Erick Thohir Beri Penjelasan Soal Kelangkaan Tiket Final Bulu Tangkis

1 September 2018 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua INASGOC, Erick Thohir, memberikan pidato pada pembukaan Asian Games 2018. (Foto: Jewel Samad/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua INASGOC, Erick Thohir, memberikan pidato pada pembukaan Asian Games 2018. (Foto: Jewel Samad/AFP)
ADVERTISEMENT
Cabang olahraga (cabor) bulu tangkis masih menjaga titel sebagai olahraga yang paling digemari publik selain sepak bola. Di Asian Games 2018, hal itu pun terbukti di pertandingan final nomor beregu putra, Rabu (22/8/2018).
ADVERTISEMENT
Selain dijamin menampilkan duel sengit di setiap partai, tim putra Indonesia pertama kalinya masuk ke final setelah Asian Games 2002 di Busan. Ribuan orang pun rela mengantre sejak subuh untuk membeli tiket.
Namun, tak sedikit pula yang kecewa karena tiba di depan loket hanya untuk mendengar kabar bahwa tiket ludes terjual. Kericuhan pun tak bisa dihindari, sehingga INASGOC mengambil keputusan menggratiskan tiket masuk Asian Festival agar orang-orang tersebut tetap bisa menonton final dari layar besar.
Saat itu, INASGOC menegaskan bahwa penjualan tiket umum maupun kehadiran penonton dari tiket undangan memang telah memenuhi kapasitas Istora Gelora Bung Karno. Akan tetapi, publik tetap kecewa melihat banyaknya pegawai kantoran maupun BUMN yang bisa dengan mudah menonton pertandingan.
ADVERTISEMENT
Menanggapi masalah itu, Ketua INASGOC, Erick Thohir, mengatakan siap dimintai keterangan terkait masalah transparansi pembagian tiket. Dalam jumpa pers di Main Press Center (MPC), Sabtu (1/9/2018), Erick mengatakan sulitnya tiket bagi penonton umum justru menjadi pertanda yang bagus.
"Ini bukan alasan, tapi sebetulnya ini masalah yang bagus. Kenapa? Karena animo masyarakat ternyata luar biasa. Daripada sudah bikin sistem bagus, tidak ada yang datang. Mau sebagus apa pun, tak ada artinya kalau sepi," kata Erick.
"Dengan konsep beyond sport, perkembangannya luar biasa, generasi millennial mau datang, ada fear of missing out (takut ketinggalan euforia). Ini yang berkembang, betul-betul di luar ekspektasi kami. Tapi, kami tetap berusaha perbaiki kekurangan," katanya menambahkan.
Untuk kasus di Istora pada final cabor bulu tangkis, Erick berujar calon penonton memang lebih banyak dari kapasitas yang tersedia. Dari 7.800 kursi yang ada, panitia pun mau tidak mau tetap harus menyisihkan kuota untuk undangan dan awak media.
ADVERTISEMENT
Suasana di sekitar Istora Senayan jelang pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di sekitar Istora Senayan jelang pembukaan Asian Games 2018 (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
"Istora kapasitasnya 7.800 setelah renovasi. Untuk basket (semifinal di Istora) pas, terisi 4 ribu pun bersyukur. Nah, bulu tangkis kurang. Belum lagi sponsor, di tanda tangan kontrak termasuk mendapat tiket. Itu terbuka, diaudit nanti," tuturnya.
"Belum lagi federasi internasional datang, federasi Asia datang, ketua bulu tangkis sebelumnya pasti diundang. Jadi, jumlahnya dari awal melebihi kapasitas. Tapi kami utamakan first come first serve (siapa cepat dia dapat)," pungkas Erick.
Adapun, terlepas dari kritikan yang masuk, Asian Games 2018 dinilai sukses jelang ditutup di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dalam Closing Ceremony, Minggu (2/9). Hingga petang ini, Indonesia sendiri bertengger di peringkat empat dengan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
ADVERTISEMENT
Perolehan total 98 medali itu sekaligus membukukan sejarah sebagai medali terbanyak Indonesia selama keikutsertaan di multievent se-Asia itu. Dari medali yang ada, dua emas di antaranya diberikan bulu tangkis.