Juarai AS Terbuka, Djokovic Kejar Federer dan Nadal

10 September 2018 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novak Djokovic di final AS Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Geoff Burke-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Novak Djokovic di final AS Terbuka 2018. (Foto: REUTERS/Geoff Burke-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) Terbuka 2018 tiba di epilog. Fragmen-fragmen klimaks berupa rangkaian laga final sudah selesai. Di nomor tunggal putri, Naomi Osaka mengangkat trofi Grand Slam pertamanya berkat keberhasilan mengalahkan idolanya sendiri, Serena Williams. Di nomor tunggal putra, Novak Djokovic merebut gelar juara AS Terbuka ketiganya, memastikan diri bahwa ia menutup musim 2018 dengan dua trofi Grand Slam sekaligus.
ADVERTISEMENT
Ada perbedaan antara laga final tunggal putri dan putri Flushing Meadows tahun ini. Serena dan Naomi bukan hanya saling melawan, tapi juga beradu kuat mendiamkan drama. Sementara, partai final Djokovic yang dihelat pada Senin (10/9/2018) dini hari WIB di Arthur Ashe Stadium, berjalan murni tanpa drama, dan berujung pada kemenangan pula.
Jalannya pertandingan persis seperti yang diprediksi pelatih Djokovic, Marian Vajda, saat berdiskusi dan minum kopi pagi dengan pelatih Serena, Patrick Mouratoglou. Katanya di ujung obrolan pagi itu, “Kamu akan melihatnya hari ini. Pertandingan ini akan berjalan dengan menyenangkan.”
Melihat statistik, jurang perbedaan performa antara kedua di finalis tak lebar-lebar amat. Menyoal agresivitas, perbedaannya tak jauh. Bila Djokovic melesakkan 32 winner, maka Del Potro mencetak 31 winner.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Del Potro terlihat dalam jumlah ace yang berhasil ia buat. Sepanjang laga yang berlangsung sekitar 3 jam 15 menit itu, ia membuat 6 ace, berbanding dengan 1 ace milik Djokovic. Perbedaan yang rasanya cukup memberi banyak ruang bagi Djokovic tentu dari segi efektivitas permainan yang salah satu indikatornya dapat dilihat dari unforced error. Djokovic membuat 38 unforced error, sementara Del Potro 47.
Walaupun pertandingan berakhir dengan skor 6-3, 7-6 (4), 6-3 untuk kemenangan Djokovic, Del Potro membuktikan kelasnya sebagai petenis peringkat tiga dunia. Terlebih di set kedua, petenis Argentina itu memberikan perlawanan sengit selama 95 menit. Ini menjadi set kedua terlama di sepanjang gelaran AS Terbuka 2018. Bahkan gim ketujuh berlangsung selama 20 menit, atau sekitar separuh dari durasi keseluruhan set pertama.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Djokovic meraih Grand Slam ke-14-nya membawanya pada raihan yang sama dengan petenis legendaris yang juga menjadi idolanya, Pete Sampras. Tak hanya itu. Deretan 14 trofi paling prestise di ranah tenis itu membikinnya semakin pantas buat diperhitungkan sebagai pesaing kuat dua petenis pria teratas saat ini, Roger Federer dan Rafael Nadal. Federer mengantongi 20 gelar Grand Slam di nomor tunggal putra, berbanding dengan 17 raihan Nadal.
Federer-Djokovic setelah final Western and Southern Open 2018. (Foto: REUTERS/Aaron Doster-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Federer-Djokovic setelah final Western and Southern Open 2018. (Foto: REUTERS/Aaron Doster-USA TODAY Sports)
Dalam dua gelaran Grand Slam terakhir, baik Federer maupun Nadal tak bisa melangkah terlampau jauh. Di Wimbledon, Nadal gugur di semifinal setelah menelan kekalahan 4-6, 6-3, 6-7(9-11), 6-3, 8-10 dari Djokovic. Sementara, Federer hanya sanggup bertahan hingga perempat final. Permainan Kevin Anderson yang juga mengakhiri kompetisi itu sebagai runner up mengantarkannya pada kekalahan 6-2, 7-6 (7-5), 5-7, 4-6, 11-13.
ADVERTISEMENT
Kebuntuan itu berlanjut hingga AS Terbuka. Federer kembali terhenti di perempat final. Dibandingkan dengan kekalahannya di Wimbledon, hasil minor di Flushing Meadows jauh lebih menyakitkan. Federer kalah 6-3, 5-7, 6-7(7-9), dan 6-7(3-7) dari petenis non-unggulan berkebangsaan Australia, John Millman. Laga menyedihkan juga dialami Nadal. Ia mundur di set kedua babak semifinal karena cedera. Kala itu, yang menjadi lawannya adalah Del Potro.
“Mungkin 10 tahun lalu, saya tidak akan senang kalau dikait-kaitkan dengan Nadal dan Federer dalam peta persaingan era ini. Tapi sekarang, pada kenyataannya saya merasa senang. Saya merasa bahwa keberadaan kedua petenis ini, persaingan dengan mereka, pertandingan-pertandingan melawan Federer dan Nadal -menjadi faktor yang bisa mengantarkan saya ke fase ini. Hal-hal itulah yang membentuk dan mendewasakan saya sebagai petenis," jelas Djokovic, mengutip laman resmi AS Terbuka.
ADVERTISEMENT
“Saya tak hanya menghormati pencapaian mereka di atas lapangan, tapi juga teladan mereka di luar lapangan yang layak membuat keduanya disebut sebagai juara sejati. Saya pikir, kami saling mendorong satu sama lain sampai ke batas paling maksimal setiap kali kami harus bertemu di satu pertandingan yang sama,” ucap petenis berpaspor Serbia itu.