Djokovic: Federer dan Nadal Belum Menyerah

16 Oktober 2018 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novak Djokovic di final AS Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Geoff Burke-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Novak Djokovic di final AS Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Geoff Burke-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 menjadi salah satu periode menyenangkan bagi Novak Djokovic. Rentetan gelar juara menjadi milik sang jagoan Serbia. Ia boleh kalah di Australia Terbuka. Langkahnya boleh terhenti di perempat final Prancis Terbuka, di tangan petenis tak diunggulkan macam Marco Cecchinanto.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menutup Wimbledon dengan trofi yang terangkat dan menuntaskan AS Terbuka dengan gelar juara. Di luar kompetisi Grand Slam pun, langkahnya mengesankan. Menjadi juara di Shanghai Terbuka, ia merebut gelar petenis peringkat dua dunia.
Gemilangnya penampilannya Djokovic sejak pertengahan musim 2018 tentu kontras dengan raihannya di awal-awal musim. Salah besar jika menyebut kegagalan Djokovic di musim 2018 hanya terjadi di kompetisi Grand Slam. Setelah kegagalan di Australia Terbuka, Djokovic gugur di babak kedua Miami Terbuka melawan petenis Prancis, Benoit Paire. Dua minggu sebelum terbang ke Paris, Djokovic berlaga di Italia Terbuka. Sayangnya, di semifinal ia kalah dari Rafael Nadal.
Dunia tenis, terutama tenis tunggal putra, adalah ranah yang diisi oleh juara yang itu-itu melulu. Siapa pun yang menggemari tenis pasti setuju bahwa di ranah ini, skuat raksasa diisi oleh Roger Federer, Nadal, Djokovic, dan Andy Murray yang kini tengah berjuang melawan cederanya.
ADVERTISEMENT
Di setiap kompetisi Grand Slam ataupun tur-tur ATP lain, ketiganya kerap digadang-gadangkan sebagai yang terbaik. Lantas, bila salah satu berhasil melejit dan yang lainnya runtuh, pertanyaan tentang kapasitas yang lain bakal menjadi pembicaraan yang santer. Termasuk dalam kasus meredupnya penampilan Nadal dan Federer di perebutan gelar Grand Slam musim ini.
Federer dan Nadal sebenarnya tidak menutup musim 2018 tanpa raihan Grand Slam sama sekali. Federer menjadi juara di Australia Terbuka, raihan yang sekaligus menggenapkan torehan trofi Grand Slam tunggal putranya menjadi 20. Sementara, Nadal membuktikan bahwa ia memang pantas buat disebut sebagai Raja Lapangan Tanah Liat lewat keberhasilan merengkuh gelar juara di Prancis Terbuka.
Namun, selalu ada perbedaan di antara mereka yang melakoni dan menonton tenis. Bila diurai, Djokovic sudah 52 kali bertanding melawan Nadal dan 46 kali berhadapan dengan Federer. Itulah sebabnya, Djokovic punya pendapat sendiri tentang Nadal dan Federer.
ADVERTISEMENT
Kalahkan Nadal, Djokovic ke final Wimbledon 2018. (Foto: Pool via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kalahkan Nadal, Djokovic ke final Wimbledon 2018. (Foto: Pool via Reuters)
Bagi pemilik 14 gelar Grand Slam tunggal putra ini, era Federer dan Nadal belum usai. Langkah rival sekaligus kompatriotnya di beberapa kompetisi Grand Slam memang tak panjang, tapi bukan berarti keduanya menyerah untuk mengayun raket dan memburu gelar juara.
“Yang luar biasa tentang pertandingan-pertandingan mereka, tentang sudut pandang mereka saat berlaga di atas lapangan adalah cara mereka menyikapi setiap pertandingan. Mereka tidak pernah meremehkan siapa pun yang menjadi lawan. Mereka selalu bermain dengan kecepatan penuh, terutama Nadal," jelas Djokovic dalam wawancaranya bersama Luigi Gatto untuk Tennis World USA.
“Melawan mereka selalu menjadi tantangan yang sulit, apalagi kalau harus bertanding melawan mereka di babak-babak akhir Grand Slam. Apa yang saya katakan ini berasal dari pengalaman pribadi saya karena saya sudah begitu sering berhadapan dengan mereka di babak-babak akhir turnamen, terlebih di Grand Slam," ucap Djokovic.
ADVERTISEMENT
Djokovic tak asal bicara. Dalam perjalanannya merengkuh Grand Slam musim ini, ia memang hanya sekali berhadapan dengan Nadal di semifinal, tepatnya di Wimbledon. Pertandingan ini harus diadakan selama dua hari (13 hingga 14 Juli 2018) karena sebelum keduanya bertanding, babak semifinal juga mempertemukan Kevin Anderson dan John Isner. Apa boleh buat, laga ini berlangsung kelewat lama, 6 jam 36 menit. Akibatnya, pertandingan Djokovic melawan Nadal harus ditunda karena masalah waktu.
Untuk membuktikan seketat apa pertarungan melawan Nadal itu, kita hanya perlu menyaksikan skor yang muncul: 6-4, 3-6, 7-6(9), 3-6, 10-8. Sayangnya, Djokovic tidak sempat bertemu dengan Federer di babak-babak akhir Grand Slam 2018.
Djokovic dan Federer di semifinal Prancis Terbuka 2011. (Foto: JACQUES DEMARTHON / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Djokovic dan Federer di semifinal Prancis Terbuka 2011. (Foto: JACQUES DEMARTHON / AFP)
Namun, bila harus membuktikan sehebat apa pertarungan Federer dan Djokovic di puncak Grand Slam, mungkin kita hanya harus berhitung mundur ke semifinal AS Terbuka 2011. Pertandingan ini dinilai orang-orang sebagai semifinal Prancis Terbuka 2011 jilid dua. Kala itu, Djokovic kalah 6-7 (5-7), 3-6, 6-3, 6-7 (5-7) dari Federer.
ADVERTISEMENT
Semifinal AS Terbuka 2011 yang berlangsung selama 3 jam 51 menit ini pada akhirnya memang dimenangi oleh Djokovic. Namun, bukan berarti kemenangan ini direngkuh dengan mudah. Djokovic bahkan kalah di dua set pertama 6-7, 4-6.
Lantas, comeback itu benar-benar muncul sehingga ia sanggup menuntaskan tiga set setelahnya dengan kemenangan 6-3, 6-2, 7-5. Sialnya, di final, Djokovic malah harus bertemu dengan Nadal dan mengaku keunggulan sang lawan.
Penulis olahraga dan pop-culture, Brian Phillips, bahkan menggambarkan dengan brilian seperti apa jerih-payah Djokovic untuk memenangi pertarungan melawan Federer itu dalam esainya yang berjudul 'Novak Djokovic: The Shot and The Confrontation', yang tayang di Grantland pada 16 September 2011.
Atau, pada semifinal AS Terbuka 2009. Dalam pertandingan merebut tiket final itu, Federer bahkan tertangkap kamera melakukan tweener (manuver akrobatis berupa melepaskan pukulan dari celah kedua kaki -red). Petenis dengan keyakinan segila apa yang masih terpikir untuk melakukan tweener saat berhadapan dengan salah satu nama besar di semifinal Grand Slam?
ADVERTISEMENT
“Jadi, saya memang paham betul bahwa mereka belum selesai. Mereka hanya terhenti untuk beberapa saat. Federer dan Nadal belum menyerah. Saya pikir, kekuatan mental dan kedewasaan selalu menjadi keunggulan yang mereka miliki dibandingkan lawan-lawannya," pungkas Djokovic.