Jika Pindah, Apakah LeBron James Bisa Membuat LA Lakers Lebih Baik

9 Januari 2018 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duel Lonzo Ball dan LeBron James. (Foto: David Richard USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Duel Lonzo Ball dan LeBron James. (Foto: David Richard USA TODAY Sports via Reuters)
ADVERTISEMENT
Nomor punggung 8 dan 24 milik Kobe Bryant pada 19 Desember 2017, secara resmi dipensiunkan oleh Los Angeles Lakers di Steples Center. Dua nomor yang selama 20 tahun menjadi peneman karier basket NBA Kobe, kemudian digantung di langit-langit arena, bersanding dengan nama-nama besar lain macam Wilt Chamberlain, Kareem Abdul-Jabbar, Magic Johnson, James Worthy, Shaquille O'Neal.
ADVERTISEMENT
Jika menengadah ke langit-langit Steples Center, kita seolah disuguhkan pada sebuah era di mana bola basket khususnya di NBA hanya dikuasai oleh LA Lakers seorang. Namun, laiknya nomor-nomor besar yang dipensunkan itu, pendar Lakers kini hanya sejarah.
Usai Kobe memutuskan pensiun pada akhir musim 2016 silam, Lakers sudah mulai redup dan perlahan kian menghilang. Sebenarnya, penurunan performa Lakers sudah tercium semenjak musim 2012/13 di mana mereka hanya finis di posisi tujuh wilayah barat. Meski mereka bisa lolos ke babak playoff, Lakers tak bisa berkutik ketika San Antonio Spurs mempercundangi mereka 4-0 di babak ini.
Menurunnya prestasi mereka terus berlanjut di musim-musim selanjutnya. Terhitung, sejak musim 2013-2016, Lakers tak sekalipun berhasil lolos ke babak playoff. Hal ini menjadi catatan terburuk sejak 1974-1976 yang sebelumnya jadi catatan terpanjang mereka tidak lolos playoff.
ADVERTISEMENT
Memasuki musim 2017/18, Lekers digadang-gadang akan kembali menunjukkan taring mereka di perhelatan NBA. Kampanye ini mulai mereka galangkan dengan merekrut para pemain muda potensial macam Lonzo Ball yang didaptkan dari draft pick ronde pertama urutan kedua. Kemudian pemain draft urutan 27, Kyle Kuzman, yang didatangkan dari Brooklyn Nets hasil menukar D'Angelo Russell dan Timofey Mozgov.
Para rookie ini memberikan jaminan mutu kelas wahid ketika kompetisi pramusim (NBA Summer League) berlangsung. Di mana Lonzo Ball berhasil keluar sebagai Most Valuable Player (MVP). Namun, alih-alih melanjutkan performa menjanjikan itu di musim reguler, anomali justru terjadi di kubu Lakers.
Empat bulan musim 2017/18 berjalan, Lakers mendekam sebagai juru kunci klasemen wilayah barat dengan hanya memenangi 12 laga dan sudah kalah 27 kali. Dari keseluruhan faktor penyebab belum meningkatnya performa Lakers adalah masalah turnover mereka di musim ini.
ADVERTISEMENT
Rata-rata dalam satu laga, para pemain Lakers melakukan 16,6 turn over yang membuat mereka menjadi tim terbanyak kedua melakukan kesalahan sendiri dalam satu pertandingan setelah Philadelphia 76ers (17,8).
Para rookie dan pemain senior yang diharapkan bisa mengangakat tim, nyantanya belum cukup bagi Lakers yang membutuhkan sosok pemimpin di dalam tim. Di Lakers saat ini, hanya Brook Lopez yang terhitung sebagai pemain senior (29 tahun) paling menonjol. Sedangkan, Larry Nance Jr, Jordan Clarkson terbilang hanya sebagai pemanas bangku cadangan musim ini.
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara termudah bagi Lakers adalah merekrut pemain yang kualitas individu yang sudah matang dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan performa tim. Soal ini, Lakers sedang dihubung-hubungkan dengan LeBron James yang santer dikabarkan akan bergabung dengan mereka di akhir musim nanti.
LaVar Ball dan Michael Jordan (Foto: Facebook @LaVar Ball & Instagram @michaeljordan23)
zoom-in-whitePerbesar
LaVar Ball dan Michael Jordan (Foto: Facebook @LaVar Ball & Instagram @michaeljordan23)
Hal ini diperkuat lewat pernyataan LaVar Ball, ayah dari Lonzo Ball, yang meyakini bahwa pemain yang saat ini membela Cleveland Cavaliers akan segera bergabung dengan anaknya di Lakers.
ADVERTISEMENT
"Aku tahu ini akan terjadi (pindah). Mari kita tetap nyata pada aspek bisnis. LeBron adalah salah satu pemain terbaik setelah Jordan. Tapi, faktanya dia belum cukup meriah juara. Anda pernah masuk Final terlalu banyak dan belum cukup memenangkannya," kata LaVar seperti dilansir ESPN.
