Istora Penuh, Jurnalis Terakreditasi Tak Bisa Masuk

22 Agustus 2018 18:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Herry IP (tengah) bersama Kevin Sanjaya (kiri) dan Marcus Gideon. (Foto: ANTARA/INASGOC/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Herry IP (tengah) bersama Kevin Sanjaya (kiri) dan Marcus Gideon. (Foto: ANTARA/INASGOC/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sungguh besar animo masyarakat untuk menyaksikan final bulu tangkis beregu putra antara Indonesia dan China. Terbukti tiket sudah habis saat pertandingan masih berjarak beberapa jam lagi.
ADVERTISEMENT
Pertandingan ini digelar di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Rabu (22/8/2018) pukul 18:00 WIB. Namun, sejak subuh, calon penonton sudah mengantre demi mendapatkan tiket. Bahkan, sempat terjadi kericuhan karena banyak yang tidak mendapatkan tiket.
Tak hanya suporter yang berebut tiket untuk menyaksikan perjuangan Kevin Sanjaya dan kolega. Media lokal terakreditasi sebagai peliput Asian Games 2018 pun tidak kebagian kursi di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Antrean terlihat menumpuk di pintu media.
kumparanSPORT termasuk salah satu media yang tidak bisa masuk ke dalam venue. Menurut Deri selaku Venue Manager untuk cabang bulu tangkis Asian Games 2018, semua kursi untuk media sudah terisi.
Jurnalis terakreditasi tak bisa memasuki Istora GBK. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis terakreditasi tak bisa memasuki Istora GBK. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Beberapa media lain yang tertahan di luar pintu pun kecewa. Pasalnya, ketika diimbau kembali ke Venue Press Center (PVC), tak ada fasilitas televisi sebagai penunjang untuk melihat pertandingan.
ADVERTISEMENT
Tak ada solusi yang bisa diberikan oleh panitia maupun Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC). Dengan animo tinggi, sudah sejatinya panitia mengantisipasi kehadiran banyak media lokal maupun asing.
Sebagai contoh, untuk fotografer, hanya media cetak dan media online kategori top ten yang mendapat prioritas. Sementara untuk jurnalis tulis sejak awal bebas dan tidak terdata. Hingga berita ini diturunkan, masih banyak media yang kecewa dan meminta kejelasan dari pihak INASGOC.