Kemenangan Eko Yuli Buah Strategi Apik Tim Pelatih

22 Agustus 2018 5:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lifter Indonesia Eko Yuli saat pertandingan angkat besi kategori 62 kg. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lifter Indonesia Eko Yuli saat pertandingan angkat besi kategori 62 kg. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Eko Yuli Irawan berhasil menyumbang emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018 nomor 62 kg cabang olahraga angkat besi. Kemenangan lifter 29 tahun ini diraih berkat strategi apik yang diterapkan oleh tim pelatih.
ADVERTISEMENT
Dalam laga yang dihelat di Hall A Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Eko sukses menyumbang emas setelah mengalahkan atlet asal Vietnam, Tranh Van Vinh, dengan total angkatan 311 kg. Kemenangan ini sukses membalaskan kekalahan Eko Yuli di SEA Games 2017 silam.
Bicara soal kemenangan ini, Dirdja Wihardja selaku pelatih kepala tim angkat besi Indonesia mengungkapkan bahwa itu adalah hasil dari strategi yang diterapkan oleh timnya. Dia pun mengaku sudah mengantongi kekuatan Vietnam, tidak seperti pada SEA Games 2017 silam.
“Yang jelas kita mengikuti strategi kemenangan. Kita memaksa nambah ke 175 kg karena kita sudah memetakan lawan, Korea dan Vietnam. Kita selalu menghitung, misal tadi Eko nambah ke 170, itu sudah kami perkirakan dengan matang. Kita di belakang selalu menghitung (total angkatan),” ujar Dirdja selepas laga.
ADVERTISEMENT
“Kalau di latihan saya pernah sampai angkat 172 kg. Tapi itu waktu latihan. Saat bertanding tentu berbeda. Semua tergantung situasi dan kondisi pertandingan. Strategi kami di sini memang meninggalkan mereka jauh di jenis angkatan snatch,” ujar Eko.
Senada dengan sang pelatih, Eko juga menyebut bahwa kemenangan ini diraih berkat usaha-usaha yang sudah dilakukan. Selain pembinaan yang tidak terpusat di Jakarta saja (Eko acap meneruskan pembinaan di daerah, termasuk Jawa Timur), ada juga usaha lain yang dilakukan oleh dirinya dan pelatih.
“Kalau di latihan saya pernah sampai angkat 172 kg. Tapi itu waktu latihan. Saat bertanding tentu berbeda. Semua tergantung situasi dan kondisi pertandingan. Strategi kami di sini memang meninggalkan mreka jauh di jenis angkatan snatch,” ujar Eko.
ADVERTISEMENT
“Kami juga belajar waktu di SEA Games, saat Vietnam berani ambil risiko. Sebenarnya kalau tadi mau selesai cepat bisa, tapi kami coba ambil beban lebih tinggi, sehingga mereka tidak berani ambil risiko lagi,” tambahnya.
Memang ada kejadian yang cukup menegangkan yang terjadi di saat jenis angkatan clean and jerk. Di angkatan ketiga, Eko yang sudah unggul di jenis angkatan snatch, menambah beban dari 170 kg (ini sudah terangkat di angkatan kedua) menjadi 175 kg.
Atlet angkat besi Vietnam, Van Vinh Trinh. (Foto: ANTARA/INASGOC/Fanny Octavianus)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet angkat besi Vietnam, Van Vinh Trinh. (Foto: ANTARA/INASGOC/Fanny Octavianus)
Sementara itu, Van Vinh yang tertinggal empat kilogram dari Eko di angkatan kedua clean and jerk terlalu mengambil risiko dengan menaikkan beban dari 166 kg ke 179 kg. Alhasil, beban ini tak terangkat dan Eko sukses merengkuh emas.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Van Vinh mengakui bahwa dia memang sedang tidak dalam kondisi baik. Ke depan, dia sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade Tokyo 2020 dan bertekad meraih prestasi apik di ajang tersebut.
“Saya sudah berlatih selama empat bulan, tapi sekarang tidak sedang dalam kondisi terbaik. Makanya saya tidak tampil maksimal. Kalau saya sedang dalam keadaan terbaik, saya bisa saja tampil lebih baik,” ujar Van Vinh.
“Selanjutnya, saya akan bekerja lebih keras dan bersiap untuk ajang Olimpiade. Saya akan segera bangkit dari kekalahan ini. Saya akan berlatih dengan keras,” pungkasnya.