Hariyanto Arbi dan Fung Permadi: Bisnis dan Mengabdi pada Bulu Tangkis

6 September 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hariyanto Arbi, Mantan Pebulutangkis Tunggal (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hariyanto Arbi, Mantan Pebulutangkis Tunggal (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perjalanan menjadi atlet ibarat menyusuri hutan rimba yang penuh hal-hal tak terduga. Agar bisa bertahan dan keluar dari sana, mereka menempa diri terlebih dulu, membekali ilmu bertahan hidup. Ada yang kemudian berhasil melewati, ada pula yang akhirnya mundur saat di tengah jalan.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi mereka yang lolos dari hutan rimba dengan sederet prestasi, bakal di hadapkan pada tantangan lain usai pensiun. Kondisi ini bisa lebih rumit atau lebih mudah dari hutan rimba, tergantung bagaimana mereka mempersiapkan diri. Lantas, beberapa memilih menyeberang dari dunia olahraga ke dunia bisnis sebagai jalan mempertahankan hidup.
Salah dua di antaranya adalah Fung Permadi dan Hariyanto Arbi, dua mantan atlet bulu tangkis yang semasa aktif bermain sukses meraih pelbagai gelar juara. Fung dan Arbi sendiri dikenal sebagai spesialis pemain di nomor tunggal putra pada era 1990-an.
Arbi dikenal dengan smes keras mematikan yang mengantarkannya meraih gelar bergengsi macam dua medali emas Asian Games 1994, dua gelar All England 1993 dan 1994, juara dunia 1995, serta memberi tiga trofi juara Piala Thomas tahun 1994, 1996, dan 1998.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Fung lebih banyak memenangi kejuaraan super series terbuka macam Jerman Terbuka 1990, Korea Selatan Terbuka 1999, dua kali juara Swedia Terbuka pada 1993 dan 1999, dan dua kali kampiun Amerika Serikat Terbuka --1990 dan 1998.
Fung dan Arbi sama-sama melewati hutan rimba di waktu yang bersamaan, uniknya dalam perjalanan itu mereka sempat bertemu di partai puncak Korea Terbuka 1995. Saat itu Arbi mengalahkan Fung lewat dua gim langsung dengan skor 15-10, 15-6. Kemudian garis hidup membawa mereka menjadi rekanan bisnis setelah penisun.
Kedekatan ketika sama-sama ditempat di pelatnas, serta kebersamaan yang terjalin di lapangan hingga di kehidupan sehari-hari, disebut Fung sebagai salah satu faktor di balilk mudahnya Fung dan Arbi menyatukan visi dan misi yang sama dalam memulai usaha.
ADVERTISEMENT
Fung dan Arbi akhirnya menggeluti bisnis yang tak jauh dari dunia mereka semasa atlet, yakni menjual perlatan dan perlengkapan bulu tangkis dengan merek 'Flypower'. Mulai dari sepatu hingga mesin pelontar shuttlecock untuk membantu atlet dalam latihan disediakan oleh mereka.
"Untuk usahanya kami menjual peralatan bulu tangkis, mulai dari raket, sepatu, pakaian, karpet lapangan, sampai net. Kami pakai merk sendiri, Flypower. Sekitar tahun 2002 baru memulainya," kata Fung saat dihubungi kumparanSPORT.
"Saya langsung sama Arbi merintisnya. Kami awalnya berasal dari satu klub, kemudian di Pelatnas kami sama-sama, hubungannya bisa dibilang dekat. Dari kedekatan itu akhirnya mulai ada ide membuka usaha dan kami realisasikan dengan Flypower itu. Itu sebetulnya merk dari Taiwan, tapi seiring berjalannya waktu kami patenkan di Indonesia, jadi di sini itu merk punya kami (Fung dan Arbi)," ujarnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Membicarakan bisnis, membuat ingatan Fung kembali kepada masa-masa adaptasi dari seseorang yang hidupnya terbiasa 'diisolasi' menuju dunia yang ternyata lebih luas, lebih rumit, serta sistematis dari biasanya.
Namun, Fung mafhum risiko menjadi atlet adalah menemui jalan bercabang di akhir perjalanan yang mengharuskan mereka memilih ke arah mana kaki dilangkahkan. Kendati begitu, Fung tak pernah sekalipun menyesali keputusannya menjadi seorang pebisnis.
Fung Permadi di Audisi PB Djarum. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi di Audisi PB Djarum. (Foto: PB Djarum)
"Kami 'kan sebagai atlet yang kehidupan sehari-harinya di lapangan, latihan, dan bertanding, lingkup pergaulannya kurang luas. Jadi, kami seperti menghadapi kehidupan baru," kenang Fung.
"Kami harus belajar mengenal bagaimana memproduksi barang, hubungan dengan pabrik, coba memasarkan produk, dan mengatur agen. Terus juga bertambahnya karyawan membuat kita haru belajar mengelola sumber daya."
ADVERTISEMENT
"Tapi saya kemudian menjadi pelatih lagi, sekarang saya hanya sebagai komisaris, mengawasi saja. Kalau dulu langsung terjun ngurusin. Dulu pun tidak ada momen di mana saya ingin mundur dari usaha ini, karena hidup harus dijalani, sesulit apapun harus dihadapi," ujar sosok berusia 50 tahun itu.
Bisnis memang menjadi salah satu cara untuk mempertahankan hidup bagi mantan atlet seperti Fung dan Arbi. Oleh karenanya, entah itu menjadi soerang pebisnis seperti mereka, Fung menyarankan agar para atlet di cabang apapun sudah bisa menentukan langkah selanjutnya setelah berhenti bermain.
Namun, bagi Fung dan Arbi sendiri, ada misi lain yang mereka emban di balik keputusan menjajal dunia bisnis, yakni mengabdi pada olahraga yang telah membesarkan nama dan memberi mereka begitu banyak pengalaman hidup.
ADVERTISEMENT
Fung Permadi melakukan coaching clinic. (Foto: PB Djarum)
zoom-in-whitePerbesar
Fung Permadi melakukan coaching clinic. (Foto: PB Djarum)
Lewat apapun, bagaimana pun bentuk dan caranya, Fung dan Arbi ingin apa yang mereka lakukan bisa menunjang dan mengembangkan bulu tangkis Indonesia. Karena hingga akhir hayat, bulu tangkis adalah bagian hidup yang tak akan terpisahkan.
"Kami pun waktu dulu ingin buka usaha tidak berani membuat usaha yang jauh sekali dari bidang yang kita jalani selama ini. Kuncinya adalah berani melakukan sesuatu, berani bertindak," pesan Fung.
"Sudah persiapan, sewaktu-waktu tidak aktif lagi sebagai pemain, ada bidang lain untuk menyambung hidup. Yang paling pertama adalah berani bertindak, sebelum pensiun kita harus bisa menentukan mau seperti apa."
"Kalau boleh saya bilang, seumur hidup bulu tangkis adalah hidup itu sendiri. Dari dulu sampai sekarang hingga nanti mengembuskan nafas terakhir pun, masih ingin berkecimpung di dunia bulu tangkis. Entah nanti bentuknya seperti apa, saya pikir tidak jauh-jauh dari bulu tangkis," pungkas Fung.
ADVERTISEMENT