news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Fajar/Rian Bicara Rangking, 'Penyakit' di Poin Kritis, hingga Sudirman

10 Mei 2019 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fajar (kiri) dan Rian (kanan) dengan medali perak Asian Games 2018. Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah
zoom-in-whitePerbesar
Fajar (kiri) dan Rian (kanan) dengan medali perak Asian Games 2018. Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah
ADVERTISEMENT
Sudah cukup menyebut Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto sebagai pelapis Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Bicara rangking, Fajar/Rian memang ganda putra kedua di PBSI, tapi bicara penampilan pribadi, Fajar/Rian sudah membuktikan diri.
ADVERTISEMENT
Pada 2018, Fajar/Rian sukses menjuarai Malaysia Masters di awal tahun. Namun, nama keduanya baru melambung di Asian Games 2018 pada bulan Agustus. Saat itu, Fajar/Rian meraih medali perak setelah kalah di tangan Marcus/Kevin pada laga final.
Melihat Marcus/Kevin menjadi juara tentulah tidak mengherankan. Status mereka sebagai ganda putra terbaik dunia membuat kemenangan di Asian Games itu terasa wajar. Namun, melihat Fajar/Rian tampil sebagai penantang serius memberikan gambaran bahwa Indonesia punya ganda putra lain yang sama bagusnya.
Fajar/Rian memang sempat kehilangan momentum di Denmark dan Prancis Terbuka. Namun, gelar International Badminton Championships di India membantu mereka finis di urutan ketujuh dunia pada ujung 2018.
Sial bagi Fajar/Rian, pada awal 2019 mereka gagal mempertahankan gelar Malaysia Masters. Kegagalan tersebut membuat posisi mereka turun ke urutan 10 peringkat dunia. Meski demikian, perlahan-lahan mereka memperbaiki penampilan hingga akhirnya nangkring di posisi kelima dunia per 7 Mei 2019.
ADVERTISEMENT
Fajar/Rian sujud syukur usai dipastikan lolos ke semifinal Malaysia Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Ada beberapa hal yang membuat Fajar/Rian melesat. Selain sukses menjadi juara di Swiss Terbuka Super 300, mereka juga berhasil menembus semifinal All England 2019 --di mana tahun lalu mereka hanya sampai babak pertama.
Musim ini, Fajar/Rian pun menargetkan bisa menjejak Top 4 rangking dunia BWF. Di atas mereka kini ada Marcus/Kevin, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang), Li Junhui/Liu Yuchen (China), dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
"Yang penting dari diri kami sendiri harus yakin. Kami harus menyiapkan mulai dari sekarang karena persaingan semakin ketat. Kami harus kerja keras, latihan harus lebih banyak lagi," ujar Rian soal target Top 4.
"Dari pelatih belum mengobrol soal itu (juara di turnamen tertentu, red). Yang penting dari diri kami sendiri harus ada target (rangking). Kalau saya pribadi, sih, maunya juara di Super 500 dulu, di mana saja," imbuh atlet asal Bantul ini.
ADVERTISEMENT
Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Satu hal yang berubah selain rangking yang melesat adalah penampilan mereka ketika menghadapi poin-poin kritis pada tiap laga. Dulu, bikin kesalahan sendiri di pengujung gim adalah 'penyakit' Fajar/Rian.
'Penyakit' itu cukup sering merugikan mereka. Kegagalan merengkuh emas Asian Games 2018 hingga kegagalan lolos ke final All England 2019 terjadi akibat gagal melewati gim ketiga. Menurut Rian, 'penyakit' ini cuma bisa disembuhkan lewat komunikasi yang lebih baik di lapangan.
"Kadang sudah bisa melewati, tapi besoknya belum bisa lagi. Harus ditingkatkan lagi komunikasinya dan banyak ngobrol (dengan Fajar, red) bagaimana cara atasinya," ucap Rian.
Sementara, menurut Fajar, kendala tersebut tidak ada hubungannya dengan jam terbang --karena mereka juga sudah sering menjejak turnamen level tinggi dunia. Yang perlu diperbaiki, kata Fajar, adalah menjaga konsistensi penampilan.
ADVERTISEMENT
"Kami juga sudah banyak diberi kesempatan (tanding). Ini tergantung diri kami sendiri dan komunikasinya di lapangan sangat penting. Jadi kami --menurut saya, sih-- kadang kurang konsisten. Kadang kendala yang dulunya belum terpecahkan, bisa terpecahkan, tapi besoknya belum tentu bisa lagi memecahkannya," ujar Fajar.
Kini, Fajar/Rian menatap Piala Sudirman 2019. Kejuaraan beregu campuran paling bergengsi di dunia bakal digelar pada 19-26 Mei di Kota Nanning, China.
Memperkuat skuat ganda putra bersama Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra, Fajar mengaku siap memberikan kemampuan terbaik jika diturunkan. Soal rival, dia mewaspadai pemain China dan Jepang.
Wajar kalau Fajar mewaspadai pemain-pemain dari kedua negara tersebut. Pada dua dari tiga turnamen terakhir, Fajar/Rian kalah dari Kamura/Sonoda (Jepang) dan He Jiting/Tan Qiang (China).
ADVERTISEMENT
"Sekarang pemain Jepang lagi naik, mereka terkenal dengan uletnya. Tapi, tidak hanya Jepang, ya. Ada China juga bagus-bagus. Tapi soal ganda putra harus menyumbang poin (di Sudirman), kami optimistis," ucap Fajar.
"Ditargetkan memang poin, siapa pun yang diturunkan, mau Marcus/Kevin atau Bang Ahsan, atau kami. Kami kalau diberi tugas ya harus dijalani, soal hasil belakangan, yang penting keluarkan yang terbaik," imbuh atlet asal Bandung ini.
Tim Thomas dan Uber Indonesia Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Menurut Fajar, kepercayaan terhadap rekan setim adalah poin krusial pada setiap turnamen beregu. Supaya bisa memberikan performa terbaik jika diturunkan, Fajar/Rian akan memantau video pertandingan dan memetakan kekuatan lawan.
"Lihat video lawan itu lumayan (ber)pengaruh, kelebihan dan kelemahan musuh jadi tahu. Sudah ada antisipasi permainan lawan. Sebelum tanding juga pasti diskusi sama pelatih," kata Fajar.
ADVERTISEMENT
"Dan ini (Piala Sudirman) 'kan pertandingan beregu, jadi kekompakan yang harus ditingkatkan. Karena kita tidak bermain untuk perorangan, tapi beregu jadi kami harus dukung sektor lain juga. Ngobrol bareng (soal) bagaimana lawan sama sektor lain. Sama sektor sendiri sudah pasti harus kompak. Banyak diskusi intinya," tutup Fajar.