Ketegaran Ibunda Dampingi Vani hingga Raih Medali di Cabor Boccia

3 Oktober 2018 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vani dan Ibunya. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Vani dan Ibunya. (Foto: Charles Brouwson/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pagi itu Daryanti pergi ke Jakarta untuk mengunjungi anaknya, Febriyanti Vani Rahmadani, yang sedang menjalani karantina Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Pepapernas) VII tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Tangis keduanya pecah setelah seminggu lamanya tak bertemu. Bahkan, Vani, panggilan akrab remaja 16 tahun itu memaksa pulang karena rindu dengan suasana rumah serta kehadiran sang bunda.
"Saya bilang sama dia (Vani), kalau mau pulang ayo pulang enggak usah ikut lomba. Kalau mau ikut lomba ya harus kuat karantina di sini," ujar Daryanti saat berbincang dengan kumparan, Selasa (10/2).
Namun ternyata tekad Vani sudah bulat untuk mengikuti perlombaan. Setelah mendengar ucapan ibunya, Vani yang mengalami cerebral palsy itu kembali tegar. Ia siap menjalani karantina dengan semangat.
Atlet Boccia, Febriyanti Vani Rahmadani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Boccia, Febriyanti Vani Rahmadani (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Cerebral palsy merupakan gangguan motorik yang mempengaruhi kinerja otot dan saraf sehingga tidak berfungsi normal. Vani adalah atlet Boccia perempuan pertama di Indonesia. Olahraga khusus disabilitas gerak ini sudah dikuasai Vani sejak setahun lalu.
ADVERTISEMENT
Kerja keras dan keberanian Vani membuahkan hasil. Febriyanti Vani dan rekannya, Afrizal, dinyatakan menang dalam lomba cabor Boccia di Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Pepapernas) VII di Solo tahun 2017.
Dukungan dan doa Daryanti untuk keberhasilan sang buah hati tak pernah berhenti. Perjuangan Vani pun belum usai. Dirinya harus kembali berjuang di Asian Para Games 2018.
Olahraga boccia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Olahraga boccia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Menuju hari besar, Daryanti tak pernah absen menemani sang buah hati berlatih. Daryanti bercerita, selama ini anak keduanya itu belum pernah berpisah darinya. Dia baru belajar mandiri saat harus menjalani Pelatnas untuk Pepapernas 2017 lalu.
Daryanti bercerita, cerebral palsy yang dialami Vani bukan bawaan lahir. Dia mengidapnya sejak umur 5 bulan.
"Waktu lahir itu anaknya biasa aja. Umur 4 bulan Vani jatuh dari kasurnya. Umur 5 bulan dia jatuh lagi. Lalu, dibilang dokter kalau Vani ada gangguan motorik," kenang Daryanti.
ADVERTISEMENT
Mendengar pernyataan dokter tentang kondisi anaknya, Daryanti mulai melakukan segala upaya untuk menyembuhkan Vani.
"Saya terapi dari umur 7 bulan, lalu pas SD dan SMP itu saya sekolahkan di SLB tapi Vani enggak mau karena kan itu khusus untuk tunagrahita, 'enggak mau sekolah di situ, aku pintar kok,'" tutur Daryanti menirukan ucapan anaknya.
Olahraga boccia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Olahraga boccia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Akhirnya Daryanti memindahkan Vani ke sekolah Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Solo. Sejak Vani kecil, Daryanti mendidik anaknya agar menjadi sosok kuat dan mandiri.
"Saya ajari dia ke kamar mandi sendiri, tidak mudah menangis. Sehingga dia bisa jadi anak yang kuat dan berani," lanjutnya.
Menurut ibu 3 anak ini, kemandirian diperlukan saat mendidik anak berkebutuhan khusus karena ia tak pernah tahu, sampai kapan ia akan hidup dan mengasuh anaknya.
ADVERTISEMENT
"Saya cuma kepikiran, bagaimana kalau nanti saya mati. Siapa yang akan menjaganya. Makanya kemandirian itu penting," jelasnya.
Daryanti adalah sosok ibu berhati luas. Kesabaran, ketegaran, dan kasih sayangnya mendidik anak disabilitas jadi pengorbanan yang tak akan ternilai harganya. Perempuan 39 tahun ini berpesan, bagi orang tua yang memiliki anak disabilitas jangan malu dan takut.
“Ajak si anak keluar, melihat dunia luar. Jangan malu, kasihan kalau dia tumbuh menjadi anak yang enggak mandiri,” katanya.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.
ADVERTISEMENT