Drama di Balik Trade DeMar DeRozan-Kawhi Leonard

19 Juli 2018 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
DeRozan mengidap depresi. (Foto: Reuters/Dan Hamilton)
zoom-in-whitePerbesar
DeRozan mengidap depresi. (Foto: Reuters/Dan Hamilton)
ADVERTISEMENT
Penuh drama. Trade yang melibatkan San Antonio Spurs dan Kawhi Leonard dengan Toronto Raptors beserta DeMar DeRozan sungguh penuh drama.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba saja, Raptors men-trade DeRozan, plus Jakob Poetl dan jaminan first-round pick pada 2019 kepada Spurs untuk Leonard dan Danny Green. Ya, DeRozan ke Spurs dan Leonard ke Raptors. Untuk kedua tim ini bisnis. Untuk kedua pemain, ini adalah pil pahit.
seperti ada dua anak yang tiba-tiba saja dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing dengan anak dari mitra kerja mereka agar dapur semuanya tetap berasap. Buruknya, kedua anak tak suka dengan orang yang dijodohkan dengannya. Sama sekali tak suka.
Anak pertama ini adalah anak yang setia. Sekali jatuh cinta, dia tak mau jatuh ke lain hati. Sementara anak kedua pemilih dan prinsipil. Mencari tambatan hati, baginya, tak bisa dengan dijodoh-jodohkan. Apalagi, orang yang dijodohkan dengannya jauh dari kata sesuai dengan kriteria.
ADVERTISEMENT
***
DeRozan sudah sembilan tahun berseragam Raptors. Raptors adalah cinta pertamanya. Klub inilah yang memilih DeRozan pada NBA Trade pada 2009 lalu. Dia merasa sudah menyatu dengan Kota Toronto, tak bisa jauh dengan para fans, dan tak pernah terpikirkan untuk angkat kaki ke klub lain. Raptors adalah dirinya, dan dirinya adalah Raptors.
Pada Desember tahun lalu, Presiden Raptors, Masai Ujiri, memanggil DeRozan ke kantornya. Di situ, Ujiri meyakinkan bahwa DeRozan akan menjadi ikon klub, pemain terpenting Raptors. Dia akan menjadi Kobe Bryant-nya Raptors. Dan karena itu, tentu saja dia tak akan di-trade.
DeRozan, salah satu pemain terbaik Raptors. (Foto: Reuters/Patrick Gorski)
zoom-in-whitePerbesar
DeRozan, salah satu pemain terbaik Raptors. (Foto: Reuters/Patrick Gorski)
Lagipula, DeRozan memang hadir sebagai bintang Raptors. Bersama Kyle Lowry, dia adalah kunci keberhasilan Raptors menjadi kampiun Wilayah Timur di musim lalu. Pemain berusia 28 tahun itu mencatatkan 23 poin, 5,2 assist, dan 3,9 rebound per gim di musim reguler serta 22,7 poin, 4 assist, dan 3,6 rebound pada babak play-off.
ADVERTISEMENT
Kata banyak wanita: Jangan percaya mulut lelaki. Dan kata orang bijak: Di dalam bisnis tak ada yang namanya kesetiaan. Ujiri adalah laki-laki dan Raptors serta NBA adalah bagian dari bisnis. Kini, DeRozan paham betul itu. Dia mengamini sembari merasakan sakit hati terperih dalam dadanya.
Sebab, sekitar tujuh bulan setelah pertemuan dengan Ujiri itu, DeRozan ditendang dari Toronto. Dia tak akan pernah menjadi Kobe Bryant-nya Raptors. Sebab, sang shooting guard telah menjadi alat bisnis Raptors untuk menjaga eksistensi di NBA. Agar franchise mereka terus tumbuh.
Raptors tak membayar kesetiaan DeRozan dengan manis. Padahal, pada 2016 ketika sang pemain berstatus free agent dan punya kesempatan pindah klub, dia tetap memilih menandatangani kontrak baru dengan Raptors. Namun, kenyataannya sekarang... Terlalu sakit untuk DeRozan.
ADVERTISEMENT
DeMar DeRozan, pemain NBA dari tim Toronto Raptors (Foto: Tom Szczerbowski/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
DeMar DeRozan, pemain NBA dari tim Toronto Raptors (Foto: Tom Szczerbowski/Reuters)
"(Saya) Tidak bisa lagi mempercayai mereka. Tidak ada kesetiaan dalam permainan ini. Menjual Anda dengan cepat tanpa sedikit pun rasa... Anda akan segera mengerti..." curhat DeRozan dalam Instagram Story-nya.
***
Si anak kedua adalah Leonard. Dia memang ingin pindah dari Spurs, mencari tambatan hati lain. Namun, Raptors bukanlah kriterianya. Jauh dari kriterianya. Di kota yang dingin di utara itu, apa yang bisa dicari oleh seorang superstar seperti Leonard? Toronto bukanlah tempat yang diinginkannya.
Kalau Leonard ingin hengkang, maka tujuannya adalah Los Angeles. Entah itu Lakers atau Clippers. Di tempat yang gemerlap itulah Leonard ingin melanjutkan dan mengembalikan puncak kariernya. Dia sama sekali tak punya pikiran untuk ujug-ujug hengkang ke Kanada.
ADVERTISEMENT
Kawhi Leonard dijaga oleh Kyrie Irving (Foto: Ken Blaze/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kawhi Leonard dijaga oleh Kyrie Irving (Foto: Ken Blaze/Reuters)
Namun, Spurs setuju dengan tawaran Raptors untuk memboyongnya pergi. Leonard tak bisa apa-apa. Lagipula, bisa apa seorang pemain dalam skema NBA Trade ini? Mau menolak? Oh, tentu saja tak bisa. Pemain berusia 27 tahun itu tinggal berharap satu tahun berjalan cepat dan ketika di musim panas tahun depan dia berstatus free agent, dia bisa angkat kaki.
Namun, satu tahun di Raptors bisa menjadi ajang bagi Leonard untuk menunjukkan kebangkitan setelah hanya bermain sembilan laga di musim lalu karena cedera. MVP Final NBA pada 2014 itu mesti menunjukkan bahwa dia masih bisa diandalkan dan jadi tulang punggung sebuah tim.
Di satu sisi, mengingat Leonard adalah idola, kepergian ini membuat para pendukung Spurs kecewa berat. Leonard masih dianggap sebagai salah satu pemain terbaik NBA dan jika ada pemain yang pantas memegang beban Spurs, maka pemain yang dipilih dari draft pada 2011 itu adalah orangnya.
ADVERTISEMENT
Bintang Spurs, Kawhi Leonard. (Foto: Soobum Im-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Bintang Spurs, Kawhi Leonard. (Foto: Soobum Im-USA TODAY Sports via Reuters)
***
Tapi, ya, begitulah NBA. Drama di mana-mana terjadi, dan seperti kata DeRozan: Tak ada kesetiaan di dalamnya. Situasi NBA dan terutama empat pihak yang terlibat boleh saja tengah chaos, tetapi bagi semuanya--termasuk pendukung Spurs --ini adalah waktunya untuk mengambil langkah; Move on!