Gracias, Xabi!

21 Mei 2017 9:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Xabi Alonso (tengah) bersama Bayern (Foto: Michaela Rehle/Reuters )
Tiga hari dibutuhkanya untuk pindah dari Negara Basque menuju Bavaria. Pada Jumat, ia bertemu rekan-rekan barunya untuk pertama kali di hotel. Keesokan harinya, ia bermain sebagai orkestra anyar bagi Bayern Muenchen kala melawan Schalke, dan pada Minggu-nya, ia mengenakan Lederhosen (pakaian tradisional yang digunakan pria berasal dari Bavaria) pertamanya.
ADVERTISEMENT
Kejadian itu terekam pada akhir Agustus 2014 manakala Xabi Alonso memutuskan untuk hijrah dari Real Madrid menuju Bayern. Semua terjadi begitu cepat hingga akhirnya kini, tiga tahun berselang, pemain 35 tahun itu telah memasuki babak barunya: pensiun.
Catatan satu assist kala Bayern menjamu Freiburg di partai pamungkas Bundesliga, Sabtu (20/5/2017) malam, menjadi penanda akhir kariernya. Pada menit ke-82, Xabi ditarik keluar untuk digantikan Franck Ribery.
Gemuruh terdengar seiring langkah Alonso menuju tepi lapangan. Suporter tuan rumah yang memadati Allianz Arena memberikan standing ovation. Pelukan hangat dari satu per satu rekan setimnya kemudian mengiringi langkah terakhir dari pemain kelahiran 25 November 1981 ini.
"Dia adalah salah satu pembelian terbaik kami dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah penemuan beruntung karena bakat taktikalnya dan kecerdesannya. Dia juga merupakan pemain yang paling tidak ribet yang pernah saya lihat. Sangat senang bisa memilikinya bersama kami di Munich," puji chairman Bayern, Karl-Heinz Rummenigge di situs resmi klub.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Rummenigge sama sekali tak berlebihan. Seperti orang kebanyakan yang berasal dari Tolossa--sebuah kota kecil di Spanyol--Alonso dikenal sebagai pemain yang bekerja keras, mandiri, dan berpikiran terbuka. Itu terbukti dengan deretan trofi yang telah dicapainya selama menjalani karier sebagai pesepak bola profesional.
"Sejak hari pertama di Bayern, saya merasa sangat baik. Saya bangga bisa berada di sini. Setelah memenang Liga Champions bersama Real Madrid, saya merasa pekerjaan saya di sana telah usai. Tawaran dari Bayern lantas datang pada saat yang tepat. Ini kesempatan bagi saya untuk mengetahui klub besar dan negara baru," ucap Alonso.
Xabi Alonso (kiri bawah) di Antiguoko. (Foto: Antiguoko KE)
Perjalanan Alonso terbilang cukup mulus. Berbagai trofi penting telah diraihnya kala berseragam Liverpool, Madrid, dan Bayern.
ADVERTISEMENT
Alonso menjadi bagian dari Liverpool kala melewati final dramatis Liga Champions melawan AC Milan pada musim 2004/05. Itu tercatat sebagai trofi perdana Liga Champions Alonso. Bersama The Reds, ia juga memenangi Piala FA (2006) dan Piala Super Eropa (2005).
Keberhasilan mengangkat trofi Si Kuping Besar kemudian mampu diulanginya kala memperkuat Madrid pada musim 2013/14. Ia juga sukses merebut dua kali gelar La Liga (2012) Copa del Rey (2011 dan 2014) dan Piala Super Eropa (2014).
Sederet gelar juara lagi-lagi mampu ditorehkannya kala membela Bayern selama tiga musim terakhir. Tiga trofi Bundesliga sejak pertama kali bergabung telah menjelaskan kualitas dari seorang Alonso, ditambah dengan gelar Piala Liga Jerman pada 2016.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan level Tim Nasional?
Bersama Timnas Spanyol, gelandang yang identik bernomor punggung 14 itu tercatat tiga kali memenangi turnamen besar. Dua kali menyabet trofi Piala Eropa (2008 dan 2012) serta sekali Piala Dunia pada 2010.
Lengkap sudah pencapaian Alonso sebagai pemain. Hampir seluruh gelar bergengsi pernah ia rasakan. Total, sebanyak 18 trofi pernah ia menangi sepanjang kariernya.
Alonso lantas mengungkapkan rahasia keberhasilannya. Ia menyatakan bahwa dirinya selalu menjadi seorang yang bermain untuk tim ketimbang mengeksploitasi kemampuan individunya.
"Saya melihat pekerjaan saya untuk menciptakan peluang bagi pemain di sekitar saya, sehingga pertandingan akan lebih mudah bagi mereka. Mereka juga bisa bermain lebih efektif pada posisinya masing-masing. Saya seseorang untuk melengkapi strategi, bukan seseorang yang spektakuler," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Jika diibaratkan sebuah band, Alonso adalah penggebuk drum. "Saya akan memberikan ritme dari belakang. Lampu sorotnya bukan untuk saya," tandasnya.
Ya, seorang pesepak bola yang tak mengedepankan egonya demi keberhasilan tim. Sebuah sikap yang patut diduplikasi, bukan?
Gracias (terima kasih), Xabi!