Di Atas Kursi Roda, Agung Widodo Mengejar Emas Asian Para Games

2 Juli 2018 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agung Widodo, atlet badminton di Asian Para Games. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agung Widodo, atlet badminton di Asian Para Games. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gerakannya lincah mengejar shuttlecock di lapangan meski tubuhnya berada di kursi roda. Ya, Agung Widodo, atlet Jawa Barat di skuat nasional Indonesia, berhasil menyegel emas di test event hari kedua cabang olahraga bulu tangkis.
ADVERTISEMENT
Melawan Muhammad Subhan (Banten), Agung menang dua gim langsung 21-7 dan 21-10 di nomor tunggal putra WH1 event bertajuk Indonesia Para Games Invitational Tournament itu.
Agung sendiri adalah ayah satu anak yang memutuskan fokus sebagai atlet bulu tangkis profesional sejak 2016. Sebelumnya, ia pernah menjajal tenis meja dan voli, tetapi cintanya bermuara ke olahraga tepok bulu.
Nah, pria asal Nganjuk, Jawa Timur, itu pun sejak kecil memang sangat akrab dengan olahraga. Hingga ketika diajak rekannya untuk berprofesi sebagai atlet bulu tangkis kursi roda, tekadnya semakin kuat bersamaan dengan lahirnya dukungan dari sang anak.
"Anak saya saat ini di Sekolah Dasar kelas 3. Dulu saat pertama kali (bermain bulu tangkis kursi roda) sering jatuh, tapi setiap hari saya terus berjuang. Dan perjuangan itu ada hasilnya. Saya tidak pernah berpikir untuk menyerah, terutama karena dukungan anak yang menjadi motivasi saya dalam bermain," jelas Agung.
ADVERTISEMENT
Sang istri sendiri saat ini tinggal di rumah mereka di Cilacap, Jawa Tengah, dengan pekerjaan sehari-hari berjualan sembako. Sebagai atlet, Agung sendiri hanya bisa menengok keluarga kecilnya beberapa hari setiap dua bulan.
Pria berusia 35 tahun itu mengaku rindu, tetapi tak ingin memaksa istri dan anak untuk terus menemaninya selama melakoni pemusatan latihan (pelatnas) di Solo. Memori saat berlatih bersama sang buah hati selalu diputar dan menjadi 'himne' perjuangannya.
"Anak suka melihat saya latihan, dia sangat senang. Anak saya juga suka olahraga, tapi lebih ke (atletik) lari, bukan bulu tangkis. Bisanya lari, kalau (olahraga) permainan dia kurang bisa. Saya suruh coba ini itu (olahraga permainan) tidak mau, senangnya gerak, jadi lari saja. Hahaha... Anaknya memang tidak mau diam," ucapnya berseri-seri.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa keseharian Agung di luar aktivitas pelatnas? Ia mengaku kegiatannya tidak jauh-jauh dari menggebuk shuttlecock dan membantu sang istri tercinta berjualan.
"Bantu istri, malam latihan walaupun tidak pelatnas. Latihannya di dekat rumah. Sebelum masuk pelatnas saya juga rutin menjadikan bulu tangkis sebagai olahraga harian bersama teman."
Kini, Agung dan kursi roda miliknya dengan gantungan berbentuk shuttlecock dan tempelan bertuliskan 'Agung Widodo' buatan sang anak selalu menemani perjalanannya.
Untuk bertanding, ia dipinjami kursi roda oleh National Paralympic Committee (NPC) Indonesia. Jelang Asian Para Games pada Oktober mendatang, Agus bersemangat menceritakan bahwa skuat 'Merah-Putih' akan mendapatkan alat tempur baru.
"Kalau sehari-hari pakai punya pribadi, tidak standar yang penting bisa buat passing. Sering jatuh saat refleks kencang. Tapi saya dari kecil sudah pakai kursi roda, jadi paling dua bulan sudah bisa menyesuaikan (dengan kursi roda untuk tanding). Nanti Agustus akan dapat lagi yang lebih bagus dari NPC buatan Jepang, pasti sudah layak untuk lawan teman-teman dari luar negeri."
ADVERTISEMENT
"Mepet memang (ke Asian Para Games), saya juga masih bingung pakai yang saat ini dipakai atau ganti baru. Tapi, sejujurnya saya ingin ganti kursi roda, karena saat ini Indonesia tertinggal," tutur pria yang menikah pada 2007 itu.
Kursi roda Agung di Asian Para Games. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kursi roda Agung di Asian Para Games. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Adapun, selama persiapan multievent atlet disabilitas terbesar se-Asia itu digelar pada 6-13 Oktober, Agung sempat menjajal turnamen di Irlandia. Di sanalah ia membeli gantungan shuttlecock yang kini selalu menemani kursi rodanya.
Saat itu, Agung sendiri kalah dari Jerman di perempat final. Tapi, ia beruntung bisa bertemu atlet dunia dan ikut menajamkan kemampuan diri, khususnya soal mental.
"Yang jelas pengalaman saya memang masih kurang. Dia peringkat empat dunia, kalau saya masih 70-an. Tapi, bisa bertanding lawan pemain top membuat saya bersyukur karena bisa memotivasi dan mengasah mental,"
ADVERTISEMENT
Terakhir, Agung sendiri berambisi untuk mengibarkan 'Merah-Putih' di Asian Para Games 2018 di Jakarta. Tersisa 95 hari lagi, ia berujar akan berlatih, berlatih, dan terus berlatih. Asal, tidak pulang malam-malam seperti pesan istrinya.
Namun, Agung tidak bakal mengajak keluarganya ke Jakarta saat games time nanti, sama seperti di setiap pertandingan terdahulunya yang minus dukungan langsung istri dan anak. Biarlah doa mengalir dari rumah mereka di Cilacap.
"Inginnya mengajak mereka ke Jakarta saat pertandingan. Tapi, saya sendiri malah kalau ditonton keluarga itu rasanya beda, jangan deh. Istri juga bilang tidak tega kalau menonton saya tanding, kalau kalah sedih," ujarnya mengakhiri.