Eko Yuli: Rumah di Mana pun Akan Saya Terima asal Jadi Hak Milik

15 Februari 2019 21:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli peraih emas saat berfoto bersama medalinya usai menjuarai angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8/2018). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Belum finalnya kebijakan soal pembangunan rumah bagi atlet peraih emas Asian Games 2018 sebagai bonus dari pemerintah turut berdampak kepada Eko Yuli Irawan.
ADVERTISEMENT
Lifter peraih emas di cabang olahraga angkat besi nomor 62 kg ini merupakan salah satu yang berhak mendapatkan bonus rumah.
Namun, Eko harus bersabar. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai pemberi ide bonus rumah masih harus mengkaji bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR).
Utamanya, karena atlet bukan pihak yang menyediakan tanah sendiri untuk dibangun rumah oleh Kemen PUPR. Sementara, seusai aturan, Kemen PUPR hanya bisa membangun rumah untuk atlet di atas aset negara.
Lifter Indonesia Eko Yuli melakukan angkatan 'Snatch' angkat besi putra grup A nomor 62 kg Asian Games ke-18 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Maka, Kemenpora pun harus mendekat kepada pemerintah provinsi untuk mencarikan tanah di kabupaten/kota bagi atlet daerah tersebut. Muncul pertanyaan lagi, semudah itukah atlet mendapatkan hibah tanah dari daerahnya?
Eko tak ingin ambil pusing. Dia sadar, terkadang pemerintah daerah lebih mudah memberikan bonus berupa uang atau rumah (jadi) ketimbang mencarikan sebidang tanah.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kalau daerah suruh siapkan tanah, PUPR membangun, sama saja kami diberi hadiah rumah. Jadi belikan saja rumah," kata Eko saat dihubungi kumparanSPORT, Jumat (15/2/2019).
"Tanah hibah 'kan siapa yang mau kasih ke kami? Gubernur kasihnya biasanya bonus uang, rumah atau apartemen yang bisa ditempati. Rata-rata (atlet) punya tanah sendiri, tidak boleh dibangun."
"Ya sudah deh, kalau sekarang ribet, maksimal pembangunan. Berapa, sih, kalau memang harus dibayar (sendiri)? Anggap saja simbolis dibangunkan, biar gampang. Harus tunggu hibah, nunggu dari mana?" imbuhnya.
Defile kontingen pada pembukaan Asian Games 2018. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Belum lagi, fakta bahwa atlet Tanah Air banyak yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) bukan sesuai tanah kelahirannya karena kerap menyesuaikan daerah yang akan dibela di Pekan Olahraga Nasional (PON). Eko pun begitu. Saat ini, dia tercatat sebagai warga Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
"Memang saya asli Lampung, tapi perwakilan daerah saya saat ini Jawa Timur. Jadi yang berhak memberi apresiasi atau pembinaan, ya, Jawa Timur," ujarnya.
Saat ditanya apakah mau menerima tanah untuk dibangun rumah oleh Kemen PUPR di wilayah Jawa Timur mana pun, Eko mengatakan siap. Asal, tanah tersebut pada akhirnya menjadi hak miliknya.
"Oke tanah hibah, tapi kalau bukan hak milik kami, sama saja seperti dipinjamkan tanah. Buat apa? Sama saja kontrak, ujung-ujung diambil kami tidak bisa apa-apa. Jadi harus tanyakan dulu. Tapi kalau akhirnya jadi hak milik, saya pribadi di mana pun tidak masalah."
"Ibaratnya nanti dikontrakkan atau dijual lagi, urusan kami. Kalau tanah pemerintah cuma dipinjamkan, PUPR membangun, sama saja PUPR bangun untuk daerah itu, bukan punya atlet. Walau orang tua saya di Lampung, saya dapat di Jawa Timur, tidak masalah. Lumayan sudah dapat (bonus rumah) juga," ujarnya mengakhiri.
ADVERTISEMENT
Jokowi Serahkan Bonus ke Atlet Asian Games 2018 Foto: Biro Pers Setpres
Saat ini, Eko tinggal di Bekasi, Jawa Barat, bersama istri dan anaknya. Selain Eko, ada 59 atlet lainnya yang berhak menerima bonus rumah dari pemerintah sebagai peraih emas di Asian Games 2018 yang berlangsung 18 Agustus hingga 2 September.
Kerja keras mereka membuat Indonesia total mengoleksi 31 emas dan finis keempat di klasemen akhir, sekaligus terbaik sepanjang keikutsertaan skuat 'Merah-Putih' dalam multiajang terbesar se-Asia itu.
Berikut daftar 60 atlet peraih emas di Asian Games 2018:
Defia Rosmaniar (Taekwondo)
Lindswell Kwok (Wushu)
Tiara Andini Prastika dan Khoiful Mukhib (Balap Sepeda)
Eko Yuli Irawan (Angkat Besi)
Aris Apriansyah, Hening Paradigma, Jafro Megawanto, Joni Efendi, dan Roni Pratama (Paralayang)
Aries Susanti Rahayu, Fitriyani, Puji Lestari, Sallsabillah, Abu Dzar Yulianto, Leonardo Veddriq, Muhammad Hinayah, dan Sufriyanto Rindi (Panjat Tebing)
ADVERTISEMENT
Tanzil Hadid, Muhad Yakin, Rio Rizki Darmawan, Jefri Ardianto, Ali Buton, Ferdiansyah, Ihram, Ardi Isadi, dan Ujang Hasbulloh (Dayung)
Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi (Tenis)
Rifki Ardiansyah Arrosyiid (Karate)
Aqsa Sutan Aswar (Jet Ski)
Puspa Arumsari, Hendy, Yola Primadona Jampil, Nunu Nugraha, Asep Y Sani, Anggi F Mubarok, Aji B. Pamungkas, Komang Adi Putra, Iqbal Candra Pratama, Sarah Tria Monita, Abdul Malik, Sugianto, Ayu Sidan Wilantari, Ni Made Dwiyanti, Gina Tri Lestari, Lutfi Nurhasanah, Pramudita Yuristya, Pipiet Kamelia, Hanifan Yudani Kusumah, dan Wewey Wita (Pencak Silat)
Jonatan Christie, Marcus Fernaldi Gideon, dan Kevin Sanjaya Sukamuljo (Bulu Tangkis)
M. Hardiansyah Muliang, Nofrizal, Saiful Rijal, Husni Uba, Rizky Pago, dan Abdul H Radjiu (Sepak Takraw).
ADVERTISEMENT