Dua Sisi Trofi Oscar Kobe Bryant

6 Maret 2018 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kobe Bryant dan Piala Oscar-nya. (Foto: Reuters/Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Kobe Bryant dan Piala Oscar-nya. (Foto: Reuters/Mike Blake)
ADVERTISEMENT
Michael Jordan boleh punya satu cincin juara NBA lebih banyak dibanding Kobe Bryant, tetapi Bryant punya satu trofi yang belum pernah dan rasanya tidak akan pernah didapat Jordan: Piala Oscar.
ADVERTISEMENT
Pada perhelatan Academy Awards ke-90, Senin (5/3/2018) pagi WIB, Bryant menerima trofi Piala Oscar pertamanya untuk kategori Film Animasi Pendek Terbaik lewat film 'Dear Basketball'. Film pendek itu sendiri didasarkan pada puisi Bryant dengan judul identik yang pertama kali diterbitkan lewat The Players' Tribune pada 2015 silam.
Bryant menulis puisi itu pada musim terakhirnya bermain basket secara profesional. Lewat puisi itu, Bryant mengajak pembaca untuk mengunjungi momen saat dia masih berusia enam tahun. Di usia itulah Bryant pertama kali jatuh cinta pada basket dan sejak itu, cintanya tidak pernah padam.
Puisi Bryant itu kemudian dibuat animasinya oleh animator kawakan, Glen Keane, yang rekam jejaknya di Hollywood sudah tak perlu diragukan. Dari tangan Keane, lahirlah karya-karya terbaik Disney seperti 'The Little Mermaid', 'Beauty and the Beast', 'Aladdin', 'Pocahontas', 'Tarzan', dan 'Tangled'. Berdasarkan data dari Internet Movie Database (IMDb), film 'Dear Basketball' itu memiliki durasi enam menit.
ADVERTISEMENT
Penghargaan Oscar untuk Bryant dan Keane ini dipersembahkan oleh aktor legendaris Mark Hamill yang dikenal berkat perannya sebagai Luke Skywalker di 'Star Wars'. Ketika menerima trofi Oscar itu, Bryant terlihat sedikit tidak percaya. Berulang kali dia harus menarik napas panjang sembari mengamati trofi yang ada di genggamannya.
"Aku tidak tahu kalau ini sesuatu yang mungkin kuraih," ucap Bryant pada pidatonya. "Sebagai pemain basket, orang bilang kami lebih baik tutup mulut dan mendribel bola saja. Akan tetapi, aku bahagia sudah bisa berbuat lebih daripada itu."
Atas penghargaan yang diraihnya itu, Bryant mengucapkan terima kasih kepada sang istri, Vanessa, serta tiga orang putrinya. Tanpa segan, Bryant menyebut mereka sebagai inspirasinya.
ADVERTISEMENT
Meski pidatonya di atas panggung tergolong singkat, Bryant tidak selesai bicara di situ. Pada sesi konferensi pers, Bryant baru bicara panjang lebar.
"Jujur saja, rasanya lebih menyenangkan dibanding menjadi juara (NBA). Sungguh," kata Bryant, seperti dikutip dari ESPN.
Bryant kemudian bercerita bahwa kini dirinya memang tengah sibuk menulis. Rencananya, pria 39 tahun ini akan merilis novel berseri. Walau begitu, Bryant belum mau membocorkan isi cerita dari novelnya itu. Yang jelas, kini menurut eks shooting guard Los Angeles Lakers itu, setiap bangun di pagi hari, pikirannya cuma menulis dan menghabiskan waktu di studionya.
Untuk meraih apa yang dia raih sekarang, langkah Bryant tidak mudah. Dulu, dia sempat diragukan untuk bisa dengan mudah melakukan transisi pascapensiun.
