Kaki-kaki di Mekaki yang Sembuhkan Luka Lombok

4 November 2018 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
“Get up, stand up. Don’t give up the fight.”
Lagu legendaris Bob Marley itu saya dengar di Pantai Mekaki, Lombok Barat. Ajakan untuk bangun dan bangkit untuk melawan batasan, itulah tujuan Marley menggubah tembang yang dirilis pada 1973 itu.
ADVERTISEMENT
Hal itu pula yang jadi dasar digelarnya Blibli Mekaki Marathon 2018, untuk membangkitkan dan menyembuhkan Lombok dari luka yang mereka alami. Lewat langkah kaki para pelari yang berkumpul di Mekaki.
***
Lombok tak lagi berduka. Sebaliknya, mereka tengah bersuka cita dengan Blibli Mekaki Marathon 2018 sebagai panggungnya. Total 1.500 kontestan turut serta dalam event lari yang dihelat Minggu, 28 Oktober silam.
Well, jumlah di atas memang mengalami penurunan dibanding edisi pertama di tahun sebelumnya dengan 2000 peserta. Tak lain tak bukan lantaran gempa yang mengguncang Lombok Agustus lalu.
Lebih dari 500 nyawa melayang. Selain korban jiwa yang berjatuhan, infrastruktur juga ambruk berantakan. Praktis, perekonomian Lombok yang mengandalkan sektor pariwisata pun turut jeblok.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma di area pantai saja, hal tersebut juga berimbas ke Sade, salah satu dusun di desa Rembitan. Daerah yang terletak di Lombok Tengah itu memang menjadi dusun wisata untuk mengenal lebih jauh tentang suku Sasak yang merupakan penduduk asli Lombok.
"Dalam tiga bulan ini tamunya berkurang jauh. Sebelum gempa, standarnya ada 700-800 wisatawan per hari. Tapi akhir-akhir ini sudah mulai bertambah dikit-dikit," ungkap Akim, salah satu warga suku Sasak.
***
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Bencana mendatangkan dua kerusakan: Fisik dan mental. Kehancuran fisik bisa meliputi luka tubuh dan kerusakan infrastruktur. Sementara trauma dan depresi akan timbul akibat 'luka' mental. Nah, aspek yang disebut belakangan ini yang lebih berbahaya, sebab mengobati gangguan mental bukanlah perkara mudah.
ADVERTISEMENT
Lewat Blibli Mekaki Marathon 2018 itu energi-energi positif dikumpulkan, untuk menghadirkan semangat baru masyarakat Lombok sekaligus menegaskan kembali eksistensi mereka di mata nasional dan internasional. Tagar #Lombokbangkit dan #NTBbangkit jadi tagline yang dibentangkan di atas panggung acara.
Ispan Junaidi, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat sekaligus penanggung jawab Blibli Mekaki Marathon 2018, mengutarakan pentingnya dampak gelaran tersebut terhadap situasi Lombok pasca-gempa. Beliau juga menitikberatkan pembangunan mental selain pembenahan fisik, dalam hal ini infrastruktur.
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
"Gempa ini membuat dampak psikologis yang begitu serius, trauma kepada masyarakat. Sehingga energi dan spirit untuk bangkit itu harus kita hidupkan. Acara lari ini bukan semata-mata sport, untuk menjadi juara dan mendapatkan hadiah. Tetapi ini juga jadi ajang promosi pariwisata,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang juga diutarakan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah, Blibli Mekaki Marathon bukanlah ajang adu cepat saja, tetapi mengedepankan keceriaan para kontestannya.
Konsep di atas terapar jelas lewat komposisi kontestan yang berasal dari segala lapisan pria dan wanita, tua dan muda. Karena Blibli Mekaki Marathon memang terbuka untuk umum, tidak peduli atlet atau bukan.
Mulai dari ibu-ibu berusia paruh baya hingga anak-anak yang belum genap berusia 10 tahun pun turut serta. Hebatnya lagi, mereka mendapatkan medali karena berhasil menyentuh garis finis.
Padahal, medan yang dilalui tidaklah mudah. Trek menanjak menuju Bukit Simba sepanjang lebih 500 meter, melintasi perkampungan adat Bali di Desa Pelangan lalu finis di pesisir pantai Mekaki yang juga jadi titik permulaan.
ADVERTISEMENT
***
Wulan Guritno di  Blibli Mekaki Marathon 2018. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wulan Guritno di Blibli Mekaki Marathon 2018. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Mengggandeng selebriti juga jadi salah satu cara Blibli Mekaki Marathon untuk menarik animo masyarakat untuk turut serta. Nama-nama beken macam Ben Joshua dan Wulan Guritno juga turut berlari. Bahkan nama yang disebut belakangan juga berpartisipasi dalam kategori 10k.
Wulan tak cuma hadir sebagai pemanis di sana. Ibu dari Shaloom Razade itu berandil besar dalam menyembuhkan Lombok, yakni dengan membangun sekolah dasar.
"Seminggu setelah kejadian, saya coba ke sini (Lombok), ke beberapa desa dan ternyata donasi tetap berdatangan setelah kepulangan saya,” katanya.
Setelah menginstruksikan para relawannya untuk menyusuri sektor apa saja yang masih minim dukungan, Wulan akhirnya memutuskan untuk membangun sekolah sementara di Desa Bayan. Pasalnya, desa yang terletak di Lombok Utara tersebut belum terdapat sekolah yang bisa menampung anak-anak untuk tetap menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Blibli Mekaki Marathon 2018, Minggu (28/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Bersama Amanda Soekasah dan Janna Soekasah-Joesoef, Wulan telah mendirikan Gelang Harapan. Gerakan sosial yang didirikan empat tahun lalu itu bertujuan untuk menciptakan budaya solidaritas dan semangat saling memberi.
***
Blibli Mekaki Marathon tak sekadar mementaskan para pelari. Lebih dari itu, kaki-kaki yang menyusuri Mekaki tersebut mengisyaratkan banyak makna, tentang keceriaan dan tentang kebangkitan Lombok yang kini telah sembuh.