Final Bulu Tangkis: Kans Jonatan dan Marcus/Kevin Lanjutkan Dominasi

28 Agustus 2018 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie. (Foto: Antara/INASGOC/Nafielah Mahmudah)
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie. (Foto: Antara/INASGOC/Nafielah Mahmudah)
ADVERTISEMENT
Memasuki hari ke-10 penyelenggaraan Asian Games, Selasa (28/8/2018), perhatian publik Tanah Air pasti tertuju ke Istora Gelora Bung Karno. Karena di sinilah kontingen Indonesia berpeluang menambah raihan dua emas melalui cabang bulu tangkis perorangan nomor tunggal dan ganda putra.
ADVERTISEMENT
Untuk tunggal putra, Jonatan Christie menjadi tumpuan Indonesia untuk merebut emas pertama. Dia dijadwalkan menantang Chou Tien-chen dari Taiwan dalam pertandingan yang berlangsung pukul 12:00 WIB.
Setelah itu, giliran final tunggal putri yang mempertemukan Tai Tzuying asal Taiwan dengan pebulu tangkis India, Pusarla Venkata Sindh. Final ganda putra berlangsung berikutnya.
Bukan final di nomor ganda putra biasa karena ini adalah All-Indonesian Final antara Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Fajar Alfian/Rian Ardianto. Memang spesial mengingat sudah lama sekali Asian Games tidak mempertemukan dua pasangan Indonesia di final ganda putra. Kali terakhir itu terjadi pada 1974, ketika Tjun-Tun/Johan Wahyudi merebut emas setelah menaklukkan Christian Hadinata/Ade Chandra.
***
Sebagai wakil pertama Indonesia di final nanti, Jonatan menanggung beban cukup besar. Sebab, secara peringkat, pria 20 tahun ini tergolong inferior dibandingkan Chou Tien-chen. Jonatan cuma menempati urutan ke-15, sedangkan sang lawan di posisi keenam.
ADVERTISEMENT
Itu cuma hitung-hitungan di atas kertas. Faktanya, Jonatan telah membuktikan lajunya tidak terhentikan di Asian Games, meski bersua lawan dengan peringkat jauh lebih baik.
Di laga pertama saja, Jonatan langsung menaklukkan Shi Yuqi yang notabene tunggal putra nomor satu China dan kedua di dunia. Lewat tiga gim, dia membukukan kemenangan 21-19, 19-21, dan 21-17. Begitu pula di semifinal. Bersua Kenta Nishimoto sebagai tunggal putra kedua Jepang dan ke-10 di dunia, Jonatan membukukan kemenangan 21-15, 15-21, dan 21-19.
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie. (Foto: Reuters/Cathal Mcnaughton)
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie. (Foto: Reuters/Cathal Mcnaughton)
Bandingkan dengan Chou Tien-chen yang kurang teruji dalam perjalanan ke final. Dia selalu mengalahkan lawan-lawan yang tidak lebih baik secara peringkat. Mulai dari Pham Cuo Cuong (81), Kantaphon Wangcharoen (20), Angus Ng Ka Long (9), dan terakhir Anthony Ginting (12).
ADVERTISEMENT
Angin berembus ke Jonatan tidak cuma karena faktor tren di Asian Games. Mari lihat pula catatan pertemuannya dengan Chou Tien-chen. Hanya ada satu kata: sempurna. Ya, dari empat duel, Jonatan selalu menang atas Chou Tien-chen. Bahkan, dua di antaranya diraih Jonatan dalam dua gim langsung.
Menarik pula untuk menyorot pertemuan perdana kedua pemain. Sebab, duel tersebut terjadi pada Indonesia Open 2015 yang berlangsung di Istora, lokasi final nanti. Saat itu, Jonatan tergolong 'hijau' karena baru menjalani Indonesia Open pertamanya.
Dan kini, sebagai debutan di Asian Games, mampukah Jonatan merebut kemenangan kelima sekaligus melanjutkan rapor sempurna atas atas Chou Tien-chen? Semoga saja.
Untuk merealisasikannya, satu hal yang perlu dilakukan Jonatan adalah menjaga fokus agar pukulan-pukulannya tidak sering meleset. Inilah titik lemah Jonatan ketika menjalani laga penting, seperti melawan Chen Long pada final beregu putra lalu.
ADVERTISEMENT
Status paripurna menyoal catatan pertemuan tidak cuma menjadi milik Jonatan, tetapi juga Marcus/Kevin. Pasangan ganda putra terbaik dunia ini tercatat memenangi satu-satunya duel dengan Fajar/Rian di semifinal Indonesia Open 2018. Cukup telak dengan skor 21-13 dan 21-10.
Sempat dikatakan oleh Rian bahwa kekalahan tersebut disebabkan oleh keunggulan Marcus/Kevin dalam situasi bertukar pukulan di depan net. Tak pelak, gaya permainan Fajar/Rian tak keluar.
Kalau ditilik lebih dalam, kegagalan Fajar/Rian dalam situasi di depan net tidak lepas dari faktor gugup. Hal serupa terjadi saat mereka menjadi penentu di final beregu putra melawan China. Rian berkali-kali gagal melakukan servis sehingga memberikan poin untuk Liu Cheng/Zhang Nan.
Marcus/Kevin di perempat final beregu putra. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Marcus/Kevin di perempat final beregu putra. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
Untung buat Fajar/Rian, beban di final nanti tidak terlalu besar. Siapa saja yang menang, Indonesia sudah dipastikan merebut emas dari nomor ganda putra. Jadi, Fajar/Rian seharusnya bisa melepaskan rasa nervous sehingga mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Tekanan justru bisa berpindah ke Marcus/Kevin sebagai unggulan.
ADVERTISEMENT
Memang tidak ada alasan untuk Marcus/Kevin bersikap jemawa. Meski inferior secara peringkat, Fajar/Rian terbukti terus berkembang. Di Indonesia Open terakhir, mereka masih berada di luar 10 besar dunia. Saat ini, Fajar/Rian sudah menyodok ke posisi kesembilan.
Selain itu, Fajar/Rian telah membuktikan kapasitasnya ketika bersua pasangan unggulan. Buktinya bisa dilihat dari bagaimana mereka melewati adangan Li Junhui/Liu Yuchen yang menempati peringkat kedua dunia di babak semifinal Asian Games.
Fajar/Rian rebut tiket final bulu tangkis perorangan Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah)
zoom-in-whitePerbesar
Fajar/Rian rebut tiket final bulu tangkis perorangan Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah)
Melawan Marcus/Kevin yang juga unggul peringkat dan pengalaman, Fajar/Rian bisa mengedepankan spirit junior. Spirit pembuktian bahwa mereka pantas diproyeksikan sebagai suksesor sang senior pada masa mendatang.
Kepantasan itu hanya bisa dibuktikan dengan kemenangan pertama atas Marcus/Kevin. Kemenangan yang akan membuat catatan pertemuan kedua pasangan menjadi imbang 1-1.
ADVERTISEMENT