Dukungan Kekasih Pembangkit Semangat Ratri hingga Jadi Juara Dunia

30 September 2018 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Leani Ratri. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Leani Ratri. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Buya Hamka pernah berujar, “Cinta bukan mengajarkan kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi mengembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.”
ADVERTISEMENT
Untaian kalimat itu benar-benar dirasakan oleh pebulu tangkis penyandang disabilitas andalan Indonesia, Leani Ratri Oktila.
Tahun 2011 lalu, dia mengalami kecelakaan parah yang membuat kakinya cedera. Kejadian itu membuat orang tuanya meminta Ratri berhenti dari dunia perbulutangkisan. Alasannya, kecelakaan yang dialami adalah pertanda dari Tuhan supaya Ratri beristirahat. Padahal, dalam hati perempuan asal Riau itu masih terbayang jelas keinginan untuk menjadi pebulu tangkis nomor wahid dunia.
Di tengah pertentangan yang dirasakan, datang seseorang yang mampu meyakinkan Ratri untuk kembali berlaga. Berbeda dengan nomor sebelumnya, kali ini Ratri berlaga di kelas bagi para penyandang disabilitas.
Seseorang itulah yang kini telah mengikatnya dengan janji suci pernikahan, memberikan cinta sepenuh hati kepada Ratri.
ADVERTISEMENT
“Dia support, kalau kamu punya cita-cita, masih punya impian, main aja. Toh enggak ada bedanya dia sama kita. Di hadapan Tuhan itu semua sama. Jadi turun di situ pertama itu saya tetap main di Peparnas tanpa sepengetahuan keluarga, saya tetap main,” Ratri mengenang bisikan orang yang dicintainya itu kepada kumparan di Sritex Arena, Solo, Senin (10/9).
Ratri akhirnya berlaga di nomor disabilitas. Memang sudah bakat, dia menyapu bersih semua gelar juara dalam setiap kejuaraan.
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ratri mengaku, dia justru semakin semangat setelah terjun di kelas yang berbeda dengan sebelumnya. Dia bersyukur, kondisinya tak jauh lebih parah dari beberapa atlet disabilitas yang satu per satu mulai dijumpainya.
“Saya itu ngenesnya gini, mereka yang pakai kursi roda aja, masih bisa main apalagi saya yang masih bisa berdiri. Apalagi pelatih bilang kamu bisa lah kamu mantan atlet, enggak mungkin kamu enggak bisa ngalahin rasa sakit,” terang Ratri.
ADVERTISEMENT
Bukan rasa sakit atau perih yang Ratri rasakan. Namun, kurangnya rasa percaya diri yang masih selalu menyelimuti sanubarinya. Mampukah kaki kanannya yang kini lebih pendek 11 cm menopang langkah saat berlaga di lapangan, tanyanya menderu-deru dalam hati.
Saat pertama kali melangkah ke Pelatnas bulu tangkis, Ratri masih berjalan dengan bantuan tongkat. Namun, seiring interaksinya dengan para atlet disabilitas bertambah, dia pun bisa berjalan tanpa bantuan tongkat.
Ratri selanjutnya semakin giat berlatih di Pelatnas. Menurutnya hal itu justru membuat kakinya yang cedera semakin kuat.
“Yang saya rasain gitu. Dokter pas pertama di orthopedi periksa heran dengan kaki saya yang tulangnya gini saya bisa lari di lapangan,” Ratri mengenang.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, tetap saja ada efek samping dari menggebunya latihan Ratri. Mulanya, dua kakinya hanya berselisih panjang 7 cm. Namun, sejak latihannya bertambah keras dari masa ke masa selisih itu berubah menjadi 11 cm. Semakin panjangnya selisih itu tak membuat Ratri kehabisan akal.
“Cuma kan saya ngakalinnya di sepatu saya, saya kasih sol sebelah kirinya, jadi enggak begitu timpang,” ujar dia.
Ide tersebut dilakukan sesuai masukan dokter. Kondisi kakinya disarankan untuk tidak terlalu timpang. Hal itu berguna untuk menghindarkan diri dari cedera pinggul.
Bertengger di peringkat 1 dunia dengan modal terbatas
Buah dari kerja keras Ratri, dia kini bertengger di peringkat satu dunia. Bagaimana tidak, hampir setiap kejuaraan yang diikuti dia selalu sukses merebut trofi juara. Di antaranya, Kejuaraan Asia, Kejuaraan Dunia, ASEAN Para Games, Asian Games, dan berbagai kejuaraan individu lain sudah dilahap habis oleh Ratri.
ADVERTISEMENT
Walau telah menorehkan catatan gemilang, Ratri menyebut kesempatan untuk berlaga di ajang bagi atlet disabilitas masih kurang. Bahkan cukup jauh dengan kesempatan yang diberikan kepada atlet bulu tangkis umum Indonesia.
“Kadang kan kita kesulitan di event. Event kan ada 12 setahun, Indonesia hanya bisa ikut 3-4 karena terkendala masalah biaya kan. Sekarang masih makanya tahun ini hanya mengikuti 3, padahal tahun ini masih ada Denmark, ada Australia,” Ratri mencurahkan apa yang dialaminya.
Alhasil, pelatihnya di Pelatnas hanya memilih event yang potensial untuk mendongkrak atau mempertahankan rangkingnya.
Namun, kondisi tersebut tak bisa terus-menerus dilaluinya. Tahun 2020, Ratri bermimpi bisa berlaga di Paralimpiade Tokyo. Dalam ajang tersebut, cabang bulu tangkis baru pertama kalinya dipertandingkan dalam sejarah. Ratri pun ingin menyumbangkan medali bagi Indonesia di ajang tersebut.
ADVERTISEMENT
“Cuma untuk tahun depan untuk bisa tampil di Olimpiade kita minimal ikut 6, 6 sampai 9 event. Walaupun ranking kita bagus tapi kita enggak ngikutin event-event itu tetap enggak qualified. Jadi tetap berusaha untuk tetap ikut event,” ungkap Ratri.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.