISEMENT
“Kita punya yang putrinya itu peringkat 4 dunia. Dia dapat klasifikasinya ke Slovenia itu. Peringkat 9 dunia, 7 dunia, 5 sudah ngalahin semua,” sebut Bayu.
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Tenis Meja, Bayu Widi Hapsara Purba. (Foto: Dok.Charles Brouwson)
Bayu melihat para atlet tunagrahita itu sudah menyimpan bakat alami di bidang tenis meja. Bakat alami itulah yang menuntun mereka lihai bermain di arena tenis meja. Meski, pada dasarnya mereka cukup kesulitan menerima teknik baru yang diberikan oleh pelatih.
kumparan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas.