Kala INAPGOC Berpacu dengan Waktu Mempersiapkan Venue

4 Oktober 2018 12:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembuatan tempat duduk untuk pengguna kursi roda di hall tenis indoor GBK.
 (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembuatan tempat duduk untuk pengguna kursi roda di hall tenis indoor GBK. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
ADVERTISEMENT
Panitia penyelenggara Asian Para Games 2018, INAPGOC, paham bahwa Asian Para Games 2018 adalah hajatan penting. Terlebih, mereka mentas setelah Asian Games 2018 sukses meraup animo besar. Oleh karena itu, mereka berpacu (dan terpacu) untuk mempersiapkan venue-venue yang bakal digunakan sebaik mungkin.
ADVERTISEMENT
Namun, waktu INAPGOC tidak banyak. Menurut ketua INAPGOC, Raja Sapta Oktohari, pada Jumat (28/10), serah terima dari panitia penyelenggara Asian Games 2018, INASGOC, kepada INAPGOC baru dilakukan pada 30 September. Artinya, waktu untuk pembenahan yang dilakukan INAPGOC kurang dari satu minggu.
Asian Para Games sendiri akan mempertandingkan 18 cabang olahraga (cabor) dan diikuti 43 National Paralympic Committee (NPC), termasuk tuan rumah Indonesia.
Venue pertandingan sendiri terpusat di DKI Jakarta, dengan kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, menjadi jantung perhelatan Asian Para Games edisi ketiga yang sekaligus baru pertama kali digelar di Indonesia.
Ada delapan venue yang dipilih di GBK, tujuh di antaranya merupakan venue yang juga dipakai untuk Asian Games. Satu yang berbeda adalah Lapangan Tembak, tetapi masih berada di kawasan GBK. Ada juga arena yang tersebar mulai dari ujung utara Jakarta hingga ke Cibubur, Jakarta Timur, dan di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya gelanggang yang akan digunakan, sedangkan waktu persiapan yang begitu mepet, INAPGOC jelas saja harus berkerja ekstra agar semua fasilitas untuk menunjang atlet dan penonton difabel rampung saat hari pelakasanaan.
Tantangan panitia bertambah karena banyak fasilitas dari arena —khususnya di GBK— yang belum memadai untuk penyandang disabilitas. Kondisi ini diakui oleh Budiono selaku direktur venue INAPGOC. Namun, Budiono menegaskan bahwa pihaknya sudah mempersiapkan semua fasilitas tambahan seperti ramp (bidang miring untuk pengguna kursi roda) dan tempat duduk penonton untuk kursi roda.
"Pada prinsipnya sudah siap, tapi pada prosesnya sedang dirapikan. Soalnya, semakin ke sini ada saja hal kecil yang harus dilakukan. Kemarin-kemarin sudah kami laksanakan dengan baik, kemudian ada kekuarangan sedikit," ujar Budiono saat dihubungi kumparanSPORT.
ADVERTISEMENT
"Misalnya pemasangan karpet. Pada prinsipnya sudah siap, tinggal penyempurnaan saja."
Sementara itu, untuk venue-venue di luar GBK, Budiono menyebut tidak menemukan masalah berarti karena banyak dari arena yang digunakan sudah dibangun agar ramah penyandang disabilitas.
"Kalau yang di luar GBK, kami terikat dengan penggunaan sehari-harinya. Kalau kamu mau masuk tanggal 5 belum tentu bisa masuk tanggal segitu, tapi secara keseluruhan bisa dimaksimalkan. Untuk velodrome praktis tidak ada penambahan karena itu bangunan baru, untuk fasilitas difabel sudah disediakan, toilet juga sudah ada. Kami hanya menambah saja karena kapasitas atlet juga bertambah."
"Sentul juga tidak masalah, yang di GOR POPKI Cibubur juga tidak masalah, kami sudah mengatur untuk pertandingan dan segala hal yang berkaitan. Teman-teman yang punya fasilitas itu sangat mendukung, sangat membantu. Bentuk bangunannya juga sudah bagus dan bisa digunakan untuk atlet Asian Para Games. INAPGOC hanya menambah perintilannya saja,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
INAPGOC, kata Budiono, optimistis bahwa semua proses akan rampung pada H-2 pelaksaan atau pada hari ini, Kamis (4/10). Dari pantuan kumparanSPORT, beberapa venue seperti akuatik dan hall basket sudah digunakan untuk klasifikasi atlet di cabor masing-masing.
Tempat untuk penonton pengguna kursi roda di venue akutik GBK. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tempat untuk penonton pengguna kursi roda di venue akutik GBK. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
"Kami sudah melakukan perecanaan lama, sekitar tiga bulan lalu. Untuk perencanaan pemasangan ramp dan fasilitas lainnya kita sudah lakukan lebih dulu dan sudah dibuat terlebih dulu. Sebetulnya kami tinggal memasukkan saja ke dalam venue. Tidak membangun di dalam venue tapi hanya mengatur saja, kami hanya mengaplikasikan rencana."
"Kita optimistis H-2 sudah bisa digunakan untuk latihan, klasifikasi bahkan sudah dilakukan sejak hari Selasa di akuatik,” kata Budiono.
GBK sebagai Cagar Budaya
Pada Oktober 2016, enam arena di GBK ditetapkan sebagai cagar budaya Indonesia. Lima di antaranya meruapakan arena yang akan digunakan untuk pertandingan dan satu untuk latihan Asian Para Games.
ADVERTISEMENT
Untuk pertandingan ada akuatik, Stadion Utama GBK, hall basket, Istora, tenis indoor —untuk sitting volleyball. Sedangkan, Stadion Madya digunakan untuk latihan cabor atletik.
Kondisi kawasan GBK yang dijadikan cagar budaya ini membuat perombakan yang dilakukan tak bisa asal dilakukan. Namun, Budiono tak menganggap hal tersebut sebagai sebuah kendala, melainkan tantangan untuk bisa membuat GBK ramah peyandang disabilitas.
Akan tetapi, ia tak menampik bahwa struktur awal venue-venue di GBK tidak semuanya mendukung untuk ditambahkan fasilitas seperti lift untuk penyandang disabilitas. Oleh karena itu, penambahan lift hanya dilakukan di venue akuatik.
Sementara dari pantuan kumparanSPORT, beberapa tempat penonton untuk penyandang disabilitas seperti di venue sitting volleyball, hall basket, Istora, panahan, lapangan hoki, ditempatkan di bawah, sejajar dengan lapangan pertandingan.
ADVERTISEMENT
"Kita harus menerima bahwa fasilitas yang dimiliki GBK seperti apa adanya. Dengan waktu yang singkat dengan pertimbangan keamanan dan lainnya. Kalau kita berikan tempat duduk untuk difabel di tribune itu akan sulit."
"Makannya kami simpan tempat duduk di bawah, kemudian kalau kami membuat ramp jadi sangat jauh jaraknya untuk penggunan kursi roda, kalau membuat lift berarti kita harus membobok tembok, sedangkan struktur yang dirancang dulu tidak untuk menggunakan lift."
"Jadi, beban segala hal lainnya kita pikiran lebih dulu. Sehingga hanya tempat-tempat yang sudah kami cek kuat, maka ditambah lift. Yang jelas pertimbangan teknis, ya, masalah struktur, waktu, keamanan. GBK ini sudah lumayan ramah kami hanya menambah saja," papar Budiono.
Transportasi
ADVERTISEMENT
Transportasi menjadi salah satu hal vital dalam penyelenggaraan Asian Para Games. Untuk urusan ini, INAPGOC dibantu oleh beberapa instansi pemerintah semacam Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial, Kementerian Pertahanan, Kementerian Pariwisata, Polri, Damri, TransJakarta, hingga Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Simulasi tranportasi untuk atlet pun sudah dilakukan oleh INAPGOC pada Sabtu (29/9). Saat simulasi, waktu tempuh dari Wisma Para Atlet di Kemayoran ke komplek GBK sekitar 35 menit, lebih cepat 20 menit dari waktu estimasi yang ditetapkan oleh Asian Paralympic Committe (APC).
Menurut wakil direktur divisi transportasi INAPGOC, Tony Effendi, keberhasiilan ini tidak terlepas dari kerjasama antara para relawan. Untuk diketahui, ada sekitar 8.000 volunteer dan 5.000 pekerja lapangan selama Asian Para Games 2018 terhelat dan mereka semua telah mendapat pelatihan pada 23-24 September.
ADVERTISEMENT
Transportasi penyandang disabilitas. (Foto: ANTARA/Aprilio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi penyandang disabilitas. (Foto: ANTARA/Aprilio Akbar)
Untuk urusan tranportasi sendiri, para volunteer terbagi menjadi 600 orang yang bertugas sebagai relawan, field worker 600 orang, dan pengemudi sejumlah 300 orang.
Dukungan juga diberikan oleh pemerintah DKI Jakarta dengan mengratiskan TransJakarta bagi penyandang disabilitas selama Asian Para Games dan Sabtu-Minggu untuk masyarakat umum. Kemudian ada sekitar 270 bus low entry yang telah dipersiapkan sebagai armada mengangkut para penonton dan atlet.
***
Dari pantauan kumparanSPORT di lapangan sejak Senin (1/10) sampai Rabu (3/10), penambahan fasilitas memang masih terus dilakukan oleh INAPGOC. Pembuatan ramp untuk memudahkan akses naik-turun bagi penyandang disabilitas di tiap halte pun sudah dilakukan dan pada Rabu terpantau telah bisa digunakan.
Sementara itu, beberapa venue pertandingan seperti akuatik telah terpasang tempat duduk untuk pengguna kursi roda dan ramp untuk akses masuk ke dalam tribun penonton. Kemudian di Istora, bangunan untuk latihan para atlet telah dibangun meski belum bisa digunakan sampai Rabu kemarin.
ADVERTISEMENT
Untuk tempat duduk bagi pengguna kursi roda sendiri sampai Rabu belum terlihat ada pemasangan, tetapi ruang dan akses masuknya telah disiapkan. Begitupun dengan hall basket, per Rabu kemarin panitia baru sebatas menandai ruang untuk pengguna kursi roda.
Sedangkan, di venue lapangan hoki tidak terlau ditemui masalah untuk akses dan tempat untuk penonton pengguna kursi roda karena telah tersedia ramp yang sesuai untuk dilewati. Tapi, panitia tetap menambah lantai di sekitar bench pemain karena permukaan tanah yang tidak rata.
Untuk Stadion GBK sendiri, kami tidak bisa diizinkan untuk berkeliling karena akses ditutup untuk perisapan upacara pembukaan. Tetapi, jika menilik dari segi kelengkapan seperti lift untuk pengguna kursi roda, ramp, dan guiding block, telah tersedia di Stadion GBK.
ADVERTISEMENT
Ramp untuk penyandang disabilitas di halte bus kawasan GBK.
 (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ramp untuk penyandang disabilitas di halte bus kawasan GBK. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)
Secara umum, INAPGOC telah melakukan tugasnya untuk melengkapi fasiitas di tiap-tiap venue agar lebih ramah penyandang disabilitas. Hanya, waktu yang begitu mepet bisa menimbulkan risiko seperti kenyamanan, ketepatan, dan keamanan fasilitas tersebut.
Harapan agar perampungan fasilitas ini bisa selesai tepat waktu pun diutarakan oleh Cucu Saidah selaku inisiator dari komunitas yang peduli akan fasilitas untuk difabel, Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT). Selain itu, Cucu berharap bahwa fasilitas untuk penyandang disabilitas juga harus memerhatikan aspek lingkungan sekitarnya agar bisa nyaman dan aman dilalui.
"Saya mengunjungi Istora dan venue Panahan pada 28 September lalu, khusus Istora kunjungan itu menjadi kali kedua  saya dalam bulan September. Di kunjungan pertama pada 13 September saya berikan masukan soal detail fasilitas, tapi pada 28 ternyata belum ada perubahan."
ADVERTISEMENT
“Tapi, waktu itu panitia karena belum serah terima dari INASGOC, jadi per tanggal 1 Oktober sudah siap dikerjakan. Jadi, mari kita lihat seperti apa hasilnya dalam pengerjaan dalam lima hari sebelum upacara pembukaan," kata Cucu.
=====
*Simak pembahasan mengenai perhelatan Asian Para Games 2018 dan fasilitas publik untuk difabel di konten khusus “Ramah Difabel”.