Jo Jo White, "Iron Man" NBA itu Telah Berpulang

17 Januari 2018 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jo Jo White. (Foto: NBA.com)
zoom-in-whitePerbesar
Jo Jo White. (Foto: NBA.com)
ADVERTISEMENT
"Bergabung dengan Boston (Celtics) dan lebih spesifik lagi menjadi bagian dari mistis Celtics berarti sangat banyak bagi Jo Jo White. Faktanya, menjadi bagian dari keluarga besar Celtics dan bisa bertukar sapa dengan Red Auerbach (mantan pelatih Celtics era 1950-60an) dan mengidentifikasikan diri sebagai 'Celtics' mungkin lebih berarti bagi Jo Jo White daripada Celtics di era modern manapun (setelah era Bill Russell). Kita menghargai dedikasinya, tapi memutuskan pergi dan meninggalkan Celtics baginya lebih dari menyakitkan," kata Bob Ryan, penulis Boston Globe.
ADVERTISEMENT
Boston Garden--saat ini bernama TD Garden--markas Boston Celtics di musim 1976 penuh sesak dengan kurang lebih 15.320 orang hadir memenuhi tribune penonton untuk menyaksikan Celtics berlaga.
Saat itu hari Minggu di tanggal 6 Juni 1976, Celtics sedang melangsungkan gim kelima partai final NBA menghadapi Phoenix Suns. Dari empat gim yang sudah berlangsung sebelumnya, kedudukan kedua tim sama kuat 2-2, sehingga siapa yang menang di gim kelima ini akan punya modal bagus untuk memastikan juara di gim keenam nanti.
Celtics sebagai tuan rumah rupanya dibuat kepayahan oleh Suns sebagai tamu. Lewat Ricky Sobers, Suns perkasa di Boston Garden. Setidaknya begitulah yang terjadi hingga akhirnya menjelang kuarter empat berakhir Celtics berhasil menyamakan kedudukan menjadi 94-94 dan memaksa laga berlanjut hingga babak over time.
ADVERTISEMENT
Di sinilah pertarungan sesungguhnya terjadi, laga final yang disebut-sebut sebagai final terbaik sepanjang sejarah NBA, dengan Celtics yang dipimpin oleh Jo Jo White sebagai playmaker bangkit di babak tambahan ini, tapi Suns punya Ricky Sobers yang membuat laga tak berjalan mudah bagi Celtics.
Kejar-mengejar angka terus terjadi di Boston Garden. Total, Celtics dan Suns bermain hingga tiga babak over time yang akhirnya bisa dimenangkan oleh Celtics dengan skor akhir 128-126.
Pada drama yang menegangkan itu, muncullah Jo Jo White sebagai pahlawan dengan catatan 33 poin dan sembilan assist. Namun, ada yang lebih mencenggangkan dari raihan poinnya itu. Jo Jo White adalah satu-satunya pemain Celtics yang bermain selama 60 menit. Seolah tak memiliki rasa lelah, White memimpin Celtics agar tetap kuat di gim kelima.
ADVERTISEMENT
Kerja keras White di gim kelima itu tidak hanya berbuah manis di akhir pertandingan, karena Celtics pada akhirnya berhak keluar sebagai juara NBA musim 1975/76 usai menang di gim keenam yang membuat kedudukan menjadi 4-2.
Kembali karena kerja kerasnya di enam laga final--khususnya gim kelima--White pun diganjar penghargaan sebagai Most Valuable Players (MVP) Finals kala itu. Sebuah prestasi individu sebagai pelengkap gelar juara ke-13 Celtics saat itu.
Sejak final 1976 itu, nama Jo Jo White pun abadi di markas Boston Celtics, juga para pendukungnya.
Nomor Jo Jo White (10) di langit-langit TD Garden. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Nomor Jo Jo White (10) di langit-langit TD Garden. (Foto: Flickr)
***
Jika menengadah ke langit-langit TD Garden, markas besar Boston Celtics saat ini, maka kita akan melihat jersey bernomor 10 menggantung di sana, bersanding dengan nama-nama beken lain di kancah perbasketan NBA yang membela Celtics macam Larry Bird, Cedric Maxwell, hingga Bill Russell.
ADVERTISEMENT
Nomor 10 itu adalah milik Joseph Henry White atau akrab disapa Jo Jo White yang sudah dipensiunkan jersey-nya dan tak boleh lagi dipakai oleh siapapun sejak 9 April 1982.
White lahir di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat (AS) pada 16 November 1946. Tak seperti kebanyakan warga AS keturunan Afro-Amerika, White terbilang lancar-lancar saja meniti karier bola basketnya (di zamannya).
Di masa White kecil hingga memasuki masa kuliah, bola basket baik itu di level sekolah hingga kuliah, bahkan liga profesionalnya, sangat jarang menggunakan pemain keturunan Afro-Amerika. Alasannya cukup jelas, saat itu warga AS keturunan Afro-Amerika identik dengan kaum buruh.
Sedangkan White yang merupakan anak dari pejabat pemerintahan saat itu, cukup mudah mendapatkan tempat di masyarakat dan lingkungan olahraga bola basket AS. Berkat itu pula, White akhirnya bisa berkuliah di Kansas University (KU) dan bergabung dengan tim bola basketnya pada 1966 yang merupakan salah satu kekuatan terbesar di liga basket kuliah AS atau National Collegiate Athletic Association (NCAA).
ADVERTISEMENT
Saat White bermain di NCAA itu jugalah sejarah bola basket AS terbentuk. Di final NCAA regional Midwest musim 1966 yang mempertemukan Kansas dan Texas Western, pelatih Texas Western saat itu, Don Haskins, memasang lima pemain keturunan Afro-Amerika di starting lineup-nya. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah NCAA .