"Tapi hal lain yang membuat dia lebih baik adalah jika dia pindah dan menang untuk tiga tim yang berbeda. Dia pergi ke Miami dan menang, dia pergi ke Cleveland menang. Sekarang datang ke LA dan akan menang, coba tebak? Dia akan jadi pemain terbesar yang pernah ada jika dia menang dua atau tiga kali secara berturut-turut," tambahnya.
"Dan juga keperluan bisnis, Cleveland adalah tempat yang bagus untuk tinggal jika Anda dari sana. Tapi, jika ingin membuat beberapa bisnis dan bersenang-senang? Anda harus datang ke LA atau New York. Dan, hei, coba tebak? New York bukan tempat yang tepat, jadi bawalah dirimu ke sini ke wilayah barat (LA), itulah sisi terbaiknya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Ok, Lavar boleh jadi sedang membual seperti kebiasaannya selama ini. Namun, jika melihat kondisi LeBron, kemungkinan untuk pindah cukup terbuka lebar. Jika pindah ke sana Los Angeles, LeBron akan semakin dekat dengan kantor pusat perusahaan apparel Nike. Dia juga bisa lebih mudah mengelola bisnis Blaze Pizza miliknya di mana kantor utamanya berada di dekat LA.
Dari aspek bisnis, Lakers memang memberi beberapa keuntungan bagi LeBron. Pertanyaan sekarang, apakah LeBron adalah oang yang tepat untuk mengangkat prestasi Lakers yang sedang anjlok?
Secara permainan, Lakers memang akan sangat terbantu dengan hadirnya LeBron. Di usianya yang tak lagi muda, LeBron adalah pemain terbaik ketiga di liga dalam urusan poin per gim dengan (27,2). Selain itu, LeBron akan membantu soal menyalurkan bola, karena dia merupakan pemain terbaik keempat di urusan assist per laga (9,0). Aspek ini akan sangat cocok dengan Lonzo Ball yang juga getol memberikan assist (7,0 per gim).
ADVERTISEMENT
Namun, jika melihat skuat Lakers yang ada, tugas LeBron akang sangat sulit, mengingat kedalam skuat yang dimiliki mereka sangat minim. Seperti kita ketahui, LeBron bersama Cavs di tiga musim terakhir ini memang terlihat garang. Namun, masalah kedalam skuat yang menjadi kelemahan Cavs kerap dikeluhkan oleh LeBron.
Hal ini yang kemudian membuat Cavs akhirnya kalah dari Golden State Warriors pada final musim lalu. Nah, jika Lakers hanya mendatangkan LeBron seorang tanpa memikirkan aspek pendukung lain, merekrut satu pemain dengan usai sudah mencapai 33 tahun adalah risiko yang terlalu besar.
LeBron James di Miami Heat. (Foto: AFP PHOTO / Robyn Beck)
zoom-in-whitePerbesar
LeBron James di Miami Heat. (Foto: AFP PHOTO / Robyn Beck)
Di sisi lain, posisi Lakers yang berada di wilayah timur akan menjadi halangan lain bagi LeBron untuk mendongkrak prestasi mereka. Karena berdasar peta kekuatan dan sejarah, wilayah barat terbilang lebih sulit dari wilayah timur. Di wilayah ini ada Houston Rocekts, San Antonio Spurs, Warriors, hingga Oklahoma City Thunder.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat, ketika LeBron menguasai NBA pada musim 2012-2014, ia tergabung bersama Maimi Heat yang berada di wilayah timur. Di mana saat itu, Boston Celtics dan Chichago Bulls sebagai peta kekuatan terbesar di wilayah itu sedang mengalami penurunan performa. Sehingga dalam sejarah karier LeBron, ia belum pernah sekalipun merasakan persaingan di wilayah barat.
Jika, LeBron benar-benar pindah ke Lakers. Peluang untuknya membawa Lakers kembali ke babak playoff dengan finis di delapan besar memang sangat besar. Namun, untuk mencapai final atau memenangi final wilayah barat, rasanya akan sangat sulit. Mengingat kekuatan Rockets, Warriors, dan Spurs masih terus konsisten tiap musimnya.
Di sisi lain, Lakers yang sebenarnya memiliki skuat dengan rata-rata usia sangat muda (24,5 tahun) ada baiknya mengembangkan para pemain mereka. Meski membutuhkan waktu yang tak sebentar, dengan perbaikan sistem.
ADVERTISEMENT
Untuk hal ini, Lakers bisa mencontoh Boston Celtics yang sama-sama memiliki rata-rata usia pemain cukup muda (24,6 tahun) dengan mendatangkan para pemain yang bisa mengangkat penampilan tim dengan usia tak lebih dari 30 tahun seperti Kyrie Irving (24), Gordon Hayward (26), Marcus Morris (27), Aron Baynes (30).
Jadi, ada baiknya bagi LeBron dan Lakers untuk tidak saling memaksakan. Adapun, jika LeBron ingin menyamai atau melewati Michael Jordan sebagai pebasket tersukses, peluangnya terbuka lebih lebar jika ia bertahan dan mengakhiri karier di Cavaliers yang merupakan tim pertamanya di NBA.