Duo Adcock: All England Bersejarah, Indonesia Open Bergairah

18 Juli 2019 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan ganda campuran Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Foto: Sergei Gapon/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan ganda campuran Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Foto: Sergei Gapon/AFP
ADVERTISEMENT
Gelaran Indonesia Open dan All England menghadirkan kesan berbeda bagi pasangan ganda campuran Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock.
ADVERTISEMENT
Sebagai turnamen yang lahir dan berlangsung di tanah kelahiran, Chris/Gabrielle menyebut gelaran All England terasa lebih istimewa dan membekas. Selain itu, All England disebut punya nilai historis karena merupakan turnamen bulu tangkis tertua di dunia.
Ya, tercatat All England pertama kali digelar pada 1899 di Drill Hall Guildford, Buckingham Gate. Lantas, turnamen terakhir pada Maret 2019 lalu menjadi edisi ke-109 untuk All England yang berada di kategori BWF World Tour Super 1.000.
"Wah, ini pertanyaan sulit karena kedua turnamen ini merupakan favorit kami. Mungkin All England sedikit lebih baik, karena turnamen ini istimewa. Kami selalu menontonnya sejak kecil. Menonton All England menjadi inspirasi kami bermain bulutangkis," kata Gabrielle saat ditemui di area mixed zone Istora Gelora Bung Karno, Kamis (18/7).
ADVERTISEMENT
"All England punya tradisi, sejarah, dan main di depan pendukung sendiri rasanya tentu berbeda. All England punya tradisi dan sejarah,” tuturnya menambahkan.
Pasangan ganda campuran Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Foto: Saeed Khan/AFP
Kendati begitu, bukan berarti Indonesia Open yang satu level dengan All England tidak memiliki tempat khusus di hati pasangan suami istri ini. Adalah keriuhan suporter Indonesia yang selalu berbekas di benak Chris/Gabrielle ketika mentas di Istora.
“Berbeda dengan di Indonesia Open. Di sini sangat berisik setiap saat penontonnya, punya sejarah juga. Istora juga bersejarah, tempat yang fantastis untuk bermain bulu tangkis,” ujar Gabrielle.
“All England unggul dari sisi sejarah, sementara Indonesia Open bisa disebut sebagai home of badminton. Tapi All England punya tempat khusus di hati kami,” jelas Chris.
ADVERTISEMENT
Maka, duo Adcock selalu merasa antusias untuk mengarungi turnamen di Istora, tak terkecuali Indonesia Open 2019. Karena memang ada sensasi berbeda dari keramaian di arena ini, seperti telah diakui oleh para pebulu tangkis mancanegara lainnya.
Suasana hari pertama Blibli Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
“Lebih menyenangkan bermain di arena yang berisik. Di Indonesia Open Anda bisa merasakan fanatisme penonton yang sangat menyukai bulutangkis,” pungkas Gabrielle.
Keramaian itu masih terus dirasakan Chris/Gabrielle. Langkah mereka berlanjut seusai mengalahkan Sam Magee/Chloe Magee dengan skor 21-17 dan 21-16 di babak kedua. Untuk perempat final, mereka akan menghadapi wakil Malaysia, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing.