Kata Sekjen PBSI soal Superliga yang Ganggu Persiapan Marcus/Kevin

9 Maret 2019 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo (kiri) dan Marcus Fernaldi Gideon saat beraksi di All England 2019, di Arena Birmingham, Inggris. Foto: Widya Amelia - Humas PP PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo (kiri) dan Marcus Fernaldi Gideon saat beraksi di All England 2019, di Arena Birmingham, Inggris. Foto: Widya Amelia - Humas PP PBSI
ADVERTISEMENT
Djarum Foundation dengan berbagai fokus kegiatan di dunia bulu tangkis punya entitas sendiri yang menjadi pendorong geliat tepak bulu nasional bernama PB Djarum Kudus. Selain itu, Djarum Foundation juga memiliki program tahunan Djarum Superliga Badminton yang digelar bersama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Di tiap edisinya, liga bulu tangkis ini senantiasa diikuti atlet-atlet top dunia macam Lee Yong Dae, Brice Leverdez, Ratchanok Intanon, hingga Nitchaon Jindapol.
ADVERTISEMENT
Namun, pada edisi ketujuh Djarum Superliga Badminton yang berlangsung di Bandung pada 18-24 Februari 2019, masalah timbul. Jadwal penyelenggaraan itu membuat persiapan atlet ke All England 2019 menjadi berkurang. Persiapan mepet pun disebut jadi penyebab kekalahan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo di babak pertama All England 2019.
Setelah Marcus/Kevin tampil di Superliga, mereka dan atlet lain yang berlaga hanya punya persiapan selama empat hari sebelum berangkat ke Birmingham, Inggris, untuk mengikuti All England nan prestisius. Pelatih kepala ganda putra, Herry Iman Pierngadi, dengan tegas mengatakan faktor itulah yang membuat Marcus/Kevin kalah.
Marcus/Kevin diberi arahan oleh sang pelatih, Herry IP. Foto: ANTARA FOTO/INASGOG/Hadi Abdullah
Saat dimintai konfirmasi, Ketua Panitia Pelaksana Djarum Superliga Badminton 2019 yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto, pun mengaku tidak puas dengan jadwal Superliga tahun ini.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada alasan mengapa pihaknya terpaksa harus menggelar edisi 2019 pada 18-24 Februari. Pria yang akrab disapa Budi ini mengatakan hanya bisa menaruh kalender Superliga di periode tersebut dengan padatnya turnamen BWF lain.
"Kami sendiri juga kurang puas dengan penjadwalan seperti itu. Kami rencanakan ke depan, waktu yang kira-kira slotnya lebih leluasa supaya tidak mengganggu semua pihak," ujar Budi saat ditemui kumparanSPORT di Arena Birmingham.
"Edisi sebelumnya Februari juga. Biasanya jadwal memang selalu Februari karena saat itu tidak terlalu banyak turnamen besar. Tahun ini jadi sesuatu karena jelang (perhitungan poin) Road to Olympics, jadi beberapa pemain akan ambil banyak turnamen (jadwal padat, red) dan juga ada beberapa jadwal yang oleh BWF digeser, itu yang menyulitkan. Jadi kami tidak punya slot lain," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto, mengawal tim Indonesia di Arena Birmingham. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Setelah Marcus/Kevin kalah, Budi sendiri berharap adanya kesempatan bagi ganda putra lain Indonesia yang mampu meneruskan harapan PBSI, juga publik Tanah Air, untuk membawa pulang gelar. Hingga semifinal yang berlangsung Sabtu (9/3/2019), masih tersisa dua wakil yakni Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
"Ini adalah kejuaraan perorangan, jadi tidak ada kaitan satu sama lain. Kalau pengaruh [Marcus/Kevin kalah] pasti ada, karena jujur saja mereka salah satu yang diharapkan pertahankan gelar," ujar Budi.
"Tapi ini jadi kesempatan pasangan kedua kami, Fajar/Rian, untuk membuktikan dirinya bahwa walaupun tidak ada Marcus/Kevin, Indonesia bisa berhasil. Itu tantangan untuk mereka."
"Tahun ini pun banyak kejutan, kami lihat di daftar yang kalah banyak unggulan, mulai Chou Tien Chen, Chen Long, dan beberapa unggulan lainnya. Lin Dan pun ternyata tidak bisa berkutik. Itu buktikan bahwa persaingan di tingkat turnamen seperti ini sangat ketat," tutupnya.
ADVERTISEMENT