Gelar Juara Marquez Adalah Pukulan Telak untuk Dovizioso

7 Oktober 2019 20:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andrea Dovizioso merayakan kemenangan di MotoGP Austria 2019. Foto: REUTERS/Lisi Niesner
zoom-in-whitePerbesar
Andrea Dovizioso merayakan kemenangan di MotoGP Austria 2019. Foto: REUTERS/Lisi Niesner
ADVERTISEMENT
Musim 2019 adalah periode menyebalkan bagi Andrea Dovizioso.
Eh, maaf. Bukan menyebalkan, tetapi menyakitkan. Rival terberatnya, Marc Marquez, berhasil mengunci gelar juara MotoGP 2019 usai GP Thailand alias seri ke-15.
ADVERTISEMENT
Dovizioso bukannya terperosok jauh hingga ke papan tengah, apalagi bawah. Ia kini berstatus sebagai runner up sementara.
Andrea Dovizioso pada sesi latihan bebas MotoGP Inggris. Foto: David Klein/Reuters
Namun, kondisi itu yang membuatnya sebal bukan main. Sejak 2017, Dovizioso selalu mengakhiri kompetisi sebagai runner up, sedangkan Marquez selalu menjadi kampiun.
"Musim ini terasa menyakitkan karena jika tujuanmu adalah menjuarai MotoGP, tujuan itu tidak tercapai. Bahkan situasi sekarang terasa lebih sulit daripada dua musim terakhir. Musim ini ia menciptakan jarak poin yang lebih jauh," jelas Dovizioso, dikutip dari Crash.
"Satu-satunya yang bisa kami katakan adalah: Selamat. Mereka sudah melakoni musim luar biasa," lanjut Dovizioso.
Marquez menutup GP Thailand dengan 325 poin. Ia unggul 110 poin atas Dovizioso. Musim 2018, Dovizioso terpaut 76 poin dari Marquez, sedangkan pada 2017, keduanya berselisih 37.
ADVERTISEMENT
Musim 2019 memang belum selesai. Namun, menyaksikan segila apa Marquez berlomba, rasanya lumayan mustahil ia tidak bakal merengkuh poin besar di empat balapan tersisa.
Mengalahkan Marquez pada akhirnya menjadi cita-cita bagi pebalap motor mana pun di era modern. Bagaimana tidak? Sejak membalap di MotoGP pada 2013, hanya sekali Marquez tidak merengkuh gelar juara, tepatnya pada 2015. Selebihnya, juara teroooss!
Serangan Dovizioso kepada Marquez di tikungan terakhir dan lap terakhir MotoGP Austria 2019. Foto: REUTERS/Lisi Niesner
Menyebalkan atau menyenangkan, menyakitkan atau menggembirakan, gelar juara adalah ganjaran setimpal untuk Marquez. Perhitungan matang ditambah nyali dan kegilaan bukan kualitas yang sulit ditemukan dalam diri seorang pebalap.
Yang sulit adalah mempertahankan kualitas itu dari satu seri ke seri lain, dari satu musim ke musim lain, secara konsisten. Kualitas itulah yang melekat pada Marquez dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
"Dari tahun ke tahun ia memahami sampai di mana limit-nya sehingga ia mampu mengembangkan diri dan menjadi semakin baik," ucap Dovizioso.
"Saya pikir musim ini ia menunjukkan performa luar biasa karena ia lebih jarang membuat kesalahan. Ia selalu mengendalikan balapan. Kondisi ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Dovizioso.
Menjadi runner up dalam tiga musim beruntun tentu bukan target Dovizioso dan Ducati. Kalau itu yang terjadi, Dovizioso dan tim tidak punya alasan untuk berleha-leha.
Kondisi demikian adalah pukulan telak. Ketika lawan mampu mengembangkan diri, timmu stuck di situ melulu. Di sisi lain, peluang untuk menjadi kampiun musim depan juga masih ada.
"Ini bukan target kami, tetapi inilah realitasnya. Jadi, kami harus gembira akan kondisi ini dan terus memperbaiki diri. Setiap orang di tim ini berkembang pesat dan setiap musim memiliki kisahnya masing-masing," jelas Dovizioso.
ADVERTISEMENT