Dari Lapangan Rumput Wimbledon: Yang Unik dan Menarik

4 Juli 2017 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plakat Isner vs Mahut di Wimbledon. (Foto: Reuters/Suzanne Plunkett)
zoom-in-whitePerbesar
Plakat Isner vs Mahut di Wimbledon. (Foto: Reuters/Suzanne Plunkett)
ADVERTISEMENT
Sudah bukan rahasia jika di ajang tenis, ada empat kejuaraan yang punya status Grand Slam. Simpelnya, empat kejuaraan ini, Australia Terbuka, Prancis Terbuka, Wimbledon, dan Amerika Serikat Terbuka, adalah kejuaraan paling bergengsi, paling banyak hadiahnya, dan paling signifikan kontribusinya terhadap peringkat seorang petenis.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada alasan mengapa Wimbledon pada akhirnya tetap disebut The Championship, Wimbledon atau Wimbledon saja, dan bukan Inggris Terbuka. Alasan yang dimaksud, tak lain dan tak bukan adalah karena selain ia memang dimainkan di daerah bernama Wimbledon, ajang ini juga merupakan yang tertua di dunia.
Sebagai turnamen tertua di dunia, tentu sudah banyak hal-hal menarik yang terjadi di Wimbledon. Dalam tulisan ini, kami dari kumparan (kumparan.com) telah mengumpulkan sepuluh fakta menarik soal turnamen ini.
1) Usianya Sudah 140 Tahun
Ya, turnamen ini sudah berusia 140 tahun. Meski begitu, gelaran 2017 ini adalah gelaran ke-131. Pada masa Perang Dunia I dan II, penyelenggaraan turnamen ini dihentikan untuk sementara.
ADVERTISEMENT
Laga final tunggal putri Wimbledon 1901. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Laga final tunggal putri Wimbledon 1901. (Foto: Wikimedia Commons)
Pada tahun 1877 itu, satu-satunya nomor yang dipertandingkan adalah tunggal putra dan pada waktu itu, mengingat usia tenis sebagai sebuah olahraga sendiri baru dua tahun, jumlah penonton yang hadir di final tentu tidak sebanyak sekarang.
Ketika itu, hanya ada 200 orang yang hadir menyaksikan pertandingan antara Spencer Gore dan William Marshall. Pada laga yang dimenangi Gore itu, penonton hanya harus membayar uang sebesar 1 shilling (untuk setiap satu poundsterling, ada 20 shilling) saja. Sangat, sangat murah jika dibandingkan dengan harga tiket sekarang yang mencapai 190 poundsterling untuk laga final.
Dalam perjalanannya, Wimbledon kemudian menambah nomor tunggal putri dan ganda putra pada 1884 serta ganda putri dan ganda campuran pada 1912. Oh, dan hingga tahun 1922, juara bertahan hanya harus bermain di final saja.
ADVERTISEMENT
2) Tradisional tetapi Progresif
Wimbledon adalah satu-satunya Grand Slam yang (masih) digelar di atas rumput. Rumput itu, setiap jelang pertandingan, selalu dipotong supaya tidak mengganggu pergerakan pemain dan bola.
Lapangan rumput Wimbledon. (Foto: Reuters/Tony O'Brien)
zoom-in-whitePerbesar
Lapangan rumput Wimbledon. (Foto: Reuters/Tony O'Brien)
Kemudian, warna pakaian peserta harus serba putih supaya keringat tidak terlalu nampak. Sebelum bertanding, para petenis harus melapor dulu kepada panitia yang nantinya bertugas untuk menentukan apakah warna pakaian mereka sudah sesuai dengan dress code atau belum.
Tak hanya itu, penyelenggara pun sangat galak terkait sponsor. Suatu kali, seorang wanita pernah mendapati yoghurt dan milkshake-nya disita karena merek yang dikonsumsinya itu bukan sponsor resmi Wimbledon.
Meski begitu, Wimbledon juga sangat progresif. Selain jadi turnamen Grand Slam pertama yang menyetarakan uang hadiah untuk putra dan putri, mereka juga sudah meniadakan kewajiban bagi para peserta untuk membungkuk ke royal box pada 2003 lalu. Pengecualian, tentu saja, dilakukan ketika Ratu Inggris atau Pangeran Wales hadir.
ADVERTISEMENT
3) Pertandingan Tiga Hari
John Isner usai bertanding selama tiga hari. (Foto: Reuters/Suzanne Plunkett)
zoom-in-whitePerbesar
John Isner usai bertanding selama tiga hari. (Foto: Reuters/Suzanne Plunkett)
Ini betul-betul terjadi. Pada 2010 lalu, dalam sebuah laga babak pertama antara John Isner (Amerika Serikat) dan Nicolas Mahut (Prancis), kedua petenis harus menghabiskan tiga hari (22-24 Juni 2010) untuk menyelesaikan pertandingan.
