Jadi, ke Mana Ferrari dalam 10 Tahun Terakhir?

20 Juli 2018 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hamilton berselebrasi dengan Vettel. (Foto: AFP/Andrej Isakovic)
zoom-in-whitePerbesar
Hamilton berselebrasi dengan Vettel. (Foto: AFP/Andrej Isakovic)
ADVERTISEMENT
Ferrari adalah pabrikan mobil hebat, tak ada yang menampik itu. Tapi, melirik Tim Scuderia Ferrari di ajang Formula One (F1) 10 tahun terakhir, pabrikan asal Italia itu ciut di hadapan Red Bull dan Mercedes.
ADVERTISEMENT
Jejak kampiun Ferrari sebagai tim alias konstruktor adalah 10 tahun lalu, saat Grand Prix (GP) 2008, meski Lewis Hamilton (McLaren-Mercedes) yang menjadi juara. Tahun berikutnya, Brawn yang menjadi tim terhebat dengan mesin Mercedes. Sementara, GP 2010-2013 menjadi milik Red Bull yang disokong Renault.
Di musim 2014-2017, Mercedes kembali berjaya dan empat kali beruntun dinobatkan sebagai konstruktor terbaik. Terakhir, titel direngkuh Kimi Raikkonen pada 2007. Jadi, apa ada yang salah dengan Ferrari?
Dilansir laman resmi F1, empat tahun terakhir Mercedes memimpin peta persaingan dengan mesin yang memang belum bisa ditandingi Ferrari. Namun, medio 2016 Ferrari mengambil keuntungan dari regulasi aeorodinamika dan mencoba meramu pengaturan yang tepat.
"Tahun lalu cukup bagus bagi kami. Sejak bergabung ke Ferrari, tahun krusial menurut saya adalah 2016 ketika kami banyak melakukan evaluasi. Jadi, hasilnya, 2017 dengan regulasi baru Ferrari bisa selangkah lebih maju," ucap Sebastian Vettel dikutip dari laman resmi F1, Jumat (20/7/2018).
ADVERTISEMENT
Vettel sendiri merupakan ujung tombak Scuderia Ferrari sejak bergabung ke tim yang bermarkas di Maranello pada 2015 lalu. Kini, secercah harapan direngkuh Ferrari jelang menutup paruh pertama GP 2018.
Dari 10 seri yang telah digelar, saat ini Vettel memimpin klasemen sementara dengan 171 poin termasuk teranyar kemenangan di Inggris. Tapi, rintangan terbesar masih Mercedes dengan senjata andalan bernama Lewis Hamilton.
Hamilton di latihan bebas GP China. (Foto:  REUTERS/Aly Song)
zoom-in-whitePerbesar
Hamilton di latihan bebas GP China. (Foto: REUTERS/Aly Song)
Juara GP 2017 itu mengekor di belakang Vettel dengan koleksi 163 poin. Hanya berjarak delapan poin, titel juara masih bisa dengan mudah dibidik Hamilton dan Mercedes. Jelang seri ke-11 sekaligus penutup paruh pertama musim, Vettel pun berusaha mempertahankan keunggulan dengan mempertahankan performa mobilnya.
"Tim masih terus meningkatkan penampilan dan berkembang. Saya telah menjadi bagian dari Ferrari selama 3,5 tahun dan saya rasa kami semakin kuat. Ferrari punya orang-orang hebat di tim," kata pebalap asal Jerman itu.
ADVERTISEMENT
"Terkadang ada beberapa hal di luar ekspektasi dan kadang ada hal buruk juga yang tidak bisa kami antisipasi. Tapi, sejak 2016, kami punya momentum dan terus berkembang. Mobil Ferrari punya potensi," ucap Vettel yakin.
Dengan empat titel juara yang tidak satu pun diraih bersama mesin Ferrari, Vettel tak ingin terbebani untuk mempersembahkan titel dengan status sebagai andalan Ferrari saat ini.
"Salah satu kunci untuk lepas dari beban menjadi juara dunia adalah percaya kepada diri sendiri. Ferrari punya asa dengan sejarah yang luar biasa. Itu juga melahirkan tanggung jawab besar," tuturnya.
"Tapi jangan terlalu melihat ke belakang, ini semua soal melihat ke masa depan dan fokus kepada kesempatan yang dipunya, kesempatan yang harus kita ambil," pungkas Vettel.
ADVERTISEMENT
Musim ini, di total seri yang sama, torehan 171 poin Vettel sendiri lebih baik ketimbang tahun lalu. Pada 2017 jelang paruh musim, Vettel saat itu hanya selisih satu angka dengan Hamilton.
Dari klasemen konstruktor, Ferrari musim ini juga lebih baik karena unggul 20 poin dibandingkan musim lalu, mengekor di belakang Mercedes dengan perbedaan 55 poin. Jadi, bisakah tahun ini Vettel dan Raikkonen berduet merebut gelar tim paling bergengsi?