Di laga final yang berlangsung hingga dua kali over time, Don dan para pemain keturunan Afro-Amerikanya berhasil menjadi juara, ketika bola masuk yang saat itu dilakukan oleh White di detik terakhir over time kedua, dianulir wasit karena dianggap kakinya sudah menyentuh garis lapangan. Texas pun menang dengan skor 81-80.
Kaki Jo Jo White menginjak garis di final NCAA. (Foto: NCAA.com)
zoom-in-whitePerbesar
Kaki Jo Jo White menginjak garis di final NCAA. (Foto: NCAA.com)
Usai laga final NCAA yang bersejarah itu, White dan keturunan Afro-Amerika lain mulai diterima dan direkrut oleh kampus-kampus di AS untuk bergabung dengan tim basket mereka, hingga akhirnya mereka bisa melanjutkan karier profesional dengan bergabung dengan tim NBA.
ADVERTISEMENT
White sendiri akhirnya dipilih oleh Boston Celtics pada NBA Draft 1969 ronde pertama di urutan kesembilan. Namun, White bergabung di saat Celtics kehilangan bintang mereka saat itu, Bill Russell, yang memutuskan pensiun usai meraih juara di musim 1969. Sejak Russell pensiun, jalan Celtics dan White menjadi lebih sulit.
Celtics akhirnya tanpa gelar juara dalam rentan waktu 1970-1973, hingga akhirnya kembali menjadi jawara di musim 1974 dan 1976 di mana White menjadi pondasi penting dari dua gelar juara itu. Secara keseluruhan, White bermain selama 10 tahun bersama Celtics dengan mengumpulkan 13.188 poin, 3.686 assist, dan 561 steal dalam 717 pertandingan di musim reguler.
Soal poin atau assist mungkin White tidak jago-jago amat ketimbang legenda-legenda Celtics lainnya. Namun, ada beberapa hal yang membuat nama White begitu abadi dan terkenang bagi para penikmat NBA. Sepanjang musim 1970, White menjadi pemain basket profesional pertama yang berlaga di 82 pertandingan secara beruntun dalam satu musim. White juga adalah pemegang rekor sebagai satu-satunya pemain Celtics yang tampil dalam 488 pertandingan secara beruntun dalam kurun waktu empat musim.
ADVERTISEMENT
Dari situ ia pun mendapatkan julukan sebagai "Iron Man" pertama di liga basket profesional. Julukan yang kemudian mengingatkan kita betapa kuatnya White saat berada di lapangan.
Berkarier selama 10 tahun di Celtics, White akhirnya mengakhiri perjalanannya di sana pada pertengahan musim 1978-79. Selain karena cedera, Celtics yang tengah melakukan regenarasi menukar White ke Golden State Warriors.
Kepergian White dari Celtics tak hanya menyisakan akhir dari sebuah era, lebih dari itu, meninggalkan Celtics sama saja dengan meninggalkan rumah bagi seorang White dan pada akhirnya dia pun memutuskan pensiun sebagai pemain basket pada 1981 di Kansas City Kings (sekarang Sacramento Kings) saat berusia 41 tahun.
Jo Jo White (depan) di usia senja. (Foto: AP/Steven Senne)
zoom-in-whitePerbesar
Jo Jo White (depan) di usia senja. (Foto: AP/Steven Senne)
***
Jo Jo White, sederhananya adalah seorang yang kuat di atas lapangan. Statusnya sebagai pemain keturunan Afro-Amerika justru menjadikannya sebagai salah satu playmaker paling tangguh dalam sejarah NBA.
ADVERTISEMENT
Namun, Jo Jo White yang kuat itu pada akhirnya harus menyerah pada keadaan. Selasa malam, 16 Januari 2018, White meninggal dunia usai berjuang melawan tumor otak yang sudah lama ia hadapi sebisa mungkin.
Perjuangan terberat White melawan sakit ini terjadi pada 2010 silam ketika ia memutuskan melakukan operasi tumor otak. White berhasil selamat pada upayanya itu, tapi bukan berarti ia sudah sembuh total. Operasi itu membuatnya tidak bisa berjalan, bahkan sekadar untuk makan, dan kesulitan dalam mengingat.
Usai tumor menyerang dan operasi itu dilakukan, White si 'Iron Man" itu tak lagi berdaya mengurusi diri sendiri. Bahkan, mungkin, untuk mengenang betapa kuatnya dia di lapangan dulu, White sangat sulit mengingatnya.
Delapan tahun lamanya White kembali berjuang pasca-operasi tumornya itu. Pada 2013 kepada Yahoo Sports, White pernah mengatakan betapa bersyukurnya ia masih bisa bertahan hidup meski ia harus menerima kenyataan tidak bisa beraktivitas layaknya sehat dulu.
ADVERTISEMENT
"Setiap hari saya bersyukur kepada Tuhan karena berada di sini (masih hidup), saya belum menyerah. Saya masih menghadapi keadaan dari apa yang harus saya alami: tidak bisa berjalan, tidak bisa berlari, mengingat hal-hal, dan makan."
White, singkat kata, adalah seorang yang kuat baik di atas lapangan dan di luar pertandingan. Itulah yang pada dasarnya ia lakukan sebagai pebasket maupun individu. Dari setiap laga yang ia jalani, dia belajar untuk memberikan yang terbaik dan maksimal dari apa yang ia punya. Pun ketika ia berjuang melawan tumor yang mengerogoti umurnya.
Meski pada akhirnya, perjuangan White harus terhenti dan menutup usia di umur 71 tahun. Namanya, nomor 10 miliknya, final NCAA 1966, serta julukan "Iron Man" kepunyaannya, adalah bentuk nyata dari lahirnya sejarah bola basket di Amerika.
ADVERTISEMENT