Laga itu sendiri terdiri dari lima set dan akhirnya dimenangi Isner dengan skor 6-4, 3-6, 6-7 (7-9), 7-6 (7-3), dan 70-68. Nah, dari sana, kemudian muncul sebuah pertanyaan yang sebenarnya sama-sama muncul di benak kita semua. Oleh Andy Roddick, pertanyaan itu dilontarkan lewat cuitan legendaris ini:
Pada gelaran tahun ini, Isner dan Mahut masih ikut serta. Di babak pertama ini, Isner bakal berhadapan dengan kompatriotnya, Taylor Fritz, sedangkan Mahut harus meladeni petenis Rusia, Mikhail Youzhny. Duh, semoga mereka tak sampai bertemu kembali, deh.
ADVERTISEMENT
4) Untuk Jadi Kacung Saja Tidak Mudah
Wimbledon adalah kejuaraan yang spesial dan maka dari itu, semuanya pun harus spesial, termasuk para kacung (pemungut bola) yang bertugas. Nah, di setiap gelarannya, ada 250 bocah berusia rata-rata 15 tahun yang dikumpulkan dari sekolah-sekolah sekitar untuk menjadi kacung.
Untuk menjadi kacung di ajang ini pun tidak mudah. Bocah-bocah itu sebelumnya harus berlatih selama berbulan-bulan. Setiap pekannya, mereka berlatih empat kali dan setiap sesi latihan menghabiskan waktu 2,5 jam.
Seorang kacung tenis di Wimbledon. (Foto: Reuters/Toby Melville)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang kacung tenis di Wimbledon. (Foto: Reuters/Toby Melville)
Dulu, ketika kejuaraan ini masih sangat konservatif, para kacung itu sama sekali tidak boleh tampak secara mencolok. Mereka harus menyaru dengan kerumunan agar kenikmatan penonton tidak terganggu.
5) Petugas Keamanan Wimbledon Tak Hanya Manusia
ADVERTISEMENT
Ini menarik. Di Wimbledon, ada seekor hewan yang ditugasi secara khusus untuk menjaga keamanan. Hewan yang dimaksud adalah seekor elang bernama Rufus.
Setiap hari selama pergelaran, Rufus harus terbang selama empat jam untuk menghalau burung-burung merpati yang populasinya memang amat banyak di London. Rufus pun kemudian menjadi semacam maskot tidak resmi dan akhirnya, dia pun menjadi selebtwit dengan pengikut lebih dari 9.000.
Karena popularitasnya ini, Rufus pun sempat menjadi target penculikan. Syukurnya, sang elang kemudian berhasil ditemukan.
6) Venue Wimbledon di Masa Perang
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, pada Perang Dunia I dan II, gelaran Wimbledon dihentikan. Meski begitu, bukan berarti tak ada aktivitas sama sekali di sana karena venue di Church Road itu digunakan sebagai tempat berlindung.
ADVERTISEMENT
7) Trofi Tidak Boleh Dibawa Pulang
Ya, tak satu pun para jawara itu memiliki trofi asli di rumah mereka karena trofi yang asli hanya boleh disimpan di Museum Wimbledon. Sebagai gantinya, para jawara itu membawa pulang trofi replika yang berukuran 3/4 trofi asli.
Trofi Wimbledon (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Trofi Wimbledon (Foto: Reuters/Matthew Childs)
8) Lebih Dulu Ada di Televisi Ketimbang Sepak Bola
16 September 1937 adalah hari bersejarah bagi sepak bola karena pada hari itu, untuk pertama kalinya sebuah pertandingan sepak bola antara Arsenal dan tim cadangannya disiarkan lewat saluran televisi BBC.
Namun, beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada 21 Juni 1937, Wimbledon sudah lebih dahulu ditayangkan. Ketika itu, laga yang disiarkan adalah laga babak pertama antara Bunny Austin dan George Lyttleton Rogers. Sayangnya, pertandingan ini tidak disiarkan secara utuh; hanya 25 menit.
ADVERTISEMENT
9) Kontras Kesunyian dan Lenguhan Petenis.
Ya, di pertandingan tenis mana pun, penonton harus tenang. Bahkan, bertepuk tangan pun baru boleh ketika perebutan poin berakhir. Tapi, di Wimbledon, Maria Sharapova pernah melenguh dengan kebisingan sampai 105 dB.
Tingkat kebisingan demikian lebih tinggi dibanding suara raungan mesin sepeda motor dan bisa mengakibatkan kerusakan serius jika seseorang terekspos terus menerus selama delapan jam.
Sharapova pada ajang Wimbledon 2009. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sharapova pada ajang Wimbledon 2009. (Foto: Wikimedia Commons)
Nah, bicara soal lenguhan, ternyata ini ada gunanya. Menurut studi dari PlosONE, lenguhan ini berguna untuk memperlambat respons lawan. Karena itu pula, tingkat akurasi pukulan lawan pun bakal menurun.
10) Bola, Bola, dan Bola
Selama turnamen, ada 54.250 bola yang digunakan. Setiap 7-9 gim, bola diganti dan bola yang belum digunakan disimpan di tempat berpendingin khusus. Oh, dan tahukah Anda kalau dulu Wimbledon pernah memakai bola berwarna putih? Namun, warna bola kembali diganti ke warna kuning pada 1986 supaya terlihat jelas di televisi.
ADVERTISEMENT