ADVERTISEMENT
"(Orang bilang) yang benar saja? Kamu bakal merasa depresi setelah kariermu selesai. Sekarang, dengan bisa berada di sini dan mendapat pengakuan seperti ini, rasanya betul-betul gila," ujar Bryant kegirangan.
Keberadaan Bryant di panggung Oscar ini sontak mendapat dukungan dari para legenda basket lainnya seperti Magic Johnson, Bill Russell, dan Shaquille O'Neal. Lewat akun Twitter-nya, O'Neal dengan nada bercanda menulis bahwa dia merasa cemburu dengan raihan Bryant.
Tak cuma dari para legenda yang telah pensiun, dukungan juga datang dari megabintang NBA, LeBron James. Pemain Cleveland Cavaliers ini secara khusus menyoroti kata-kata Bryant soal 'tutup mulut dan mendribel' yang merupakan sebuah kritikan untuk pernyataan dari seorang pembaca berita Fox News bernama Laura Ingraham.
ADVERTISEMENT
Menyusul sebuah kritikan dari James untuk Donald Trump, Ingraham kemudian berkata, "Anda tidak perlu menyebar-nyebarkan komentar politik, atau seperti yang dikatakan orang-orang, tutup mulutmu dan dribel bolanya."
Setelah Bryant menyindir Ingraham di pidato penerimaan trofinya, James kemudian melontarkan dukungan lewat akun Twitter-nya. Di situ, James menulis "Hormat kepada @kobebryant untuk trofi Oscar-nya!!"
Cuitan James itu disertai dua tagar berbunyi 'Kami lebih dari sekadar diam dan dribel' dan 'Duduklah dengan tenang sambil menonton'.
Ya, trofi Oscar untuk Bryant ini memang punya arti lebih, baik bagi Bryant sendiri maupun bagi para atlet dan kaum minoritas di Amerika Serikat secara keseluruhan. Akan tetapi, tidak semua orang merasa bahwa Bryant pantas untuk mendapatkan trofi tersebut. Pasalnya, trofi Oscar untuk Bryant (dan Gary Oldman sebagai aktor terbaik) dirasa mengkhianati spirit pergerakan MeToo dan Time's Up yang menyuarakan keadilan terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Baik Bryant maupun Oldman sama-sama pernah berurusan dengan kekerasan terhadap perempuan. Pada 2001, Oldman dilaporkan mantan istrinya, Donya Fiorentino, atas tuduhan kekerasan domestik. Sementara, Bryant pada 2003 lalu dituduh melakukan pemerkosaan terhadap seorang karyawan hotel berusia 19 tahun di Colorado.
Satu hal yang membuat penghargaan untuk Bryant dan Oldman ini jadi terasa tidak pada tempatnya adalah karena Oscar sendiri sudah berusaha untuk (terlihat) melakukan revolusi. Nomine-nomine yang sebelumnya sulit sekali masuk nominasi (baca: perempuan dan orang-orang Afro-Amerika) mulai mendapat tempat yang sepantasnya.
Selain itu, Oscar juga sudah memutus hubungan dengan produser Harvey Weinstein yang merupakan predator seksual. Mereka juga dengan sengaja tidak memasukkan film 'The Disaster Artist' ke dalam nominasi karena sang aktor utama, James Franco, dituduh melakukan kekerasan seksual. Padahal, 'The Disaster Artist' adalah salah satu film favorit para kritikus.
ADVERTISEMENT
Karena inilah suara miring kemudian muncul ketika Bryant dan Oldman mendapat penghargaan Oscar tersebut. Bukan karena mereka tidak mampu dan tidak pantas, tetapi karena mereka punya dosa yang belum ditebus.
Namun, apa yang terjadi, khususnya pada Bryant, ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi atlet-atlet lain maupun orang-orang termarginalkan lainnya untuk tidak berkarya. Justru, di sini mereka punya kesempatan untuk melakukan apa yang tidak mampu Bryant lakukan: berprestasi dan berbicara banyak tanpa kontroversi.