Kemenangan atas Jonatan Christie di Korea Ubah Nasib Tommy Sugiarto

30 November 2018 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis Indonesia Tommy Sugiarto pada Turnamen Bulu Tangkis Blibli Indonesian Open 2018 di Istora Senayan, Jakarta, kamis (5/7). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis Indonesia Tommy Sugiarto pada Turnamen Bulu Tangkis Blibli Indonesian Open 2018 di Istora Senayan, Jakarta, kamis (5/7). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
"Tommy bukan anak penjahat [...]," lirih Icuk Sugiarto, ayah dari Tommy Sugiarto.
ADVERTISEMENT
Nama Icuk sendiri sudah begitu besar di dunia bulu tangkis Indonesia era 1980-an. Pada 1983, Icuk menjadi juara dunia tunggal putra di Kopenhagen, Denmark. Di final, dia mengalahkan kompatriot, Liem Swie King, sekaligus momen yang sangat bersejarah bagi 'Merah-Putih'.
Yang dibicarakan sang legenda, tak lain tak bukan adalah putra satu-satunya, Tommy, yang merupakan pebulu tangkis profesional di luar pemusatan latihan nasional (pelatnas) Cipayung Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Artinya, Tommy Sugiarto bukan atlet Tim Nasional Bulu Tangkis Indonesia. Inilah yang begitu disoroti Icuk, lebih-lebih sebagai mantan juara dunia sekaligus seorang ayah. Bagi Icuk, Tommy punya kualitas. Tak ada alasan skuat nasional tidak menarik sang anak masuk.
Meski begitu, Tommy sendiri dulu memutuskan keluar dari pelatnas pada 2015. Dalam keterangan resmi Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky, pada Januari 2015, Tommy merasa prestasinya tidak berkembang di pelatnas. Satu hal lain, sang atlet disebut tidak cocok dengan sistem pelatih baru, Hendry Saputra, yang hingga kini masih melatih di pelatnas.
ADVERTISEMENT
Usai keluar dari pelatnas pada 2015, bola panas Tommy dan PBSI bergulir selama persiapan menuju Olimpiade 2016. Icuk saat itu pun mengeluarkan unek-uneknya kepada beberapa media. Intinya, PBSI dianggap tidak memperhatikan sang anak.
Jonatan Christie (kedua dari kiri) dan Icuk Sugiarto (tengah) di acara HUT PB Tangkas ke-67, Kamis (29/11/2018). (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jonatan Christie (kedua dari kiri) dan Icuk Sugiarto (tengah) di acara HUT PB Tangkas ke-67, Kamis (29/11/2018). (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Episode kekecewaannya berlanjut pada 2018. Di tahun ini, Indonesia untuk kedua kalinya menggelar Asian Games setelah 1962. Tahun yang bersejarah bagi para atlet sebagai aktor utama multiajang terbesar se-Asia ini. Pun, Tommy tidak dipanggil masuk skuat nasional.
Ditemui di acara HUT PB Tangkas ke-67 pada Kamis, 29 November 2018, Icuk kembali menyuarakan jerit hatinya. Menurut Icuk, dua minggu sebelum Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dibuka pada 18 Agustus, ia bahkan sampai 'curhat' ke Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
"Meski salah satu pemain terbaik, kenapa tidak masuk skuat Asian Games? Saya dua minggu sebelumnya tanya ke presiden, kenapa Tommy tidak ikut. Tommy bukan anak penjahat, bukan anak teroris, kenapa tidak dapat kesempatan itu," ucap Icuk kepada kumparanSPORT.
Di Asian Games, cabang olahraga (cabor) bulu tangkis Tanah Air dijadikan salah satu andalan. PBSI pun membuktikan taji dengan menyumbang dua emas nomor perorangan. Salah satunya berkat torehan tunggal putra andalan yang tergabung di pelatnas, Jonatan Christie.
Lalu, setelah euforia bulu tangkis Asian Games di Istora Gelora Bung Karno berakhir, Tommy bertemu sang jawara di Korea Terbuka 2018, tepatnya di semifinal pada Sabtu, 29 September. Hasilnya, Tommy melaju ke final usai menyingkirkan Jonatan.
ADVERTISEMENT
"Itu pertandingan yang membuat saya deg-degan. Seandainya Tommy kalah, saya anggap kariernya habis di situ. Seandainya menang, setidaknya omongan dan curhat saya sampai ke presiden pun, terbukti memang benar," tutur Icuk.
"Malam itu saya tidak bisa tidur. Kepada Tommy sendiri, saya sampaikan, kalau besok kalah sama Jojo (sapaan Jonatan, red), semua akan bully Tommy dan saya. Karena semua ketidakterimaan saya ketika Asian Games akan berbalik, publik akan semakin yakin Tommy tidak perlu dimainkan lagi. Padahal sama-sama anak bangsa, kenapa dibeda-bedakan," imbuhnya.
Icuk pun menegaskan bahwa ia hanya meminta keadilan kala begitu keras memperjuangkan nama Tommy masuk tim bulu tangkis Indonesia di Asian Games. "Dari tahun 80-an sampai saya berhenti, Indonesia pernah kasih apa? Dan Icuk Sugiarto pernah minta apa ke negara? Saya cuma minta keadilan tidak bisa. Saya bikin fasilitas olahraga, tidak ada 1 rupiah pun dari uang negara, tapi saya masih tunjukkan kepedulian terhadap bulu tangkis," kata pemilik Icuk Sugiarto Training Camp (ISTC) di Sukabumi, Jawa Barat ini.
ADVERTISEMENT
Kini, sang anak segera menghadapi turnamen bergengsi BWF, yakni World Tour Finals di Guangzhou, China, pada 12-16 Desember 2018. Berkat koleksi poinnya selama tur dunia BWF, Tommy berhak mengisi satu tempat dari dua slot tersedia bagi Indonesia. Satu lagi, bukan Jojo, tetapi Anthony Sinisuka Ginting.
"Tommy hanya menyiapkan kebugaran karena dia sendiri tidak seperti Ginting, latihan ada yang menemani di levelnya. Untuk Tommy, terkadang saya harus panggil anak dari Sukabumi jadi sparingnya. Mau bilang apa? Memang punyanya itu," ujarnya.
"Selama ini publik tahu, Tommy dari latihan dan berangkat bertanding seorang diri. Sparing dengan atlet-atlet remaja binaan saya, tidak ada sparing yang sepadan. Dia juga mengurus tiket dan hotel dengan biaya sendiri. Seperti itu saja masih mampu bertengger peringkat 10 dunia, apalagi negara hadir," tegas Icuk.
ADVERTISEMENT
Hingga pekan ke-48 musim 2018, Tommy Sugiarto berada di peringkat 10 dunia, mengalahkan Jonatan yang mengekornya di posisi 11. Tunggal terbaik Indonesia, adalah juara China Terbuka Super 1000, Anthony Ginting, yang berada di peringkat tujuh.
Era Tommy Sugiarto di pelatnas memang habis. Pada masanya, pemain kelahiran 31 Mei 1988 ini menjadi ujung tombak tunggal putra Indonesia bersama Sony Dwi Kuncoro. Kini, tongkat estafet sektor yang juga andalan Taufik Hidayat ini, secara de facto dari skuat nasional, mau tidak mau, suka tidak suka, sudah diberikan kepada Anthony dan Jonatan. Kedua pemain muda ini tengah meniti jalan menucu puncak takhta tunggal putra melawan nama-nama seperti Kento Momota (Jepang), Chou Tien Chen (Taiwan), hingga Shi Yuqi (China).
ADVERTISEMENT
"Tommy pasti termotivasi kalau ketemu pemain pelatnas. Umpamanya, kalau kalah orang akan menyuruh Tommy berhenti main. Buat Tommy sendiri, dia juga makin lama tahu diri. Tapi saya anggap dia sebagai pemain bulu tangkis. Kebetulan dia anak saya. Bukan anak saya saja, ketika ada atlet yang seperti itu, (dianggap tidak diperhatikan, red) saya akan teriak,".
"Bulu tangkis itu pekerjaan Tommy. Jadi saya tidak mikirkan soal dipakai atau tidak di pelatnas. Saya berharap Tommy menekuni bulu tangkis sebagai masa depan, sebagai pekerjaan, dan bagian dari kehidupan dia. Bertandinglah sampai mampu. Selama masih bisa melawan atlet lain, saya dukung dia. Dan satu sampai dua tahun ini, saya yakin Tommy masih bisa bersaing," tutup Icuk.
ADVERTISEMENT